Resensi | DETaK
Judul : Filosofi Teras; Filsafat Yunani-Romawi Kuno untuk Mental Tangguh Masa kini
Penulis : Henry Manampiring
Ilustrator : Levina Lesmana
Editor : Patricia Wulandari
Tahun Terbit : 2019
ISBN : 978-602-412-518-9
Ukuran Buku : 13×19 cm
Jumlah Halaman : 320 Halaman
Filosofi Teras merupakan sebuah buku yang memperkenalkan filsafat stoic atau stoa dalam bahasa Indonesia. Dalam buku ini dijelaskan mengenai topik-topik stoisisme yang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Stoic atau stoisisme merupakan aliran filsafat atau mazhab filsafat Romawi kuno yang berkembang dari 2300 sebelum masehi sampai 200 masehi yang bisa membantu kita mengatasi emosi negatif dan menghasilkan mental yang tangguh dalam menghadapi naik-turunnya kehidupan. Mengapa judul bukunya Filosofi Teras? Penulis mengungkapkan, karna istilah stoic sukar untuk diucapkan, oleh sebab itu penulis mengambil kata terjemahannya. Istilah stoic diambil dari tempat dimana filsuf-filsuf dan murid-murid berdiskusi yaitu disebuah teras berpilar yang dihiasi dengan sebuah lukisan. Oleh karna itu penulis mengambil judul Filosofi Teras.
IKLAN
loading...
|
Buku Filosofi Teras menjelaskan mengenai penerapan dari filsafat stoisisme pada kehidupan sehari-hari. Buku ini merupakan jenis buku self help dengan pendekatan filsafat yang ternyata bisa diterapkan oleh orang awam. Buku ini terdiri dari 12 Bab, dimana Bab 1 diawali dengan survei penulis mengenai kekhawatiran nasional. Kemudian Bab 2 mengenai tujuan utama dari Filosofi Teras. Bab 3 mengenai hidup selaras dengan alam. Bab 4 mengenai dikotomi kendali. Bab 5 cara mengendalikan interpetasi dan persepsi. Bab 6 memperkuat mental. Bab 7 hidup di antara orang yang menyebalkan. Bab 8 mengenai menghadapi kesusahan dan musibah. Bab 9 menjadi orang tua. Bab 10 citizen of the world. Bab 11 tentang kematian. Terakhir Bab 12 penutup.
Dibuku ini kita diajarkan untuk mencari kedamaian dalam hidup melalui diri sendiri bukan dari ekspektasi diluar kendali kita. Bagaimana caranya mengatasi baper, galau, emosi, cemas, khawatir dan cara mengtasi masalah dalam hidup. Prinsip utamanya yaitu manusia tidak sepantasnya melawan sabda alam. Kita sebagai manusia harus hidup selaras dengan alam untuk bersikap lapang dada dan fokus saja pada apa yang dapat dikendalikan karna manusia tidak dapat mengendalikan segala hal.
Dimata stoa bahagia adalah manakala kita terbebas dari gangguan emosi atau segala perasaan yang menganggu.
Pesan atau pelajaran yang didapat dari buku ini pertama, mengenai mengatur emosi supaya kita bisa mengatur reaksi pada diri kita sendiri, salah satu caranya yaitu dengan dikotomi kendali. Terdapat 2 kendali didunia ini yaitu hal yang bisa kita kendalikan dan hal diluar kendali kita. Menurut stoisisme hal-hal yang bisa membuat galau, baper, kecewa, sedih, badmood itu merupakan kebahagian yang kita gantungkan, justru diluar hal yang bisa kita kendalikan. Pentingnya memahami “kendali” bukan hanya soal kemampuan kita “memperoleh” tetapi juga “mempertahankan”. Kemudian pesan selanjutnya adalah melatih diri dalam membayangkan hal buruk agar kita lebih siap. Pesan ketiga mengenai kita semua warga dunia jadi jangan mendiskriminasikan orang lain.
Dibuku ini juga terdapat ilustrasi-ilutrasi yang menarik sehingga pembaca tidak akan bosan untuk membacanya, kemudian disetiap bab terdapat intisarinya, adanya riset sesuai dengan survei yang dilakukan penulis. []
Peresensi bernama Indah Lisdian, mahasiswi Jurusan Pendidkan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan (FKIP) USK, angkatan 2019. Ia juga merupakan salah satu anggota aktif UKM Pers DETaK Unsyiah.
Editor: Della Novia Sandra