Artikel | DETaK
Aceh adalah sebuah daerah yang memiliki berbagai keunikan. Selain budayanya yang unik, peralatan yang berasal dari Aceh juga tak kalah unik. Peralatan tradisional yang selalu digunakan oleh nenek moyang ternyata masih ada hingga saat ini, salah satunya adalah Rampagoe.
Tahukah kamu apa itu Rampagoe? Rampagoe merupakan salah satu peninggalan nenek moyang Aceh di masa lampau. Alat ini biasanya digunakan oleh masyarakat setempat untuk mengupas buah pinang yang kemudian dimakan dengan sirih ditambah sedikit kapur. Masyarakat Aceh menyebutnya ‘ranup.’
Rampagoe dalam kamus bahasa Aceh-Indonesia memiliki arti ‘sejenis gunting untuk membelah pinang’. Ketika melihat alat ini, pasti kita membayangkan betapa kreatifnya kakek dan nenek moyang kita dulu menciptakan sebuah alat yang dapat memudahkan mereka dalam beraktivitas.
Jika dilihat dari bentuknya, Rampagoe ini tergolong unik. Dengan menggunakan alat ini, kita mampu menghasilkan kulit buah pinang yang bulat dan rapi. Hal itu tidak akan kita dapatkan jika kita mengupas pinang dengan menggunakan pisau.
Rampagoe hanya bisa digunakan oleh orang yang sudah berpengalaman, karena mengupas pinang menggunakan alat ini membutuhkan kejelian dan keahlian tertentu. Apabila hal tersebut tidak dimiliki, maka hasil yang didapat tidak akan bagus. Kita juga tidak boleh asal-asalan memegang alat yang terbuat dari baja ini, karena risiko terbesarnya adalah tangan atau jari tangan kita bisa terpotong.
Berikut adalah cara mengupas pinang dengan menggunakan Rampagoe:
1. Ambil pinang lalu pegang dengan tangan kiri sementara tangan kanan memegang Rampagoe dengan posisi yang benar.
2. Genggam alat ini perlahan pada pangkal buah pinang. Ingat! Gunakan perlahan-lahan agar tidak melukai tanganmu.
IKLAN
loading...
|
3. Potong lingkaran diatas dulu.
4. Kemudian disusul seluruh permukaan kulit buah pinang, kupas hingga bersih.
5. Setelah semua kulitnya bersih, belah pinang menjadi beberapa bagian agar mudah untuk dikunyah.[]
Penulis bernama Nadiatun Mutmainnah, Mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ia merupakan salah satu anggota magang di UKM Pers DETaK Unsyiah.
Editor: Indah Latifa