Cut LusiChairun Nisak | DETaK
Darussalam – Berawal dari tugas kuliah hingga mampu menyabet juara, tentu prestasi membanggakan bagi sebuah komunitas yang tergolong masih seumuran jagung. Adalah Communication Coboys, komunitas videografi yang didirikan oleh beberapa mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Unsyiah angkatan 2009.
Videografi berjudul Secangkir Mutiara Hitam Tanah Gayo berdurasi lima menit besutan sembilan sineas muda Aceh itu berhasil meraih juara dua Lomba Video Objek Wisata Aceh yang diadakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh menyambut Visit Aceh 2013 pada 9 Desember 2012 lalu.
Video yang awalnya berdurasi sepuluh menit itu merupakan karya ke empat ‘coboys’ muda Aceh. “Karena kebutuhan lomba, kami kompres menjadi lima menit. Tapi tidak menghilangkan pesan yang ingin disampaikan,” kata Muhaammad Ikram Maulanda Anhar, salah satu pendiri Communication Coboys, Jumat 21 Desember 2012.
“Dan itu merupakan video keemat yang kami buat untuk tugas mata kuliah jurnalistik, kami selesaikan selama satu minggu. Karena ada lomba, ya kami ikut sertakan aja, alhamdulillah dapat juara dua.”
Mengawali liputan dengan karya video tentang rapai, komunitas itu hampir selalu mengangkat tema tentang objek wisata Aceh. “Lebih memperkenalkan Aceh, untuk ke depan tentang Lampuuk dan Taman Rusa,” ujarnya.
Kata pria yang akrab disapa Ikram itu, tema yang diangkat Coboys rata-rata bersifat jangka panjang. “Karena kebanyakan yang liput event. Setelah event itu udah habis, sudah nggak bisa dipakai lagi. Kami yang kopi itu ngambil gambarnya bulan lima di Takengon, begitu ada visit Aceh kan masih bisa kami tampilkan,” tuturnya.
Ke depannya, komunitas yang lahir pada Mei 2012 itu, mengaku mempunyai rencana dalam penerbitan film fiksi. “Kami memang mau buat film fiksi, tapi tunggu ada waktu kosong dulu. Kalau film kan butuh banyak waktu kosong, kita juga butuh cari pemerannya, butuh persiapanlah, kira-kira nanti setelah selesai KKN (kuliah kerja nyata) mungkin,” tutur Ikram.
Komunitas yang beranggotakan dua perempuan itu, mengaku mereka sangat terkendala dengan kelengkapan alat yang mereka butuhkan, seperti kamerea. “Karena kami saat ini pakai kamera DSLR saja,” ungkapnya.
Menurut Ikram, Aceh memiliki kekayaan alam yang cukup. Sayang jika dibiarkan begitu saja. “Banyak hal yang unik yang bisa diekspos dan dinikmati oleh orang banyak, juga dapat menjadi pilihan objek wisata menarik bagi wisatawan luar Aceh,” kata Ikram.
“Kita selaku orang yang mengerti media dan mempunyai skill dibidang itu, segala sesuatu bisa diekspos. Dimasukkan ke youtube, yang bisa diakses oleh orang yang belum tau Aceh.”