Resensi | DETaK
Identitas buku
Judul: Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan
IKLAN
loading...
|
Penulis: Tasaro GK
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun terbit: 2010
Genre: biografi, spiritualitas
Bahasa: Indonesia
Jumlah halaman: 640 halaman
Taufik Saptono Rohadi atau yang lebih dikenal dengan nama penanya sebagai Tasaro GK adalah penulis asal Gunungkidul, Yogyakarta. Ia merupakan penulis dari sejumlah buku best seller seperti Nibiru dan Ksatria Atlantis dan Galaksi Kinanthi; Sekali Mati Itu Sudah Mati? Tetralogi biografi Nabi Muhammad merupakan bukunya yang selesai dirampungkan pada 2016 yang lalu dengan seri terakhirnya yaitu Muhammad: Genereasi Penggema Hujan. Buku terakhir yang ditulisnya berjudul Al-Masih: Putra sang Perawan yang merupakan novel biografi Nabi Isa.
Buku Muhammad: Lelaki Penggengam Hujan adalah seri pertama dari tetralogi biografi Nabi Muhammad yang ditulis oleh Tasaro GK. Buku ini secara garis besar mengisahkan perjalanan dan peristiwa-peristiwa penting yang dialami Nabi Muhammad semasa hidupnya dan selama beliau berdakwah menyebarkan ajaran Islam.
Buku ini dimulai dengan sejumlah cerita dari berbagai belahan dunia dengan latar waktu di masa yang sama di masa kenabian Muhammad, membahas tentang nubuat yang tertulis dalam kitab-kitab mereka tentang akan terlahirnya seorang pemuda yang menghapus kejahatan dan kesesatan, mengajarkan kebenaran, serta menyebarkan ajaran tersebut ke seluruh penjuru dunia.
Dari kabar mengenai kabar kedatangan Astvat-ereta dalam kepercayaan Persia, Sang Buddha Maitreya dalam ajaran Buddhisme di Tibet, Bar Nasha dari catatan di sebuah Biara Kristen di Mesir, Malechha Dharma dalam kitab Bhavissya Puran di India, dan Maharishi di Nusantara. Semua diyakini sebagai orang yang sama, yang telah dikabarkan kedatangnnya ke berbagai belahan bumi. Dimulai dari sini, barulah para pembaca mungkin akan sadar bahwa yang mereka baca bukanlah sembarang novel biografi.
Meskipun sebuah biografi, Anda tidak bisa berharap novel ini memiliki format yang sama dengan novel-novel biografi lainnya. Mengambil sudut pandang orang ketiga, Tasaro GK akan berusaha membawa Anda menelusuri pikiran dan benak orang-orang yang menjumpai langsung Nabi Muhammad bahkan yang hanya mengenalnya lewat manuskrip-manuskrip lama. Misalnya saja pada bab pertama, Anda akan dibuat gelisah, senang, sekaligus takjub pada sudut pandang Buhaira sang Pendeta yang mengenali tanda kenabian pada Rasulullah belia dan berusaha menuliskan kabar mengenai kedatangan Himada yang telah dijanjikan, muncul di depan matanya. Atau kekecewaan dan rasa sedih pada bab kedua ketika seorang pria bernama Elyas dari Biara Busra mendapati bahwa dia terlambat menemui langsung Rasulullah karena beliau sudah wafat.
Perlu digarisbawahi, sejarah yang ditampilkan tidak seluruhnya dan terkadang tidak dirunut secara kronologis. Buku ini berusaha menampilkan peristiwa-peristiwa yang dianggap krusial dan bisa memberi alur yang ringkas sekaligus berbobot, seperti pertemuan Nabi Muhammad dengan Pendeta Buhaira, Perang Uhud, Perang Badar, Perang Khandaq, beberapa kisah tentang kehidupan Rasulullah bersama keluarga dan sahabatnya, dan Peristiwa Fathu Makkah. Bahkan kisah-kisah tersebut terlepas dari unsur kausalitas sebagaimana yang kita kenal. Dari peristiwa-peristiwa penting tersebut, hanya akan ditulis bagian-bagian yang dianggap sangat menarik dan mampu memainkan emosi para pembaca.
Tidak hanya memberi terobosan baru dalam menyajikan dan memilah kisah yang diangkat dalam novel biografinya, penulis dengan berani menyisipkan cerita fiksi original karangannya sendiri berselang-seling dengan kisah sejarah perjuangan Nabi Muhammad. Paralel dengan masa kenabian Muhammad, tersisip cerita mengenai seorang pria Persia bernama Kashva yang bertualang meninggalkan negerinya demi mencapai jazirah Arab, untuk menemui langsung Rasul Terakhir yang diutus, demi memurnikan ajaran Nabi Zarathustra yang telah diubah oleh masyarakat Persia masa itu.
Kashva sendiri merupakan seorang pendeta di Kuil Gunung Tistan, yang mendapat kabar tersebut seorang temannya dari Busra yang bernama Elyas, penjaga biara yang juga mengetahui tentang kedatangan utusan terakhir lewat catatan yang ditinggalkan oleh Buhaira. Mendengar kabar itu, karena keberanian dan ketajaman pemikirannya, Kashva berani menyuarakan bahwa ajaran Zardust yang dianut orang Persia tidak lagi asli. Hal ini membuat Kaisar Khosrou murka dan memerintahkannya dihukum. Namun sebelum sempat ditahan, ia berhasil kabur. Dalam pelariannya inilah dia memutuskan untuk menemui nabi Muhammad yang dia juluki sebagai Lelaki Penggengam Hujan.
Tasaro GK tidak diragukan lagi merupakan penulis yang mampu menyajikan kisah-kisah yang luar biasa, baik fiksi maupun nonfiksi. Gaya penyampaian cerita yang digunakan sangat terlihat jelas merupakan gaya khasnya. Bahasa-bahasa indahnya sangat tergambar dari bagaimana beliau menyelipkan pertanyaan-pertanyaan retoris kepada Nabi Muhammad melalui persepsi sahabat-sahabat dan sanak keluarganya, juga bagaimana beliau memberikan julukan-julukan penuh pujian kepada Nabi Muhammad seperti Lelaki Penggengam Hujan, Duhai yang Hatinya Bercahaya, Wahai Lelaki yang Jitu Perhitungannya, dan sebagainya.
Bagi Anda yang sudah terbiasa dengan sejarah Nabi Muhammad, mungkin selipan kisah perjalanan Kashva memberikan kesan segar yang tidak biasa. Selain karena berselang-seling dengan sejarah asli Nabi Muhammad, cerita original karya Tasaro GK menyajikan alur yang meskipun ringkas namun tetap menegangkan. Bayangkan saja, upayanya lari dari kejaran prajurit kerajaan Persia mengharuskan tempat-tempat yang disinggahinya diserang. Belum lagi kisah Kashva yang melewati penjuru Asia menawarkan sensasi seolah Anda diajak dalam tur spiritualitas yang penuh makna.
Hal yang mungkin terlintas dalam benak saat pertama kali membaca gaya penulisan novel biografi dengan gaya ini adalah, “Apakah mungkin mencampurkan antara fiksi dan nonfiksi seperti ini?” Mungkin juga akan timbul keragukan mengenai keabsahan sejarah yang ditampilkan, apalagi kisah nonfiksi dan fiksi ini di satu titik bersinggungan, meskipun tidak signifikan dan mencoreng langsung sejarah asli Nabi Muhammad.
Namun, sumber yang diambil penulisan sebagai bahan rujukan bagian-bagian biografi merupakan kitab-kitab yang sudah umum dijadikan sebagai referensi untuk mengkaji sejarah nabi Muhammad seperti al-Qur’an dan kitab Sirah Nabawiyah karangan Ibnu Hisyam. Bahkan satu referensi yang cukup menarik perhatian adalah Ramalan Tentang Muhammad SAW. Dalam Kitab Suci Agama Zoroaster, Hindu, Buddha, dan Kristen karya Abdul Haq Vidyarthi yang sepertinya menjadi salah satu referensi penting untuk novel ini. Semua sumber dan referensi yang digunakan oleh Tasaro GK untuk merangkum kisah Nabi Muhammad dan membangun cerita originalnya dicantumkan pada akhir buku.
Satu hal yang sedikit mengganggu adalah istilah-istilah yang digunakan dalam bukunya, terutama ketika bersinggungan dengan kepercayaan lain, karena beberapa masih asing bagi orang awam, sedangkan bagian catatan kaki diletakkan pada akhir buku sehingga para pembaca mungkin tidak akan langsung menyadari dan paham maksud atau arti dari istilah tersebut sebelum membaca habis seluruh bukunya.
Secara keseluruhaan, novel ini sangat pantas untuk dibaca, terutama bagi Anda yang merasa bosan dengan cara lama dalam penyampaian sejarah. Meskipun dengan format yang bisa dikatakan “unik” (dalam konotasi positif), buku Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan merupakan novel biografi yang apik dan tidak akan menghilangkan sisi historis dan keabsahan kisah yang disajikan di dalamnya. Sebagai tambahan informasi, buku ini juga termasuk dalam daftar 20 Novel Indonesia Terbaik versi Goodreads pada posisi keempat dengan rating 4,4 dari 5. Buku Muhammad: Lelaki Penggeggam Hujan dilanjutkan dalam tiga buku lainnya yaitu Muhammad: Para Pengeja Hujan, Muhammad: Sang Pewaris Hujan, dan Muhammad: Generasi Penggema Hujan.[]
Penulis adalah Teuku Muhammad Ridha, mahasiswa jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala. Dia juga merupakan anggota aktif UKM Pers DETaK.
Editor: Muhammad Abdul Hidayat