Redaksi detak-unsyiah.com menerima sumbangan tulisan dari mahasiswa atau kalangan umum. Setiap tulisan dapat dikirim ke email [email protected] dengan disertai identitas penulis. Terima Kasih
Oleh : Keumala Fadhiela (Mahasiswa Fakultas Pertanian Unsyiah)
(Foto: istimewa)
Kesempatan memang sering datang tak terduga. Tapi kesempatan itu tidak akan datang tanpa sedikit pun usaha. Ini lah yang saya alami selama mengikuti Indonesia Youth Forum (IYF) pada tanggal 23-26 Mei lalu di Bandung, Jawa Barat.
IYF merupakan forum kepemudaan yang secara khusus membahas tentang isu global, MDGs, kepemimpinan dan lain-lain. Proses agar masuk menjadi salah satu delegasi IYF memang tidak rumit tapi membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Mulai dari seleksi 1013 aplikan dari seluruh Indonesia, hingga akhirnya saya diterima untuk mengikuti tahap terakhir secara online oleh panitia. Alhamdulillah, meski terkendala dengan koneksi internet yang lelet, saya berhasil menjawab pertanyaan panitia dengan baik.
Setelah menunggu hampir sebulan, pengumuman akhirnya keluar. Spontan saya sujud syukur saat melihat nama saya menjadi salah satu delegasi dari Aceh. Memimpikan bisa keluar Aceh akhirnya IYF adalah jalan awal mimpi itu terwujud.
IYF bukan seperti forum lain biasanya. Menjadi delegasi daerah harus mempunyai social project terlebih dahulu dan menjadi penilaian yang lebih jika social project tersebut sudah terealisasikan.
Di forum ini lah saya akhirnya bertemu dengan delegasi di seluruh Indonesia. Banyak hal yang saya dapatkan selama 4 hari di Bandung. Terutama “rasa ingin maju” masing-masing delegasi. Sosial project merupakan hal yang penting selama disana. Saaf Forum Group Discussion (FGD), kami harus bisa saling berbagi tentang project yang sedang dan akan dilaksanakan.
Aceh termasuk provinsi yang mengirimkan delegasi paling sedikit dibanding dengan provinsi lain. Meskipun demikian, itu tidak menurunkan semangat saya untuk ikut bergabung dan menyamakan ide.
Ide dari tiap delegasi untuk social project sungguh sangat luar biasa. Mereka sangat kreatif dan inovatif. Terkadang saya sebagai delegasi Aceh sedikit malu karena memaparkan social project yang sederhana.
Malu? Tentu. Down? Ah tidak. Melalui IYF ini pikiran saya menjadi lebih terbuka dengan hal baru. Banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan. Pelajaran menghargai daerah asal dan menghargai pendapat orang lain. Pembukaan IYF dilaksanakan di Gedung Merdeka Asia Afrika. Untuk pertama kalinya saya masuk ke gedung ini. Membayangkan situasi saat konferensi Asia Afrika. Dulu saya hanya bisa melihat gedung tersebut melalui buku dan televisi, akhirnya benar-benar berada di tempat bersejarah.
Selama di Bandung, kami para delegasi IYF banyak bertemu dengan para pemimpin, penulis dan CEO muda. Selain FGD, kegiatan juga diisi dengan Choaching Clinic, The Coorporate Action dengan PT Microsoft Indonesia, Indonesia Youth Initiative Forum, juga ada Indonesia Youth Creative Art. Saya juga diberi kesempatan untuk bertemu dengan CEO muda yang sukses di Gedung Bank Indonesia, Bandung.
Saya bertemu dengan Microsoft Community Affair Manager, President AIESEC Indonesia, penulis kreatif Founder AICT Indonesia dan Bapak Imam Gunawan sebagai Asdep Peningkatan SDM Pemuda dari Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Indonesia. Melalui mereka, saya banyak mendapatkan ilmu dan pengalaman baru. Terutama tentang wawasan kepemudaan dan kepemimpinan.
Saya sangat senang bisa berbagi ide dengan delegasi lainnya. Saya berpikir bagaimana keadaan Aceh beberapa tahun ke depan. Aceh sangat membutuhkan para pemuda kreatif. Pemuda yang mampu memberikan perubahan masyarakat dan membangun daerah.
Memang perubahan tidak bisa berjalan hanya dengan 2 kaki dan 2 tangan. Perlu banyak penggerak yang mempunyai misi yang sama untuk membangun daerah. Hal ini lah yang saya dapatkan saat choaching clinic bidang social movement bersama Irfan Amalee. Beliau seorang penulis kreatif dan seorang social entrepreneur. Penjelasan beliau sangat menginspirasi saya untuk bisa segera melakukan “movement”
Penutupan disampaikan oleh Menpora RI, Roy Suryo. Merupakan suatu pengalaman yang luar bisa karena saya dapat bertemu langsung dengan beliau. Menurutnya, IYF adalah kegiatan yang bagus diikuti oleh para pemuda. Melalui IYF, maka timbul semangat yang lebih tinggi lagi untuk para pemuda.
Dari 200 social project, terpilih lah satu orang delegasi yang dianggap memiliki the best project. Teman saya yang memperoleh penghargaan tersebut bernama Guntur Yanuar dari Malang. Ia sangat beruntung karena social project-nya didukung penuh oleh Menpora. Jadi apa lagi yang kita tunggu? Apa kita harus diam tanpa melakukan sesuatu?
mari kita jadi pemuda yang kreatif dan inovatif, berguna untuk orang lain dan dapat membangun daerah.
Social project yang akan saya lakukan selama beberapa bulan ke depan adalah 2 Juta Bisa. Project ini berupa social entreprenuership karena diawali dengan kompetisi dan kegiatan sosial. Selama 3 bulan kedepan saya akan melaporkan social project yang dilakukan, semoga banyak pihak yang ikut berpartisipasi dan termotivasi.
IYF 2014 akan dilaksanakan di Wakatobi. Tentu saja saya sangat bangga jika delegasi Aceh lebih banyak dari pada tahun ini. IYF adalah kesempatan. Mari kita terus membangkitkan semangat pemuda Aceh. Karena Aceh itu istimewa! Jangan takut untuk Speak Up, asalkan kita dapat Take Action secara nyata.[]
Redaksi detak-unsyiah.com menerima sumbangan tulisan dari mahasiswa atau kalangan umum. Setiap tulisan dapat dikirim ke email [email protected] dengan disertai identitas penulis. Terima Kasih
IYF dan Semangat Kepemudaan
Oleh : Keumala Fadhiela (Mahasiswa Fakultas Pertanian Unsyiah)
(Foto: istimewa)
Kesempatan memang sering datang tak terduga. Tapi kesempatan itu tidak akan datang tanpa sedikit pun usaha. Ini lah yang saya alami selama mengikuti Indonesia Youth Forum (IYF) pada tanggal 23-26 Mei lalu di Bandung, Jawa Barat.
IYF merupakan forum kepemudaan yang secara khusus membahas tentang isu global, MDGs, kepemimpinan dan lain-lain. Proses agar masuk menjadi salah satu delegasi IYF memang tidak rumit tapi membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Mulai dari seleksi 1013 aplikan dari seluruh Indonesia, hingga akhirnya saya diterima untuk mengikuti tahap terakhir secara online oleh panitia. Alhamdulillah, meski terkendala dengan koneksi internet yang lelet, saya berhasil menjawab pertanyaan panitia dengan baik.
Setelah menunggu hampir sebulan, pengumuman akhirnya keluar. Spontan saya sujud syukur saat melihat nama saya menjadi salah satu delegasi dari Aceh. Memimpikan bisa keluar Aceh akhirnya IYF adalah jalan awal mimpi itu terwujud.
IYF bukan seperti forum lain biasanya. Menjadi delegasi daerah harus mempunyai social project terlebih dahulu dan menjadi penilaian yang lebih jika social project tersebut sudah terealisasikan.
Di forum ini lah saya akhirnya bertemu dengan delegasi di seluruh Indonesia. Banyak hal yang saya dapatkan selama 4 hari di Bandung. Terutama “rasa ingin maju” masing-masing delegasi. Sosial project merupakan hal yang penting selama disana. Saaf Forum Group Discussion (FGD), kami harus bisa saling berbagi tentang project yang sedang dan akan dilaksanakan.
Aceh termasuk provinsi yang mengirimkan delegasi paling sedikit dibanding dengan provinsi lain. Meskipun demikian, itu tidak menurunkan semangat saya untuk ikut bergabung dan menyamakan ide.
Ide dari tiap delegasi untuk social project sungguh sangat luar biasa. Mereka sangat kreatif dan inovatif. Terkadang saya sebagai delegasi Aceh sedikit malu karena memaparkan social project yang sederhana.
Malu? Tentu. Down? Ah tidak. Melalui IYF ini pikiran saya menjadi lebih terbuka dengan hal baru. Banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan. Pelajaran menghargai daerah asal dan menghargai pendapat orang lain. Pembukaan IYF dilaksanakan di Gedung Merdeka Asia Afrika. Untuk pertama kalinya saya masuk ke gedung ini. Membayangkan situasi saat konferensi Asia Afrika. Dulu saya hanya bisa melihat gedung tersebut melalui buku dan televisi, akhirnya benar-benar berada di tempat bersejarah.
Selama di Bandung, kami para delegasi IYF banyak bertemu dengan para pemimpin, penulis dan CEO muda. Selain FGD, kegiatan juga diisi dengan Choaching Clinic, The Coorporate Action dengan PT Microsoft Indonesia, Indonesia Youth Initiative Forum, juga ada Indonesia Youth Creative Art. Saya juga diberi kesempatan untuk bertemu dengan CEO muda yang sukses di Gedung Bank Indonesia, Bandung.
Saya bertemu dengan Microsoft Community Affair Manager, President AIESEC Indonesia, penulis kreatif Founder AICT Indonesia dan Bapak Imam Gunawan sebagai Asdep Peningkatan SDM Pemuda dari Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Indonesia. Melalui mereka, saya banyak mendapatkan ilmu dan pengalaman baru. Terutama tentang wawasan kepemudaan dan kepemimpinan.
Saya sangat senang bisa berbagi ide dengan delegasi lainnya. Saya berpikir bagaimana keadaan Aceh beberapa tahun ke depan. Aceh sangat membutuhkan para pemuda kreatif. Pemuda yang mampu memberikan perubahan masyarakat dan membangun daerah.
Memang perubahan tidak bisa berjalan hanya dengan 2 kaki dan 2 tangan. Perlu banyak penggerak yang mempunyai misi yang sama untuk membangun daerah. Hal ini lah yang saya dapatkan saat choaching clinic bidang social movement bersama Irfan Amalee. Beliau seorang penulis kreatif dan seorang social entrepreneur. Penjelasan beliau sangat menginspirasi saya untuk bisa segera melakukan “movement”
Penutupan disampaikan oleh Menpora RI, Roy Suryo. Merupakan suatu pengalaman yang luar bisa karena saya dapat bertemu langsung dengan beliau. Menurutnya, IYF adalah kegiatan yang bagus diikuti oleh para pemuda. Melalui IYF, maka timbul semangat yang lebih tinggi lagi untuk para pemuda.
Dari 200 social project, terpilih lah satu orang delegasi yang dianggap memiliki the best project. Teman saya yang memperoleh penghargaan tersebut bernama Guntur Yanuar dari Malang. Ia sangat beruntung karena social project-nya didukung penuh oleh Menpora. Jadi apa lagi yang kita tunggu? Apa kita harus diam tanpa melakukan sesuatu?
mari kita jadi pemuda yang kreatif dan inovatif, berguna untuk orang lain dan dapat membangun daerah.
Social project yang akan saya lakukan selama beberapa bulan ke depan adalah 2 Juta Bisa. Project ini berupa social entreprenuership karena diawali dengan kompetisi dan kegiatan sosial. Selama 3 bulan kedepan saya akan melaporkan social project yang dilakukan, semoga banyak pihak yang ikut berpartisipasi dan termotivasi.
IYF 2014 akan dilaksanakan di Wakatobi. Tentu saja saya sangat bangga jika delegasi Aceh lebih banyak dari pada tahun ini. IYF adalah kesempatan. Mari kita terus membangkitkan semangat pemuda Aceh. Karena Aceh itu istimewa! Jangan takut untuk Speak Up, asalkan kita dapat Take Action secara nyata.[]
Related posts
» Kesehatan Hewan Menjelang Idul Adha
» Ini Pema yang Mana?
» Unsyiah ku, Apa Kabarmu?
» Proses Pemira Unsyiah, Intrik dan Konspirasi
» Ideologi Seorang Mahasiswa
» Beasiswa PPA, untuk Siapa?