Cerbung | DETaK
Hatiku seketika dilanda kekalutan mendengar pertanyaan yang dilontarkan Sherly. Rasanya aku ingin segera keluar dari situasi ini, tapi aku tetap tidak menemukan cara agar segera terbebas dari hal ini.
“Kak, Kakak mau kan pergi menggantikanku ke pesta temanku?” Sherly kembali bertanya dengan nada memelas.
“Maaf, maksud kalian aku pergi menggantikan Sherly? Jadi aku harus berpura-pura menjadi Sherly di pesta itu?” Aku bertanya untuk memastikan apa yang mereka maksud.
“Iya, tepat sekali, Tasya yang pintar.” Adel lalu menyahut pertanyaanku.
“Maaf, aku tidak bisa.” Aku mengatakannya dengan tegas kali ini.
“Ayolah, Kak, kali ini saja, bantu aku. Aku tidak bisa melewatkan konser musik KPop yang telah kutunggu selama 3 tahun terakhir. Kakak tau, aku bahkan membeli tiket pesawat, tiket konser, semuanya itu dari tabungan sendiri sejak 3 tahun lalu, aku akan kehilangan uang tabungan ku jika aku tidak jadi pergi.” Sherly terlihat semakin memelas dan dia hampir saja menangis saat mengatakan hal itu, membuatku semakin tidak tega.
“Tapi, ini sama saja kita akan membohongi semua temanmu. Itu bukanlah hal yang baik.” Aku mencoba terus berbicara dengan tegas.
“Begini saja, sepertinya tidak ada yang ingin mengalah di antara kalian berdua. Tasya, cobalah untuk mempertimbangkannya kembali, kamu sebenarnya takut kan menghadapi teman-teman Sherly? Kamu bahkan tidak pernah keluar meski aku sering ke sini.” Adel bertanya kepadaku dengan raut wajahnya yang datar.
“I…..iya, sebenarnya aku tidak nyaman dengan teman-teman Sherly dan aku juga tidak suka keramaian, aku mohon kalian cari solusi lain, jangan libatkan aku di sini.” Aku berkata dengan nada bergetar, kini akulah yang hampir menangis.
“Hmmmppp, baiklah, terserah kamu saja. Tapi menurutku tidak ada ruginya kamu membantu Sherly, toh ini hanya sampai ulang tahun Tania, dan lagi kamu juga harus berbaur di perkuliahan setelah ini, jangan bersikap seperti ini terus.” Adel menatapku dingin
“Hey, sudah-sudah Adel, Kakak gue makin takut tuh.” Sherly memukul kepala temannya itu.
“Awww, sakit!” keluh Adel sambil mengelus kepalanya.
“Begini saja, pikirkanlah beberapa hari lagi, bagaimana kalau 3 hari? Dalam 3 hari lagi berilah jawabannya, kali ini tolong aku, aku benar-benar mohon bantuan Kakak. Kalau aku tidak datang aku akan kehilangan teman, tapi kalau aku datang aku akan kehilangan kesempatan menyaksikan konser yang aku tunggu selama 3 tahun, dua-duanya berat bagiku, Kak.” Sherly terus berbicara panjang lebar meyakinkanku untuk membantunya.
“Aku akan memikirkannya lagi,” jawabku singkat dan langsung pergi meninggalkan mereka di ruang tamu.
***
Keesokan harinya, aku pergi ke pusat perbelanjaan terdekat bersama Sherly dan Adel. Hatiku masih diselubungi kekalutan atas permintaan Sherly, aku benar-benar tidak ingin ke pesta temannya, tapi bagaimana caranya aku bisa menolak hal itu dengan baik. Kemarin aku berpikir penolakan dengan tegas bisa membuat mereka mengerti, ternyata mereka masih saja memelas. Bahkan sampai tiba di mall pun pikiranku masih saja pusing memikirkan cara menghindari situasi ini.
“Kak, coba pakai ini!” Perkataan Sherly menyadarkanku dari berbagai lamunan dan beban pikiranku saat ini.
“Eh, i…iya.” Aku spontan mengambil baju yang dipegang Sherly dan hendak mencoba di ruang ganti. Seketika aku tersadar model baju itu terlihat seperti style Sherly, aku lalu kembali keluar dari ruang ganti dan bertanya kepada mereka.
“Apa maksud kalian menyuruhku mencoba ini? Kalian ingin memaksaku datang ke pesta itu?” Aku bertanya kepada mereka. Mereka lalu saling menatap satu sama lain, aku tau yang mereka pikirkan, tapi aku juga tidak bisa langsung marah kepada mereka di situasi ini.
“Kak, cobalah dulu, sebentar lagi kita akan jadi Mahasiswa, Kakak bisa mencocokkan style berpakaian seperti orang-orang di Jakarta, percayalah Kakakku, aku peduli padamu.” Perkataan manis Sherly entah itu hanya untuk menenangkanku atau bukan, tapi aku merasa tenang setelah itu dan mencoba menuruti mereka kali ini dengan memakai baju itu.
Aku keluar dari ruang ganti dengan memakai baju yang baru saja kucoba. Gaun merah muda ini tampak sangat indah, namun aku merasa tidak nyaman karena ini bukan gayaku.
“Wahhhh, keren, luar biasa.” Adel berkata sambil mendekatiku, dan menguncir rambutku seperti gaya Sherly biasanya, aku hanya bisa diam saja.
“Kakak cantik sekali, persis seperti aku.” Sherly terlihat girang dan memotretku dengan ponselnya berkali-kali, tiba-tiba dia berhenti memotret dan sepertinya sedang membaca pesan.
“Del, Andre mau datang sebentar lagi tapi gue harus pergi les. Mama bisa marah kalau gue gak datang les piano kali ini, kalian makan saja bersama Andre, ya.” Sherly berkata lalu seperti mengetik membalas pesan lagi, tapi tangannya berhenti saat ponsel miliknya direbut oleh Adel. Dan Sherly Keheranan dengan sikap temannya.
“Andre mau datang ke sini kan? Kita lihat seberapa kenal dia dengan seorang Sherly Susantoe.” Adel kemudian tertawa menyeringai.
“Tapi dia udah tau tuh, gue punya kembaran.” Sherly kemudian mengambil kembali ponsel miliknya.
“Iya, tapi tetap saja, kalau seperti ini dia pasti juga akan sulit membedakan lo atau Tasya. Balas aja lo tunggu dia di sini, jangan bilang pergi les.” Adel berkata sambil tersenyum aneh.
“Baiklah, entah apakah ini menyenangkan, tapi terserah saja, aku pergi dulu, bye…” Sherly lalu pergi meninggalkan kami berdua sambil melambaikan tangan.
“Tasya ganti bajunya dengan baju ini sekarang, cepatlah Andre mau datang.” Adel menyuruhku segera mengganti pakaian dengan yang ada di tangannya, yaitu setelan kasual persis seperti gaya Sherly biasanya, aku yang tidak tau harus apa terpaksa menurut saja dengan ide ini.
“Kau mengerti maksudku kan? Ayolah kali ini saja.” Pertanyaan Adel itu seolah mengisyaratkan hal gila yang akan aku lakukan setelah ini. Bahkan sebelum pesta ulang tahun itu, tapi aku juga tidak bisa keluar dari situasi ini dan aku tidak punya pilihan lain, lebih baik aku turuti saja permainan Adel kali ini.
Bersambung ke part 6
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Pertanian Unsyiah angkatan 2018 bernama Nana Dahliati. Ia juga anggota aktif di UKM Pers DETaK Unsyiah
Editor: Indah Latifa