Redaksi detak-unsyiah.com menerima sumbangan tulisan dari mahasiswa atau kalangan umum. Setiap tulisan dapat dikirim ke email [email protected] dengan disertai identitas penulis. Terima Kasih
Mengingat kian mendekatnya hari Raya Idul Adha yang diperkirakan akan jatuh pada tanggal 15 Oktober 2013 (10 Zulhijjah 1434 H), maka akan dipastikan meningkat pula kebutuhan masyarakat, khususnya masyarakat Aceh terhadap ternak yang akan dikurbankan.
Pelaksanaan kurban Idul Adha tahun sebelumnya di Aceh, yaitu 26 Oktober 2012, kebutuhan akan hewan kurban seperti kambing, sapi, dan domba sangat tinggi. Jadi tidak mengherankan jika di hari Raya Idul Adha banyak kita jumpai hewan-hewan seperti sapi, kambing, dan domba yang terikat di sisi taman mesjid dan tidak heran bahkan di setiap pelosok bumi Iskandar Muda dilakukan pemotongan hewan secara massal, termasuk di instansi pemerintah maupun swasta. Bagi masyarakat desa yang jauh dari akses perkotaan, biasanya untuk memperoleh daging dilakukan dengan cara bergotong royong (dalam bahasa Aceh disebut meuripee).
Pada tanggal 8 Juli 2013 yang lalu Poultry Indonesia mempublikasikan bahwa Pemerintah Aceh telah menyiapkan 11.631 ekor sapi, 6.282 ekor kerbau, 18.327 ekor kambing/domba, dan 552.464 ekor unggas untuk kebutuhan Idul Fitri dan Idul Adha tahun 2013. Dari hasil yang telah disampaikan ini kita dapat melihat bahwa pada saat Idul Adha diperkirakan ada ribuan hewan yang akan di kurbankan secara massal di setiap kecamatan yang berbeda di seluruh wilayah Aceh.
Adapun hal yang patut diperhatikan pada saat ini, yakni belum terjaminnya kesehatan hewan yang akan disembelih, mengingat belum sepenuhnya para dokter hewan terjun ke lapangan untuk memastikan kesehatan hewan kurban, khususnya di wilayah pedesaan. Pemerintah setempat seharusnya dapat lebih mengoptimalkan kinerja pengawasan kesehatan hewan kurban sebelum disembelih. Terlebih lagi mengingat faktor penyakit zoonosis (penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia maupun sebaliknya) yang dapat dengan mudah mengenai masyarakat.
Sudah sepatutnya kita berpegang pada selogan “Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati” sebelum timbulnya penyakit-penyakit tertentu khususnya yang bersifat zoonosis. Oleh karena itu, para Medik Veteriner (penyelenggaraan kegiatan praktik kedokteran hewan)harus diikutsertakan dalam memeriksa secara langsung kesehatan hewan kurban dan memberikan vaksinasi terhadap hewan-hewan tersebut demi terjaminnya daging meugang (tradisi pemotongan hewan dalam adat Aceh) yang Aman Sehat Utuh dan Halal (ASUH) sehingga terjamin pula kesehatan masyarakat.[]
Redaksi detak-unsyiah.com menerima sumbangan tulisan dari mahasiswa atau kalangan umum. Setiap tulisan dapat dikirim ke email [email protected] dengan disertai identitas penulis. Terima Kasih
Kesehatan Hewan Menjelang Idul Adha
Oleh : Adistya Putra Rizki
(foto: antaranews.com)
Mengingat kian mendekatnya hari Raya Idul Adha yang diperkirakan akan jatuh pada tanggal 15 Oktober 2013 (10 Zulhijjah 1434 H), maka akan dipastikan meningkat pula kebutuhan masyarakat, khususnya masyarakat Aceh terhadap ternak yang akan dikurbankan.
Pelaksanaan kurban Idul Adha tahun sebelumnya di Aceh, yaitu 26 Oktober 2012, kebutuhan akan hewan kurban seperti kambing, sapi, dan domba sangat tinggi. Jadi tidak mengherankan jika di hari Raya Idul Adha banyak kita jumpai hewan-hewan seperti sapi, kambing, dan domba yang terikat di sisi taman mesjid dan tidak heran bahkan di setiap pelosok bumi Iskandar Muda dilakukan pemotongan hewan secara massal, termasuk di instansi pemerintah maupun swasta. Bagi masyarakat desa yang jauh dari akses perkotaan, biasanya untuk memperoleh daging dilakukan dengan cara bergotong royong (dalam bahasa Aceh disebut meuripee).
Pada tanggal 8 Juli 2013 yang lalu Poultry Indonesia mempublikasikan bahwa Pemerintah Aceh telah menyiapkan 11.631 ekor sapi, 6.282 ekor kerbau, 18.327 ekor kambing/domba, dan 552.464 ekor unggas untuk kebutuhan Idul Fitri dan Idul Adha tahun 2013. Dari hasil yang telah disampaikan ini kita dapat melihat bahwa pada saat Idul Adha diperkirakan ada ribuan hewan yang akan di kurbankan secara massal di setiap kecamatan yang berbeda di seluruh wilayah Aceh.
Adapun hal yang patut diperhatikan pada saat ini, yakni belum terjaminnya kesehatan hewan yang akan disembelih, mengingat belum sepenuhnya para dokter hewan terjun ke lapangan untuk memastikan kesehatan hewan kurban, khususnya di wilayah pedesaan. Pemerintah setempat seharusnya dapat lebih mengoptimalkan kinerja pengawasan kesehatan hewan kurban sebelum disembelih. Terlebih lagi mengingat faktor penyakit zoonosis (penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia maupun sebaliknya) yang dapat dengan mudah mengenai masyarakat.
Sudah sepatutnya kita berpegang pada selogan “Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati” sebelum timbulnya penyakit-penyakit tertentu khususnya yang bersifat zoonosis. Oleh karena itu, para Medik Veteriner (penyelenggaraan kegiatan praktik kedokteran hewan) harus diikutsertakan dalam memeriksa secara langsung kesehatan hewan kurban dan memberikan vaksinasi terhadap hewan-hewan tersebut demi terjaminnya daging meugang (tradisi pemotongan hewan dalam adat Aceh) yang Aman Sehat Utuh dan Halal (ASUH) sehingga terjamin pula kesehatan masyarakat.[]
Adistya Putra Rizki
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Unsyiah
Email : [email protected]
Related posts
» ESA Seminarkan Career Coach dan Beauty to Share
» Perpustakaan Unsyiah Sudah Miliki VPN
» Digital Corner, Pusat Pelayanan Baru Pustaka Unsyiah
» Salah Kode, Proposal PKM Tidak Akan Diterima
» Peringati Haul Teuku Umar, Sobat Bumi Aceh Tanam 1000 Manggrove
» Geumeutoe : Saling Melengkapi Kunci Kesuksesan Kami