Redaksi detak-unsyiah.com menerima sumbangan tulisan dari mahasiswa atau kalangan umum. Setiap tulisan dapat dikirim ke email [email protected] dengan disertai identitas penulis. Terima Kasih
Sebenarnya saya sudah sangat malas dan ingin terbebas dari urusan-urusan beginian, namun dalam hati seakan terjadi pergolakan batin untuk ikut dan memperbaiki yang dirasa perlu diperbaiki di lingkungan kampus tercinta.
Beberapa hari yang lalu saya secara tak sengaja membaca web UKM pers Unsyiah bernama DETaK, di detak-unsyiah.com tentang pemira Unsyiah, dan akhirnya saya terfokus di jadwal pemira. Membaca berita nya saya sedikit mengernyitkan dahi seraya menggumam “wah sepertinya ada yang tidak beres dalam proses pemira tahun ini”. Kenapa saya berfikir seperti itu? Yang pertama jadwal sosialisasi pemira itu mulai tanggal 19 november s/d 23 November dan saya sendiri tak begitu mendapat informasi soal pemira, lalu saya tanyakan ke beberapa teman mereka juga tak tau (ada yang tak beres kan). Lalu yang kedua saya juga melihat jadwal pemira ini cenderung terlalu di paksakan, jadwal kampanye yang mepet (cuman 3 hari) dan di hari ketiga itu pula diadakan debat kandidat yang hanya dilakukan di 1 tempat yang KPR tentukan (lagi-lagi ada masalah). Saya pribadi kalau boleh menilai ini akan menjadi cikal bakal gap di tataran mahasiswa, mulai dari banyak mahasiswa tak mengenal pemimpin kampus nya dan (mungkin) sebahagian mahasiswa tak menganggap bahwa pimpinan kampusnya adalah bagian dari dirinya (sense of belonging rendah).
Saya sedikit ingin bercerita pengalaman saya tentang pemira kali ini. Yang pertama, ketika mengetahui ada yang tidak beres dengan jadwal pemira, saya berinisiatif untuk mencoba mengklarifikasi ke KPR dan DPM yang saya anggap punya otoritas untuk pemira. Ketika saya ke KPR, waktu itu saya bertemu salah satu anggota KPR bagian logistik, seorang mahasiswa FT angkatan 07 (nama tak usah disebut).
Ketika saya sampaikan apa yang menjadi keganjilan pemira kali ini beliau dengan enteng menjawab seperti anak SD dan cenderung meremehkan saya yang bicara pada waktu. Saya hanya berfikir mental nya belum baik untuk menjadi seorang pejabat mahasiswa. Saya tinggalkan karena pada saat itu ketua DPM ada disana. Saya diskusi dengan beliau lalu sampaikan apa yang menjadi keganjilan pemira versi saya. Katanya beliau tak punya power dan bargaining untuk kasus ini, karena yang harusnya bisa mengubah adalah pihak MPM dan KPR, pada waktu itu saya hanya minta beliau sampaikan apa yang menjadi unek-unek saya, dan beliau menyanggupi (saya tak tau apakah disampaikan atau belum).
Akhirnya melihat kekacauan ini saya pun semakin membulatkan tekad ingin memperbaiki keadaan ini. Seperti tulisan saya beberapa hari yang lewat soal #boikotPemiraUnsyiah2012 di sini. http://arifzailanisiregar.tumblr.com/post/36348944688/boikotpemiraunsyiah2012 (lengkap kenapa perlu dibokiot dan tuntutan boikotnya). Salah satu cara untuk memperbaiki keadaan adalah dengan masuk melalu sistem, sehingga saya beranikan diri mendaftar untuk menjadi calon anggota DPM Unsyiah. Namun di perjalanannya saya merasa ada beberapa tantangan yang mesti saya lalui. Mulai dari pengambilan formulir sampai dengan mengurus berkas yang hanya selang 1 hari, kemudian urus ini dan itu. Namun saya yakin ini menjadi proses pembelajaran bagi diri saya.
Ada beberapa hal yang membuat saya kesal, salah satunya adalah malam ini. Malam ini saya mendapat telfon dari seorang anggota KPR (seorang akhwat) sekitar pukul 9 lewat dan dia memberitahu bahwa besok harus hadir mengitu tes mengaji dan wawancara jam 9 pagi. Saya menolak karena besok adalah jadwal kuliah mulai jam 8 sampai jam 12, kuliah ini sulit saya tinggalkan karena saya sudah ditunjuk menjadi penganggung jawab kuliah ini. Saya coba negoisasi dan dia (KPR) tak mau. Saya tutup telfon karena kesal. Selanjutnya jam 11 kurang 15 malam ini saya mendapat sms pemberitahuan dari KPR dengan pesan yang sama, harus hadir pukul 9 untuk mengikuti tes mengaji dan wawancara. Saya gamang, kenapa pemberitahuan penting seperti ini disampaikan di waktu yang mepet, selanjutnya tak ada peraturan tertulis dari KPR sendiri mengenai jadwal tes mengaji dan wawancara ini, jujur saya merasa sangat dipermainkan di kondisi ini. Saya menilai ini juga kekacauan dari jadwal pemira yang KPR tentukan, ada kesan tak siap dari KPR nya sendiri dalam menyongsong pemira 2012 ini.
Apapun itu saya coba mengikuti proses dari mereka. Lolos tidaknya saya untuk mengikuti “pertarungan” untuk menjadi anggota DMPU nanti, saya tetap berusaha. Saya tak ada kepentingan lain selain #semangatPerubahan yang saya usung untuk menjadikan Unsyiah lebih baik lagi di tataran mahasiswa. Saya hanya ingin merubah sistem yang sedikit kurang baik ini menjadi lebih baik lagi, memaksimalkan fungsi-fungsi dari DPM itu sendiri (legislasi, anggaran dan pengawasan) yang selama ini tak kelihatan. Dan saya juga ingin bahwa DPM Unsyiah menjadi cerminan wakil-wakil mahasiswa yang tak pernah mengatakan saya golongan ini, saya dari lembaga ini, tapi wakil-wakil dari mahasiswa untuk kepentingan mahasiswa yang memilih mereka. Salam demokrasi, lawan pembodohan, jaya Mahasiswa.
Banda Atjeh, 28 November 2012 (pukul 1.35 WIB)
Arif Zailani Siregar adalah mahasiswa Keperawatan Unsyiah
Redaksi detak-unsyiah.com menerima sumbangan tulisan dari mahasiswa atau kalangan umum. Setiap tulisan dapat dikirim ke email [email protected] dengan disertai identitas penulis. Terima Kasih
Proses Pemira Unsyiah, Intrik dan Konspirasi
Oleh Arif Zailani Siregar
(Ilustrasi)
Sebenarnya saya sudah sangat malas dan ingin terbebas dari urusan-urusan beginian, namun dalam hati seakan terjadi pergolakan batin untuk ikut dan memperbaiki yang dirasa perlu diperbaiki di lingkungan kampus tercinta.
Beberapa hari yang lalu saya secara tak sengaja membaca web UKM pers Unsyiah bernama DETaK, di detak-unsyiah.com tentang pemira Unsyiah, dan akhirnya saya terfokus di jadwal pemira. Membaca berita nya saya sedikit mengernyitkan dahi seraya menggumam “wah sepertinya ada yang tidak beres dalam proses pemira tahun ini”. Kenapa saya berfikir seperti itu? Yang pertama jadwal sosialisasi pemira itu mulai tanggal 19 november s/d 23 November dan saya sendiri tak begitu mendapat informasi soal pemira, lalu saya tanyakan ke beberapa teman mereka juga tak tau (ada yang tak beres kan). Lalu yang kedua saya juga melihat jadwal pemira ini cenderung terlalu di paksakan, jadwal kampanye yang mepet (cuman 3 hari) dan di hari ketiga itu pula diadakan debat kandidat yang hanya dilakukan di 1 tempat yang KPR tentukan (lagi-lagi ada masalah). Saya pribadi kalau boleh menilai ini akan menjadi cikal bakal gap di tataran mahasiswa, mulai dari banyak mahasiswa tak mengenal pemimpin kampus nya dan (mungkin) sebahagian mahasiswa tak menganggap bahwa pimpinan kampusnya adalah bagian dari dirinya (sense of belonging rendah).
Saya sedikit ingin bercerita pengalaman saya tentang pemira kali ini. Yang pertama, ketika mengetahui ada yang tidak beres dengan jadwal pemira, saya berinisiatif untuk mencoba mengklarifikasi ke KPR dan DPM yang saya anggap punya otoritas untuk pemira. Ketika saya ke KPR, waktu itu saya bertemu salah satu anggota KPR bagian logistik, seorang mahasiswa FT angkatan 07 (nama tak usah disebut).
Ketika saya sampaikan apa yang menjadi keganjilan pemira kali ini beliau dengan enteng menjawab seperti anak SD dan cenderung meremehkan saya yang bicara pada waktu. Saya hanya berfikir mental nya belum baik untuk menjadi seorang pejabat mahasiswa. Saya tinggalkan karena pada saat itu ketua DPM ada disana. Saya diskusi dengan beliau lalu sampaikan apa yang menjadi keganjilan pemira versi saya. Katanya beliau tak punya power dan bargaining untuk kasus ini, karena yang harusnya bisa mengubah adalah pihak MPM dan KPR, pada waktu itu saya hanya minta beliau sampaikan apa yang menjadi unek-unek saya, dan beliau menyanggupi (saya tak tau apakah disampaikan atau belum).
Akhirnya melihat kekacauan ini saya pun semakin membulatkan tekad ingin memperbaiki keadaan ini. Seperti tulisan saya beberapa hari yang lewat soal #boikotPemiraUnsyiah2012 di sini. http://arifzailanisiregar.tumblr.com/post/36348944688/boikotpemiraunsyiah2012 (lengkap kenapa perlu dibokiot dan tuntutan boikotnya). Salah satu cara untuk memperbaiki keadaan adalah dengan masuk melalu sistem, sehingga saya beranikan diri mendaftar untuk menjadi calon anggota DPM Unsyiah. Namun di perjalanannya saya merasa ada beberapa tantangan yang mesti saya lalui. Mulai dari pengambilan formulir sampai dengan mengurus berkas yang hanya selang 1 hari, kemudian urus ini dan itu. Namun saya yakin ini menjadi proses pembelajaran bagi diri saya.
Ada beberapa hal yang membuat saya kesal, salah satunya adalah malam ini. Malam ini saya mendapat telfon dari seorang anggota KPR (seorang akhwat) sekitar pukul 9 lewat dan dia memberitahu bahwa besok harus hadir mengitu tes mengaji dan wawancara jam 9 pagi. Saya menolak karena besok adalah jadwal kuliah mulai jam 8 sampai jam 12, kuliah ini sulit saya tinggalkan karena saya sudah ditunjuk menjadi penganggung jawab kuliah ini. Saya coba negoisasi dan dia (KPR) tak mau. Saya tutup telfon karena kesal. Selanjutnya jam 11 kurang 15 malam ini saya mendapat sms pemberitahuan dari KPR dengan pesan yang sama, harus hadir pukul 9 untuk mengikuti tes mengaji dan wawancara. Saya gamang, kenapa pemberitahuan penting seperti ini disampaikan di waktu yang mepet, selanjutnya tak ada peraturan tertulis dari KPR sendiri mengenai jadwal tes mengaji dan wawancara ini, jujur saya merasa sangat dipermainkan di kondisi ini. Saya menilai ini juga kekacauan dari jadwal pemira yang KPR tentukan, ada kesan tak siap dari KPR nya sendiri dalam menyongsong pemira 2012 ini.
Apapun itu saya coba mengikuti proses dari mereka. Lolos tidaknya saya untuk mengikuti “pertarungan” untuk menjadi anggota DMPU nanti, saya tetap berusaha. Saya tak ada kepentingan lain selain #semangatPerubahan yang saya usung untuk menjadikan Unsyiah lebih baik lagi di tataran mahasiswa. Saya hanya ingin merubah sistem yang sedikit kurang baik ini menjadi lebih baik lagi, memaksimalkan fungsi-fungsi dari DPM itu sendiri (legislasi, anggaran dan pengawasan) yang selama ini tak kelihatan. Dan saya juga ingin bahwa DPM Unsyiah menjadi cerminan wakil-wakil mahasiswa yang tak pernah mengatakan saya golongan ini, saya dari lembaga ini, tapi wakil-wakil dari mahasiswa untuk kepentingan mahasiswa yang memilih mereka. Salam demokrasi, lawan pembodohan, jaya Mahasiswa.
Banda Atjeh, 28 November 2012 (pukul 1.35 WIB)
Arif Zailani Siregar adalah mahasiswa Keperawatan Unsyiah
@arifzaisir #boikotPemiraUnsyiah2012 #semangatPerubahan/085760037135
Related posts
» Pemira FE Terancam Diundur, Ini Sebabnya
» Kampusku Sayang, Kampusku Malang
» Menyorot Kinerja KPR
» Ongkos Pemira Unsyiah 2013 Tembus Angka 20 Jutaan
» Sejumlah Saksi Keberatan dengan 12 Suara Nihil di FKIP
» 12 Surat Suara ‘Siluman’ Muncul, Kotak Suara diamankan Polisi