Nadiatun Mutmainnah [AM] | DETaK
Darussalam- Dalam rangka memeriahkan acara Festival Gemasastrin (Fesgem), Gelanggang Mahasiswa Sastra Indonesia (Gemasastrin) Universitas Syiah Kuala ( Unsyiah) mengadakan web seminar (webinar) kebahasaan secara virtual dengan tema “Generasi Langgas, Lugas Berbahasa Baku” pada Sabtu, 19 Desember 2020. Kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 09:00 WIB- 12:00 WIB melalui via zoom dan diikuti oleh 124 mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia.
Kegiatan ini menghadirkan dua pemateri yaitu Rahmat Nuthihar selaku dosen Akademi Komunitas Negeri (AKN) Aceh dan Safrizal selaku penyuluh bahasa di Balai Bahasa provinsi Aceh, serta Cut Siti Raihan sebagai moderator.
IKLAN
loading...
|
Rahmat Nuthihar, selaku pemateri pertama, membahas topik “Bahasa Baku (tidak) Harus Kaku.” Ia mengupas tuntas bagaimana cara pemilihan kata yang di dalamnya mencakup ketepatan, kecermatan, dan keserasian. Ia juga memberi pemahaman berkenaan dengan alat bantu untuk belajar bahasa baku.
“Bersikap positiflah! Jangan berpikir penggunaan bahasa Indonesia yang baku akan bersifat kaku sehingga mengalihkan kepada bahasa asing, sekarang sudah sangat mudah dalam belajar bahasa baku tanpa rasa kaku. Kita tidak mungkin hafal akan kosakata yang sangat banyak dan maknanya hampir sama. Oleh karena itu, kita bisa membuka salah satu aplikasi, yaitu Tesaurus dan didalamnya sudah sangat lengkap pembahasan tentang bahasa baku,” jelasnya.
Sedangkan Pemateri kedua, Safrizal memberi wawasan mengenai “Pembakuan Kosakata Bahasa Indonesia dan Peran Bahasa Daerah Bagi Perkembangan Bahasa Indonesia.” Ia memaparkan penjelasan tentang pembakuan kosakata bahasa Indonesia mulai dari kedudukan bahasa Indonesia hingga fungsi bahasa Indonesia. Disamping itu, ia juga menambahkan fungsi bahasa daerah bagi perkembangan bahasa Indonesia.
“Bahasa itu tidak statis, tapi dinamis. Bahasa akan selalu berubah sesuai perkembangan zaman. Bahasa daerah bukanlah pengacau dalam perkembangan bahasa Indonesia, melainkan sebagai pendukung bagi perkembangan bahasa Indonesia,” ungkapnya.
Adhitia Putra Alda, sebagai salah seorang peserta yang berasal dari Universitas Islam Negeri Ar-Raniry mengatakan bahwa acara ini sangatlah berkesan baginya. Selain menambah pengetahuan baru, ia juga mulai tertarik untuk memperdalam ilmu kebahasaan lebih banyak lagi.
“Selama ini, saya sering salah dalam memahami bahasa Indonesia terutama bahasa baku. Dengan mengikuti webinar ini, semakin membuka pola pikir saya tentang betapa pentingnya belajar bahasa Indonesia. Tidak hanya itu, sekarang saya juga termotivasi untuk melestarikan bahasa daerah,” ujarnya.
Di akhir acara, kedua pemateri berpesan untuk terus bangga dengan bahasa Indonesia. Mempelajari bahasa Indonesia bukan hanya sekedar ilmu, tetapi juga sebagai alat untuk memudahkan kita dalam membuat sebuah karya.
“Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah dan kuasai bahasa asing,” tutup Safrizal. []
Editor: Feti Mulia Sukma