Redaksi detak-unsyiah.com menerima sumbangan tulisan dari mahasiswa atau kalangan umum. Setiap tulisan dapat dikirim ke email [email protected] dengan disertai identitas penulis. Terima Kasih
Sebuah mobil pick up masuk ke pekarangan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), kamis, 2 Juli 2009. Mobil itu membawa beberapa mahasiswa dan seperangkat sound system lengkap dengan genset. Di belakang mobil, iring-iringan sepada motor ikut masuk ke pekarangan kantor wakil rakyat itu.
Dari almamater yang dikenakan, diketahui mahasiswa tersebut berasal dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang tergabung dalam Pemerintah Mahasiswa (PEMA) Unsyiah. Mereka menyambangi kantor yang terletak di jalan Daud Beureuh tersebut untuk melakukan aksi menentang kunjungan kerja (kunker) anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) ke luar negeri.
Berbagai kecaman dilontarkan peserta aksi. Presiden mahasiswa (presma) Unsyiah, Mujiburrahman, menyatakan bahwa keberangkatan tersebut hanyalah liburan akhir masa jabatan anggota DPRA periode 2004-2009.
Setelah melakukan orasi dan membacakan tuntutan, peserta aksi menyerahkan satu paket tiket berkunjung ke daerah terpencil untuk anggota dewan. Tiket itu dititipkan kepada Kabag. Hukum dan Humas Sekwan, Makmur, SH. Tiket itu terpaksa diberikan kepada Makmur karena gedung lagi kosong, sebagian anggota DPRA telah berangkat ke luar negeri dan sebagian lagi sedang dinas ke Jakarta.
***
Kenangan aksi itu masih terekam kuat di kepala Husna. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unyiah ini menuturkan, aksi mahasiswa itu sebuah tindakan protes terhadap keinginan anggota dewan yang menghambur-hamburkan uang rakyat untuk keluar negeri tanpa tujuan jelas.
Namun, apa yang dirasakan Husna kini hanya kekecewaan. Sumpah serapah keluar dari mulut mahasiswa semester lima ini. “Bagaimana saya tidak kesal, mereka dulu protes sana protes sini, nyatanya, kini mereka sendiri mau jalan-jalan ke Malaysia tanpa tujuan jelas,” ucap Husna kepada DETaK, Kamis, dua pekan lalu.
Nada kekecewaan ini juga dilontarkan Muhajir, mahasiswa Fakultas Hukum. Muhajir secara terus terang menentang dan mengecam niat keberangkatan mahasiswa Unsyiah ke Malaysia.
“Dulu malahasiswa berdemo saat anggota dewan ingin keluar negeri. Eh sekarang, justru mahasiswa sendiri yang ingin jalan-jalan keluar negeri tanpa tujuan jelas,” ungkapnya.
Hal ini dibenarkan beberapa mahasiswa lainnya saat DETaK meminta pendapat terkait jalan-jalan ke Malaysia ini. Sebagain besar mahasiswa berpendapat, keadaan sekarang terbalik. Kali ini justru Presma, para ketua BEM se-Unsyiah, ketua DPM dan MPM, serta para Pembantu Dekan III se-Unsyiah yang diajak kunjungan kerja ke luar negeri. Tawaran itu datang dari Biro Kemahasiswaan Unsyiah.
Namun, hingga saat ini belum ada demo yang dilakukan PEMA untuk menentang keberangkatan tersebut. Menurut Amarullah, Mahasiswa Unsyiah angkatan 2007, hal ini jelas kontras dengan apa yang pernah mereka lakukan terhadap anggota DPRA. “Dulu PEMA dan BEM-BEM menentang kunker anggota DPRA dengan melakukan demo, sekarang kok diam-diam saja?” Tanya Amrullah.
Untuk melaksanakan kunker ke negeri jiran tersebut, sebagaimana informasi yang DETaK peroleh, pihak rektorat telah menyediakan dana sebesar 200 juta rupiah. Dana tersebut berasal dari dana APBA tahun anggaran 2009. Hal ini ternyata dibenarkan Rusli Yusuf, Pembantu Rektor III, dalam acara bedah kampus yang diadakan PEMA Unsyiah beberapa waktu lalu.
Menurut ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (BEM FKIP) Safarudin, tawaran itu disampaikan kepala biro kemahasiswaan Unsyiah, Drs. Nasir Ibrahim dalam pertemuan dengan para Ketua BEM se-Unsyiah di ruang kerjanya, awal Januari 2010.
Tawaran tersebut sebut Safarudin, terlalu dipaksakan. Dari jadwal yang diberikan oleh pihak biro kemahasiswaan, mereka akan berangkat pada tanggal 24 Januari 2010. “Bayangkan saja, antara pertemuan dan tanggal keberangkatan hanya berselang sepekan, tentu sangat aneh dan tujuannya apa?,” tutur Safarudin.
Melihat keseriusan pimpinan lembaga-lembaga kampus ini untuk jalan-jalan, kritikan akhirnya dilontarkan sebagaian mahasiswa. Kritikan itu dibuktikan dengan pemasangan spanduk di Gerbang Masuk Kampus Unsyiah hingga diskusi di jejaring internet, Facebook.
Dan ternyata, kritikan ini lumayan manjur. Buktinya, isu keberangkatan yang sempat menghebohkan kampus ini mulai hilang dan sebagian mahasiswa yang semula akan berangkat juga diam seribu bahasa.
Akan tetapi, semuanya tetap menjadi tanda tanya. Karena, isu yang berkembang dari mulut ke mulut, mahasiswa yang suka mendemo wakil rakyat saat melakukan kunjungan kerja ke luar negeri ini, bisa jadi sudah berada di Malaysia dan kini kembali melanjutkan perkuliahan seperti biasa.
Memang hanya sekedar isu. Namun, isu terkadang ada benarnya bila semuanya diam-diam. Sebagaimana anggota dewan yang berangkat diam-diam ke luar negeri. Nah loh..!!
Redaksi detak-unsyiah.com menerima sumbangan tulisan dari mahasiswa atau kalangan umum. Setiap tulisan dapat dikirim ke email [email protected] dengan disertai identitas penulis. Terima Kasih
Jalan-jalan Bak Anggota Dewan
Sebuah mobil pick up masuk ke pekarangan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), kamis, 2 Juli 2009. Mobil itu membawa beberapa mahasiswa dan seperangkat sound system lengkap dengan genset. Di belakang mobil, iring-iringan sepada motor ikut masuk ke pekarangan kantor wakil rakyat itu.
Dari almamater yang dikenakan, diketahui mahasiswa tersebut berasal dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang tergabung dalam Pemerintah Mahasiswa (PEMA) Unsyiah. Mereka menyambangi kantor yang terletak di jalan Daud Beureuh tersebut untuk melakukan aksi menentang kunjungan kerja (kunker) anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) ke luar negeri.
Berbagai kecaman dilontarkan peserta aksi. Presiden mahasiswa (presma) Unsyiah, Mujiburrahman, menyatakan bahwa keberangkatan tersebut hanyalah liburan akhir masa jabatan anggota DPRA periode 2004-2009.
Setelah melakukan orasi dan membacakan tuntutan, peserta aksi menyerahkan satu paket tiket berkunjung ke daerah terpencil untuk anggota dewan. Tiket itu dititipkan kepada Kabag. Hukum dan Humas Sekwan, Makmur, SH. Tiket itu terpaksa diberikan kepada Makmur karena gedung lagi kosong, sebagian anggota DPRA telah berangkat ke luar negeri dan sebagian lagi sedang dinas ke Jakarta.
***
Kenangan aksi itu masih terekam kuat di kepala Husna. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unyiah ini menuturkan, aksi mahasiswa itu sebuah tindakan protes terhadap keinginan anggota dewan yang menghambur-hamburkan uang rakyat untuk keluar negeri tanpa tujuan jelas.
Namun, apa yang dirasakan Husna kini hanya kekecewaan. Sumpah serapah keluar dari mulut mahasiswa semester lima ini. “Bagaimana saya tidak kesal, mereka dulu protes sana protes sini, nyatanya, kini mereka sendiri mau jalan-jalan ke Malaysia tanpa tujuan jelas,” ucap Husna kepada DETaK, Kamis, dua pekan lalu.
Nada kekecewaan ini juga dilontarkan Muhajir, mahasiswa Fakultas Hukum. Muhajir secara terus terang menentang dan mengecam niat keberangkatan mahasiswa Unsyiah ke Malaysia.
“Dulu malahasiswa berdemo saat anggota dewan ingin keluar negeri. Eh sekarang, justru mahasiswa sendiri yang ingin jalan-jalan keluar negeri tanpa tujuan jelas,” ungkapnya.
Hal ini dibenarkan beberapa mahasiswa lainnya saat DETaK meminta pendapat terkait jalan-jalan ke Malaysia ini. Sebagain besar mahasiswa berpendapat, keadaan sekarang terbalik. Kali ini justru Presma, para ketua BEM se-Unsyiah, ketua DPM dan MPM, serta para Pembantu Dekan III se-Unsyiah yang diajak kunjungan kerja ke luar negeri. Tawaran itu datang dari Biro Kemahasiswaan Unsyiah.
Namun, hingga saat ini belum ada demo yang dilakukan PEMA untuk menentang keberangkatan tersebut. Menurut Amarullah, Mahasiswa Unsyiah angkatan 2007, hal ini jelas kontras dengan apa yang pernah mereka lakukan terhadap anggota DPRA. “Dulu PEMA dan BEM-BEM menentang kunker anggota DPRA dengan melakukan demo, sekarang kok diam-diam saja?” Tanya Amrullah.
Untuk melaksanakan kunker ke negeri jiran tersebut, sebagaimana informasi yang DETaK peroleh, pihak rektorat telah menyediakan dana sebesar 200 juta rupiah. Dana tersebut berasal dari dana APBA tahun anggaran 2009. Hal ini ternyata dibenarkan Rusli Yusuf, Pembantu Rektor III, dalam acara bedah kampus yang diadakan PEMA Unsyiah beberapa waktu lalu.
Menurut ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (BEM FKIP) Safarudin, tawaran itu disampaikan kepala biro kemahasiswaan Unsyiah, Drs. Nasir Ibrahim dalam pertemuan dengan para Ketua BEM se-Unsyiah di ruang kerjanya, awal Januari 2010.
Tawaran tersebut sebut Safarudin, terlalu dipaksakan. Dari jadwal yang diberikan oleh pihak biro kemahasiswaan, mereka akan berangkat pada tanggal 24 Januari 2010. “Bayangkan saja, antara pertemuan dan tanggal keberangkatan hanya berselang sepekan, tentu sangat aneh dan tujuannya apa?,” tutur Safarudin.
Melihat keseriusan pimpinan lembaga-lembaga kampus ini untuk jalan-jalan, kritikan akhirnya dilontarkan sebagaian mahasiswa. Kritikan itu dibuktikan dengan pemasangan spanduk di Gerbang Masuk Kampus Unsyiah hingga diskusi di jejaring internet, Facebook.
Dan ternyata, kritikan ini lumayan manjur. Buktinya, isu keberangkatan yang sempat menghebohkan kampus ini mulai hilang dan sebagian mahasiswa yang semula akan berangkat juga diam seribu bahasa.
Akan tetapi, semuanya tetap menjadi tanda tanya. Karena, isu yang berkembang dari mulut ke mulut, mahasiswa yang suka mendemo wakil rakyat saat melakukan kunjungan kerja ke luar negeri ini, bisa jadi sudah berada di Malaysia dan kini kembali melanjutkan perkuliahan seperti biasa.
Memang hanya sekedar isu. Namun, isu terkadang ada benarnya bila semuanya diam-diam. Sebagaimana anggota dewan yang berangkat diam-diam ke luar negeri. Nah loh..!!
DETaK | Meta Keumala
Related posts
» Berbisnis Hamster Karena Hobi
» Mulyakhan, Wirausaha Muda Asal Benua Raja
» Suarakan Aspirasi Lewat Komik
» Gencar Berbenah, Pustaka Unsyiah Tetap Sepi
» Heppy, dari Adopsi hingga Sup Ceker Ayam untuk Anjing Kecil
» Dari Tugas Kuliah Hingga Juara Video Aceh