Beranda Terhangat Terlepas dari Puisi Sukmawati, KASTA Hanya Ingin Bangkitkan Motivasi Sastra

Terlepas dari Puisi Sukmawati, KASTA Hanya Ingin Bangkitkan Motivasi Sastra

BERBAGI
Diskusi Anak Sastra Tanah Aceh (KASTA) di gedung Dilo Banda Aceh. 5/4/18. (Radhia Humaira/ DETaK)

Radhia Humaira | DETaK

Banda Aceh– Kontroversi kasus puisi yang dibawakan Sukmawati Soekarno Putri pada beberapa hari yang lalu menuai respon beragam dari berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari golongan asatidz, mahasiswa, hingga masyarakat luas pada umumnya.

Terlepas dari hal tersebut, Komunitas Anak Sastra Tanah Aceh (KASTA) mengadakan diskusi sastra bersama Nazar Shah Alam, penyair sekaligus musisi di gedung Digital Innovation Lounge (DiLo) Banda Aceh pada Kamis, 5 April 2018 dalam rangka membangkitkan motivasi bagi seluruh kalangan yang ingin bergabung untuk mengenal sastra yang hampir hilang eksistensinya.

Sesi foto bersama. 5/4/18. (Radhia Humaira/ DETaK)
Iklan Souvenir DETaK

Pada kesempatan tersebut, Nazar Shah Alam memberikan wejangan seputar menulis hingga tips menulis karya sastra yang baik. Berbagai pengalaman yang pernah dialaminya di dunia menulis juga dibagikan pada pertemuan komunitas ini. Ia juga menyampaikan bahwa menjadi penyair tidak berarti sudah menjadi manusia yang paling suci.

“Banyak penyair yang menganggap dirinya suci. Menulis, silakan menulis. Dengan menulis orang dapat menyampaikan isi hatinya, tapi jangan menganggap diri sebagai orang yang paling suci,” ujarnya.

Berdasarkan klarifikasi dari komunitas tersebut terhadap detakusk.com, bahwa kegiatan ini tidak dilaksanakan khusus sebagai tanggapan atas kasus Sukmawati yang menggunakan media puisi sebagai bentuk pengungkapan perasaan sukacita namun berujung kontroversial tersebut. Akan tetapi, tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk memotivasi dan melahirkan generasi-generasi pencinta sastra maupun sastrawan.

“Tidak menyangkut kasus tersebut. Kebetulan saja sedang hot dengan isu itu, dan kebetulan sesuai dengan kegiatannya. Tujuannya murni untuk meningkatkan jiwa-jiwa kreatif,” tutup Ricky Syah R, Penyair alumni Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) yang sekaligus merupakan pendiri Komunitas tersebut. []

Editor : Missanur Refasesa