Resensi | DETaK
Judul : Habibie & Ainun 3
Sutradara : Hanung Bramantyo
Skenario : Ifan Ismail
Produser : Manoj Punjabi
Pemeran : Maudy Ayunda, Reza Rahadian, Jefri Nichol
Tahun Rilis : 2019
Durasi : 121 Menit
Negara : Indonesia
Bahasa : Indonesia
Film Ini diawali dengan Rudy yang pergi menziarahi makam Ainun 22 mei 2011 di Jakarta, satu tahun setelah wafatnya Ainun, ia pergi bersama anak dan cucunya. Kehilangan yang begitu besar akan sosok Ainun hingga berbulan-bulan, sehingga keluarga berusaha untuk tidak mengingatkan kembali kepada Ainun, akan tetapi cucunya sendiri ingin mengetahui bagaimana pertemuan antara Eyangnya dengan Eyang Putri (Panggilan untuk Ainun).
IKLAN
loading...
|
Di ruang makan Rudy menceritakan pengalaman nya bertemu dengan Ainun, diawali dengan rudi mengolok-olok Ainun seperti gula jawa. Ketika sedang berlangsung permainan kasti, Rudy memperhatikan Ainun yang sedang bermain, tiba-tiba dikejutkan oleh temannya yang mengalami cedera pada kaki nya, sontak Ainun mengobati dan menggantikan permainan temannya hingga memenangkan pertandingan tersebut.
Di perjalanan pulang Ainun merasa gundah tentang keinginanya menjadi seorang dokter yang pada waktu itu dianggap bahwa perempuan tidak mampu, namun ia bisa masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pada saat malam acara perpisahan sekolah Ainun dan Rudy bertemu dan bercengkrama, Rudy yang saat itu lulus di Institut Teknologi Bandung (ITB saat ini) dan melanjutkan kuliah ke Jerman Barat, menjelaskan keinginannya untuk bisa membangun pesawat Indonesia yang dapat menghubungkan antarpulau-pulau sehingga tidak ada lagi daerah yang terisolasi, yang hal itu membuat Ainun Kagum akan keinginan Rudy.
Perjalanan untuk menjadi seorang dokter tidak berjalan begitu saja, begitu banyak tantangan yang harus dihadapi oleh seorang perempuan, dimana pada saat itu masih memandang perempuan tidak akan bisa lebih dari seorang laki laki. Mulai dari cacian yang diterimanya dari senior dan remehan dari dosennya sendiri kala itu. Akan tetapi dengan ketabahan dan kesabaran yang ia miliki ia bisa melewati semua itu bahkan dikenal di lingkungan kampus.
Suatu ketika sesudah praktek di Rumah Sakit, ia tidak sengaja bertemu dengan Ahmad ( mahasiswa Fakultas Hukum). Semenjak saat itu Ahmad mulai mengangumi sosok Ainun. Dan selalu memperhatikan Ainun dari kejauhan. Ainun merupakan sosok yang baik hati dan selalu menghormati orang lain, suatu waktu Ainun pergi ke kawasan kumuh dan melihat kondisi kesehatan disana, ia merasakan keprihatinan akan kondisi tersebut, ia melihat seorang anak kecil yang sakit yang digendong oleh Ibunya dan menghampiri, ketika hendak menghubungi ambulans, ia bertemu dengan preman kampung yang hendak melakukan pelecehan terhadapnya, dengan begitu cepat Ahmad yang berada disekitar sana yang mengikuti Ainun langusung menghajar preman tersebut.
Kedekatan antara Ainun dan Ahmad semakin terjadi, Ainun dan Ahmad selalu bersama. Suatu malam Ahmad mendatangi kost Ainun dan memberikan cincin kepadanya. Ahmad mengajak Ainun pergi ke pasar malam, disana mereka menjalin kedekatan secara emosional. Tiba-tiba terjadi insiden disana dimana kincir ria mengalami kerusakan, dan terdapat seorang Ayah dan Anak yang terluka, melihat hal itu, Istri dan Ibu dari korban tersebut histeris, Ahmad berusaha menenangkan dan Ainun melakukan pertolongan pertama. Sesampainya di rumah sakit, ternyata anak yang ditolong oleh Ainun tersebut meninggal, sehingga orang tua dari anak tersebut menyalahkan Ainun yang membuatnya merasa gagal menjadi seorang calon dokter.
Kejadian di rumah sakit tersebut, membuat Ainun merasa sedih, sehingga ia memutuskan kembali ke Bandung. Sesampainya dirumah Ainun disambut oleh adiknya dan langsung memeluk Ibuknya dan hal itu dilihat oleh Bapaknya, Bapaknya merasakan sesutu hal menimpa Ainun yang membuatnya merasa sedih seperti itu. di tempat yang tinggi dan sejuk terhampar pemandangan yang luas khas ciri pedesaan, Ainun duduk termenung dan Bapaknya menghampiri, Ainun menceritakan kejadian tempo lalu terkait kegagalannya dalam melakukan pertolongan, mendengar hal tersebut Bapak memberikan suntikan semangat dan motivasi kepada Ainun, yang membuat Ainun mampu bangkit dan percaya diri lagi.
Disuatu malam, ketika diadakanya pesta dikampus tersebut, terjadi keributan antara Ahmad dan Agus ( senior Ainun ), dimana hal tersebut ditengarai oleh Agus yang mencaci Ainun perihal impiannya menjadi seorang dokter. Ketika terjadi perkelahian, Ainun berusaha melerai, namun secara reflek Ahmad mengarahkan kepalan tangan kepada Ainun yang membuantnya merasa terkejud dan syok, sehingga Ainun pergi meninggalkan acara tersebut.
Keesokan hari, Ahmad mengajak Ainun pergi ke pantai, disana Ahmad mengutarakan permintaan maafnya. Saat itu juga Ainun menanyakan tentang harapan jangka panjang apa yang akan diraih oleh Ahmad, Ahmad ingin membawa pergi Ainun dari Indonesia, dimana diluar sana Ainun bisa hidup dengan tenang dilingkungan yang bersih dan terdidik dan membesarkan anak-anak mereka, namun keinginan Ainun bertolak belakang dengan Ahmad, dimana Ainun ingin membangun negara nya yang masih muda tersebut ke arah yang lebih baik. Sontak karena perbedaan tersebut Ainun dan Ahmad tidak bisa melanjutkan hubungan mereka.
Perjalanan panjang telah dilalui oleh Ainun untuk menjadi seorang dokter, tibalah pada hari dimana Ainun mendapatkan gelarnya menjadi seorang dokter, di dalam sebuah ruangan ,teman Ainun mencari-carinya karena acara akan dimulai, dan terlihat dibelakangnya, Agus yang telah mempersiapkan kata-kata sambutan, dimana ia merasa layak untuk hal tersebut. Namun kata sambutan itu diberikan kepada Ainun yang menjadi lulusan terbaik pada saat itu, hal itu mengejutkan temannya dan senior yang dulu pernah meremehkannya. Ia menyampaikan bahwa Ialah adalah seorang Indonesia, yang ingin membangun negeri ini menjadi lebih baik, negeri yang masih muda dan butuh banyak belajar.
Pesan moral yang dapat kita tangkap dari film Habibie & Ainun 3 ini adalah keuletan, ketabahan dan kesabaran akan membuahkan hasil yang begitu besar bahkan kita sendiri tidak mampu untuk menebaknya. Kita boleh saja menggapai pendidikan tinggi bahkan keluar negeri sekalipun, tapi ingat, kita adalah seorang Indonesia, yang harus kembali ke negara kita untuk membangun peradaban yang lebih baik dan maju lagi.
Peresensi adalah Refly Nofril, Mahasiswa Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) angkatan 2019. Ia juga merupakan anggota magang di UKM Pers DETaK Unsyiah.
Editor: Della Novia Sandra