Resensi|DETaK
Judul : Dancing in The Rain
Sutradara : Rudi Aryanto
Skenario : Tisa TS, delhifilmarchive
Diproduksi : Screenplay Films, Legacy Pictures
Pemeran : Dimas Anggara, Deva Mahendra, Bunga Zainal, Christine Hakim
Tahun Rilis : 2018
Penghargaan : Festival Film Bandung untuk Pemeran Utama Pria Terpuji Film Bioskop
Durasi : 101 menit
Negara : Indonesia
Bahasa : Indonesia
Film ini mengisahkan tentang Banyu, seorang anak yang memiliki keterbelakangan mental yang disebut dengan spectrum autism. Kelainan ini memiliki ciri-ciri seperti sibuk dengan dunianya sendiri, tidak mendengarkan perkataan lawan bicaranya, dan cenderung memiliki kecerdasan rata-rata pada bidang yang ia sukai. Itu terjadi pada saat ia tumbuh menjadi seorang anak. Seorang dokter psikolog anak mengatakan bahwa pada saat ibu Banyu mengandungnya, si ibu kemungkinan besar mengalami tekanan mental seperti kehadiran Banyu pada saat itu tidak diharapkan oleh si ibu sementara ayah Banyu juga tidak bertanggung jawab atas kelahirannya.
Penyebab lainnya yaitu asupan makanan si ibu yang tidak terpenuhi saat mengandung dan mengakibatkan tidak adanya keseimbangan kimiawi yang masuk ke dalam tubuh si anak. Setelah beberapa waktu kemudian, Banyu tumbuh menjadi anak yang bisa dikatakan sedikit keras kepala. Dalam kesehariannya Banyu tidak tinggal dengan orang tuanya melainkan bersama neneknya. Tidak mudah untuk mengurus seorang cucu sendirian dengan kondisi yang seperti itu, tetapi dengan kasih sayang dan ketulusan hati yang diberikan, beliau bisa mengurusnya sampai ia memasuki usia sekolah.
IKLAN
loading...
|
Banyu bersekolah di sekolah umum seperti anak-anak yang lainnya. Ia hanya sibuk dengan menggambar dan tidak menghiraukan apa yang dikatakan oleh gurunya dan tidak memiliki teman disekolah. Karena ia lebih senang berkegiatan di rumah tanpa ada gangguan. Banyu selalu disiplin terhadap waktu-waktu yang telah menjadi kebiasaannya. Suatu ketika pada saat pulang sekolah, ia melihat betapa bahagianya anak-anak seusianya bermain Bersama. Ia pun teratarik untuk bergabung dengan mereka. Ketika sedang bermain bola, secara kebetulan bola mengarah ke arahnya. Ia pun tidak mau mengembalikan bola tersebut yang menyebabkan terjadinya pertengkaran antara Banyu dan kawan-kawannya. Ia tidak melakukan perlawanan apapun, melainkan memukul-mukul kepalanya sendiri dan membuat kawan-kawannya kebingungan atas apa yang terjadi sebenarnya dengan dirinya.
Tak lama kemudian ada seorang anak yang melemparkan batu kecil kepada anak-anak yang bertengkar dengan Banyu. Anak itu melempar batu dengan ketapel yang membuat anak anak tersebut lari meninggalkannya. Banyu pun meninggalkan anak yang telah menolongnya itu. Anak itu bernama Radin. Ia sepertinya tertarik kepada Banyu untuk dijadikan teman pada saat insiden itu terajdi. Ia mengantarkan Banyu sampai ke rumahnya sambil mengajarkan cara menggunakan ketapel pada saat ia kembali menghadapi pertengkaran lagi.
Setibanya di rumah, sang nenek bahagia melihat cucu kesangannya akhirnya mendapatkan teman yang baik. Lain cerita dengan orang tua Radin, saat ia sampai di rumah orang tuanya dibuat kecewa karena anak yang dilemparkan batu menuruti Radin ke rumahnya dan menyuruhnya untuk meminta maaf kepada anak yang dilempari batu tersebut. Ia pun tidak mau meminta maaf karena ia merasa tidak bersalah dengan perlakuan yang ia berikan kepada anak itu. Ibu Radin pun kecewa dengan pertemanannya dengan Banyu, sampai pada akhirnya si ibu tidak menyukai anaknya berteman dengan Banyu dan menyuruh untuk berhenti berteman dengan anak yang mengidap autisme tersebut.
Beberapa hari kemudian, Banyu mendapatkan seorang teman lagi bernama Kinara. Pertemuan ini diawali ketika teman sekolah Kinara mengambil tasnya. Saat itu Banyu melihat kejadian itu yang membuatnya melemparkan batu dengan ketapel yang pernah diajarkan oleh Radin. Kinara pun berterima kasih kepada Banyu yang telah menolongnya. Sampai pada akhirnya Banyu memiliki dua orang sahabat yang selalu mendampinginya saat ia telah beranjak dewasa.
Banyu pada saat itu sibuk dengan perlombaan sains di perkulihannya, Radin pun juga sibuk dengan olahraga basket yang digelutinya. Berbeda dengan kinara yang tengah berjuang melawan penyakit kanker selaput otak. Kinara selalu memikirkan penyakit yang tengah diidapnya itu. Ternyata hubungan antara Radin dengan Kinara berlanjut ke jenjang yang lebih serius. Akan tetapi si ibu kurang mengizinkan hubungan itu, karena kondisi kesehatan Kinara. Radin mencoba membawa Kinara dan Banyu untuk berkunjung ke pasar malam untuk menghibur Kinara. Setelah berkeliling di pasar malam mereka pun lapar dan singgah ke restoran terdekat. Setibanya di sana ada beberapa laki laki yang meledek Banyu, sontak Radin merasa kesal dan memukuli mereka hingga ia sendiri terluka.
Di saat mereka telah pulang, Kinara menelepon Radin untuk menanyai keadaannya, namun ibu Radin yang menjawabnya. Ibunya mengatakan untuk menjauhi Radin dan meminta untuk memutuskan pertemanan antara Banyu, Kinara dan Radin. Selanjutnya ibu Radin pergi ke rumah Banyu menyuruh untuk menjauhi anaknya tetapi Banyu tidak mau menuruti, akhirnya terjadilah keributan hingga akhirnya si ibu terjatuh karena didorong oleh Banyu. Radin melihat kejadian tersebut yang membuat ia enggan lagi berteman dengan Banyu. Keesokan harinya Radin mengikuti turnamen basket. Pertandingan yang berharga itu tidak dihadiri oleh Kinara dan juga Banyu.
Beberapa menit kemudian Banyu tampak menghadiri turnamen itu seketika ia dicegah masuk oleh pengawal karena sebelumnya ia membuat kerusuhan pada pertandingan Radin. Banyu melihat Radin yang tiba-tiba pingsan. Radin dibawa kerumah sakit untuk pemerikasaan lebih lanjut. Dokter menjelaskan bahwa penyakit yang diderita Radin merupakan penyakit jantung yang diturunkan dari ayahnya, dan ia pun butuh transplantasi jantung secepatnya agar bisa pulih. Mendengar hal tersebut, Banyu terdiam dan bersedih. Tak lama Banyu memutuskan untuk menjadi pendonor jantung untuk sahabatnya. Pada malam hari ketika semua sudah tertidur ia pergi ke rumah sakit untuk mendonorkan jantungnya.
Sebelumnya Banyu membuat sepucuk surat yang berisikan, “I Want to Give My heart for you” untuk Radin.Ia juga meminta izin kepada sang nenek untuk mendonorkan jantungnya kepada Radin pada saat si nenek sudah tertidur.Didalam perjalanan terjadilah sebuah kecelakaan truk yang menimpa Banyu, ia dilarikan ke Rumah sakit. Di saat si nenek tengah tertidur lelap, tiba tiba seseorang meneleponnya dan memberi kabar bahwa Banyu tengah dirumah sakit karena kecelakaan. Sontak nenek terkejut mendengar hal itu dan bergegas untuk melihat kondisi cucunya di rumah sakit. Banyu dalam kondisi kritis namun sang dokter meminta izin kepada si nenek agar secepatnya mendonorkan jantungnya kepada Radin. Sang nenek menyetujuinya,dan transplantasi pun dimulai.
Nenek Banyu tak bisa menahan air matanya melihat cucu kesayangannya sudah tidak bernyawa dan hanya bisa pasrah dengan takdir yang dipilih Banyu untuk sahabatnya.Beberapa hari kemudian Radin sadar dalam kondisi yang lemah dan meminta ibunya untuk mengantarkannya ke rumah Banyu. Sesampai disana Radin memanggil Banyu ,dan tidak ada seorang pun yang menjawabnya. Radin pun kembali ke rumah untuk beristirahat sejenak sambil menonton televisi yang menyiarkan pemenang dari kompetisi sains yang diikuti oleh Banyu.
Radin terkejut mendengar bahwa Banyu mendapatkan juara pertama dari kompetisi itu serta menjadi pendonor jantung untuk sahabatnya .Ia pun menangis dan tidak percaya dengan berita tersebut dan langsung bergegas pergi ke pemakaman Banyu bersama Kinara yang pada saat itu kondisinya juga tidak sehat karena masih dalam berjuang melawan kanker. Mereka pun berterima kasih kepada Banyu karena telah menjadi sahabat yang baik selama hidup mereka.
Pesan yang disampaikan dalam film ini adalah kita sebagai sahabat tentunya saling mendukung, saling menguatkan satu sama lain dan juga saling membantu jika sahabat kita mengalami kesusahan. Berbuat baiklah kepada seorang sahabat maka kamu akan mendapatkan kebaikan yang lebih. Untuk seorang ibu jangan sesekali melarang anaknya untuk bermain dengan teman yang memiliki kekurangan, karena setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing masing. Pada suatu saat nanti kekurangan seseorang menjadikan itu sebagai kelebihan ia di hari nanti. Meremehkan kekurangan orang lain tentu bukanlah hal yang patut untuk dilakukan ,kita tidak tau hal apa yang akan ia tunjukkan kepada dunia bahwa ia juga memiliki kelebihannya sendiri.[]
Peresensi bernama Refly Nofril, mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USK angkatan 2019. Ia juga merupakan salah satu anggota di UKM Pers DETaK Unsyiah.
Editor: Teuku Muhammad Ridha