DETaK | Banda Aceh- Sejumlah jurnalis Aceh yang mengikuti workshop dan Focused Groups Discussion (FGD) yang diselenggarakan United Nations Development Programme (UNDP) akhirnya sepakat membentuk forum jurnalis peduli bencana pada pertemuan hari kedua di Hotel The Pade, Minggu (16/10/2011). Kesepakatan itu dicapai setelah menyelesaikan draft kode etik dan peliputan serta draft panduan peliputan bencana dalam pengurangan resiko bencana.
Sebelumnya, fasilitator workshop dan FGD membuat konferensi dengan membagi tiga kelompok dari para peserta untuk melakukan diskusi guna membahas ulang konsep Pengurangan Resiko Bencana (PRB), perkembangan tentang organisasi, pengetahuan dasar kebencanaan, program, resolusi, fungsi dan peran media serta rencana tindaklanjut. Disaster Risk Reduction-Aceh (DRR-A) akan memfasilitasi seluruh tahapan yang dilakukan forum tersebut.
Tugas itu akan diselesaikan para peserta agar dapar dipresentasikan pada pertemua selanjutnya, Senin besok (17/10/2011). “Forum itu adalah solusi yang bagus untuk memastikan tentang kebenaran informasi bencana kepada jurnalis dan masyarakat mendapat pemberitaan yang akurat,” jelas Hayatullah, perwakilan The Globe Jurnal.
Riza Naseer, wartawan Vivanews mengharapkan seharusnya aplikasi idealisme empati dalam peliputan jurnalisme bencana harus diterapkan oleh media di Indonesia karena jurnalis sangat berperan dalam penanggulangan dan pengurangan resiko bencana.
Pada workshop tersebut peserta juga mendapat materi tentang konsep-konsep advokasi yang dapat dilakukan media atau organisasi jurnalis dan strategi serta program penting organisasi jurnalis dalam pengurangan resiko bencana. Kedua materi itu disampaikan oleh Ahmad Arief dari Kompas dan Adi Warsidi dari Tempo. [Ferdian A Majni]