Teuku Ichlas Arifin [AM] | DETaK
Ilmu matematika merupakan ilmu yang paling awal, yang dikenal manusia dan menggunakannya dalam kehidupannya secara langsung ketika membutuhkan operasi dan ukuran-ukuran Ilmu dalam berinteraksi dan beraktifitas.
Seperti ilmu-ilmu lain, pertama-tama ilmu tersebut bersifat sangat sederhana, kemudian dikembangkan, seperti ilmu hitung geometri, ilmu aljabar dan ilmu segitiga yang lebih unggul dari cabang matematika lainnya baik dari segi keyakinan maupun metode. Bahkan ilmu segitiga pun menjadi syarat utama untuk mempelajari ilmu-ilmu lain dan memahami filosofinya.
IKLAN
loading...
|
Tidak diragukan lagi bahwa orang Mesir kuno adalah orang pertama yang yang merumuskan ilmu-ilmu matematika. Karena sangat tidak logis jika mereka membangun peradaban yang unik dengan segenap piramidanya yang tinggi, dan kuil-kuilnya yang besar dan megah tanpa memahami prinsip Aritmatika dan dasar geometri.
Selain orang Mesir kuno, ada banyak Negara atau kawasan lain yang meneliti dan mengembangkan ilmu matematika ini, seperti Yunani Kuno, Roma Kuno, Babilonia, Sumeria, India, Cina, dan banyak negara lainnya. Namun bagaimanakah ilmu matematika dalam peradaban Islam?
Sebenarnya ada banyak sekali ilmuan-ilmuan Islam yang mendalami dan mempelajari ilmu matematika, namun untuk kali ini fokus yang ditunjukkan adalah kepada salah satu ilmuan Islam yang paling dikenal dan berpengaruh, yaitu Al-Khawarizmi.
Nama aslinya adalah Abdullah Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi, beliau lahir pada tahun 164 H (780 M) di daerah Khawarizmi di Asia Tengah. Dia wafat di Baghdad pada tahun 232 H (847 M), sekalipun sebagian literatur menyatakan bahwa dia wafat pada tahun 235 H (850 M).
Kehidupannya secara detil tidak diketahui secara persis, akan tetapi ia terkenal pada masa Khalifah Al-Ma’mun dan mendapatkan kedudukan yang tinggi di antara para ilmuwan pada masanya. Dia kemudian menjadi Direktur Darul Hikmah dan termasuk salah seorang astronom terkemuka di Baghdad.
Al-Khawarizmi memiliki banyak prestasi penelitian ilmiah dan karya di bidang matematika (menghitung, aljabar dan geometri), astronomi, geografi, dan musik. Dan beliau juga pernah mendapatkan kepercayaan dari dua khalifah; Al-Ma’mun dan Al-Watsiq, serta dari berbagai penemuan dari berbagai bidang keilmuan, aljabar adalah penemuan yang paling menonjol dan paling banyak dipelajari di seluruh dunia.
Asal mula penamaannya adalah bahwa ketika dia menggagas ilmu Aljabar, dia menulis sebuah buku penting yang berjudul “Aljabar wal Muqabalah.” Akan tetapi kata yang pertama lebih identik dengan nama ilmu ini, sehingga disebut Aljabar.
Seperti yang dikutip dari buku 147 Ilmuan Terkemuka Dalam Sejarah Islam karya Muhammad Gharib Jaudah, Al-jabar dalam buku “Aljabar wal Muqabalah” berarti mengembalikan sesuatu kepada keadaannya yang pertama seperti menguraikan angka pecahan.
Adapun artinya dalam istilah matematika adalah menambah sejumlah angka tertentu untuk dua tambahan dengan tujuan memudahkan penyelesaiannya. Sedangkan Al-muqabalah (persesuaian) artinya menyamakan antara satu angka dengan angka yang lain dan menghasilkan suatu nilai.
Lalu juga dalam hal ini, ia menjelaskan pengertian tentang definisi yang diketahui dan yang tidak diketahui, mutlak, bilangan bulat, ide tentang pangkat atau eksponen, logaritma, eksponen negatif, eksponen positif, imajinatif, persamaan tingkat pertama dan kedua serta jalan penyelesaiannya. Setelah itu, ia memfokuskan perhatiannya pada sisi praktisnya secara khusus dengan penerapan-penerapan Al-Jabar dalam kehidupan sehari-hari.
Al-Khawarizmi telah memberikan kontribusi yang signifikan untuk mendorong roda peradaban Sampai saat ini hingga kita telah memasuki tahapan peradaban dunia yang maju yaitu peradaban Barat.
Saat Eropa mulai bangun untuk mengejar ketinggalan dan bangkit untuk maju, nama Al-Khawarizmi bagi para ilmuwan seakan-akan lebih ampuh dari apapun, sehingga mereka membuat puisi yang mengabadikan peringatan lahirnya ilmuwan ini yang telah mengeluarkannya dari kebodohan menuju cahaya ilmu dan kehangatannya, dan Semua karya dan penemuannya dipelajari di seluruh dunia hingga kini.[]
Editor: Sri Elmanita S