Beranda Feature Satu Pilihan yang Mengubah Hidup

Satu Pilihan yang Mengubah Hidup

Zikri saat sedang memangkas rambut pelanggannya. (Dok. Pribadi)

Indah Lisdian [AM] | DETaK

Bisa tamat sekolah dan melanjutkan kuliah karna memilih menjadi tukang pangkas. Itulah kalimat yang diucapkan oleh Zikri Sabilillah, laki-laki kelahiran 30 Oktober 2000. Demi menggapai cita-citanya untuk berguna bagi nusa dan bangsa, ia rela bekerja sebagai tukang pangkas dari semenjak sekolah menengah atas hingga jenjang perkuliahan.

Kisah Zikri berawal dari semester 2 kelas 10 MAN tahun 2016. Saat itu karna desakan ekonomi, ia dipaksakan menentukan pilihan. Dirinya disuguhi dua pilihan yaitu, menjadi tukang pangkas atau tukang doorsmeer. Jika tidak memilih salah satunya tidak menutup kemungkinan ia akan putus sekolah. Akhirnya ia memilih menjadi tukang pangkas, selain dari dorongan orang tua dan teman-teman yang memberikan saran untuk memilih menjadi tukang pangkas, kebetulan abang iparnya juga bekerja dan memiliki usaha pangkas rambut.

IKLAN
loading...


Setelah menentukan pilihannya untuk menjadi tukang pangkas, sepulang sekolah ia langsung pergi ke tempat usaha abang iparnya. Karna tempatnya cukup jauh dari rumah, mengharuskan Zikri untuk naik mobil labi-labi ke tempat itu. Seminggu pertama Zikri memperhatikan abang iparnya memangkas rambut orang. Lalu malamnya ia membawa anak kecil dari kampung untuk menjadi bahan percobaan pangkas rambut.

“Awalnya berat untuk memulainya. Kenapa berat? Karna saya nggak ada basic pangkas rambut pakai gunting, tiba-tiba langsung terjun kepangkas yang pakai mesin. Takut kena marah pegang rambut orang, takut salah pangkas atau bahasa kami “sulah”, dan alhamdulillah sampai sekarang nggak pernah kena marah,” ucap Zikri.

Setelah belajar dan belajar lagi akhirnya ia mahir memangkas rambut orang baik dengan gunting maupun mesin. Lalu ia memulai bekerja ditempat abang iparnya. Karna hari senin sampai sabtu sekolah ia memulai bekerja sepulang sekolah dari siang hingga sore. Untuk hari minggu dari pagi sampai sore. Gajinya diberikan perhari untuk uang jajannya sehari-hari. Zikri juga menyisihkan uang dari gajinya untuk membayar komite sekolah sampai ia tamat dari sekolah MAN pada tahun 2018.

“Tamat sekolah ya pasti ingin melanjutkan kuliah seperti kawan-kawan yang lain cuman kembali lagi karna posisi ekonomi. Juga saat itu ada masalah dikeluarga, memilih kuliah berarti siap dan sanggup untuk membiayai sendiri.  Tahun 2018 saya ikut tes cuman SBMPTN tapi enggak lewat dan akhirnya memilih untuk nganggur,” Tutur Zikri.

Setelah memilih untuk nganggur kuliah, pada pertengahan tahun 2018 Zikri memutuskan untuk bekerja di Banda Aceh. Hari itu ada lowongan pekerjaan di Kabar Aceh bahwa Barber di daerah Seutui buka lowongan pekerjaan akhirnya ia membuat janji untuk melamar. Setelah bertemu pemilik Barber, akhirnya ia diterima tanpa ada syarat. Syaratnya artian tidak di tes, ditanya pengalaman kerja atau apapun, hanya interview ngomong-ngomomg begitu saja seperti gimana sistem kerja disitu, gimana pembagiannya.

Setelah interview, besoknya ia mencoba melihat lokasi dan malamnya langsung bekerja di Barber itu. Awalnya ia sempat ragu karna ada yang membedakan antara Barber dan pangkas biasa, dengan basic pangkas biasa ia merasa takut dengan sistem di Barber yang memakai hairdryer atau segala macam lebih ke prosedurnya. Lalu ia berkata pada dirinya sendiri, “kalau nggak dicoba ya nggak bakalan tahu dan bisa”, katanya.

Awal Juli Zikri bekerja disitu dan sekaligus tinggal ditempatnya bekerja. Zikri merasa bekerja disitu telah menambah pengalamannya. Ia bekerja dari bulan Juli 2018 sampai Januari 2019. Setelah itu ia memutuskan untuk keluar dan pulang ke kampung halaman untuk beristirahat sebentar.

Pada pertengahan bulan Februari ia memutuskan untuk balik ke Banda Aceh karna diajak kerja oleh Barber yang lain di daerah Merduati. Sempat ada kesalahpahaman yang mana tempat ia akan bekerja opening awal bulan April. Tapi Zikri sudah berada di Banda Aceh pada bulan Februari. Sebulanan itu Zikri merasa luntang-lanting di Banda Aceh tidak tahu arah. Dan saat itu ia memutuskan untuk memulai Barber Jalanan. Ide awalnya karna perut selalu mendemo meminta makan makan makan. Sistem Barber Jalanan ini adalah ia pergi kerumah para pelanggan dengan hanya dibayar Rp. 20.000,00.

“Kalau dipikir rugi ya rugi tapi karna nggak ada uang. Dibayar Rp20.000,00. Dan Rp10.000,00 untuk bensin. Pas balik lagi ke Banda Aceh tinggal di kos kawan. Balik ke Banda itu semua numpang sama kawa, tinggal ditempat kawan, pinjam motor kawan. Barber Jalanan itu lebih kurang selama sebulan,” kata Zikri.

Awal April Zikri memulai bekerja di Barber  di Merduati yang sempat ada kesalahpahaman tadi. Ia merasa tidak nyaman karna tempatnya dipedalaman dan sepi, jadi kurang banyak pelanggan. Ahirnya ia pindah lagi ketempat pertama kali ia bekerja di Banda Aceh yaitu Barber yang ada di Seutui sampai lebaran Idul Adha tahun 2019.

Karna cita-citanya yang ingin berguna bagi nusa dan bangsa, ia pantang menyerah dan berusaha masuk Universitas. Pada bulan Juni Zikri mengikuti tes UTBK SBMPTN, selang beberapa waktu ia dinyatakan lulus di Universitas Syiah Kuala jurusan Ilmu Hukum. Juga mendapatkan beasiswa Bidikmisi. Tapi ia tetap bekerja untuk membiayai kehidupannya sehari-hari. Karna menurutnya jika Bidikmisi keluarnya seminggu sekali ia akan berhenti bekerja, akan tetapi Bidikmisi keluarnya persemester jadi susah untuk biaya hidupnya, mengingat ia membiayai hidupnya sendiri.

Saat kuliah Zikri bekerja pada malam hari. Kadang kala ia sering merasa tidak adil, saat ia letih ia sering mengeluh. Tetapi ia tidak pernah menyerah demi menggapai cita-citanya. Zikri mempunyai panutan yaitu Cut Syafendi temannya semasa sekolah menengah atas hingga sekarang. Zikri merasa Cut Syafendi selalu diatas dan ia juga ingin seperti itu.

Zikri pernah menjadi perwakilan Aceh di acara Bellagio Barber Battle Nasional yang diadakan di Jakarta bersama rekannya pada Desember 2019. Baginya itu adalah pelajaran berharga yang bisa ia dapatkan. Ia juga mengikuti acara amal sosial komunitas Mengabdi untuk Negeri di panti asuhan, memangkas rambut dan mengajarkan anak-anak cara memangkas rambut.

Kini Zikri bekerja di Barber yang ada di daerah Batoh, Banda Aceh. Ia tidak pernah menyerah walaupun harus membagi waktu antara kuliah dan bekerja. Jika ia tidak menentukan pilihannya saat itu, ia tidak akan menjadi seperti sekarang. []

Editor: Cut Siti Raihan