Beranda Artikel ISS: “Rumah” bagi Para Peneliti di Luar Angkasa

ISS: “Rumah” bagi Para Peneliti di Luar Angkasa

Ilustrasi. (Wendi Amiria/DETaK)
loading...

Artikel | DETaK

International Space Station (ISS) adalah sebuah stasiun ruang angkasa modular (satelit buatan yang dapat ditinggali) di orbit bumi yang rendah. Ini merupakan salah satu proyek multinasional dari lima badan antariksa yang berpastisipasi pada waktu itu, yaitu NASA (Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat), Roscosmos (Rusia), JAXA (Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang), ESA (Badan Antariksa Eropa), dan CSA (Badan Antariksa Kanada). Biasanya ISS digunakan untuk tempat penelitian ilmiah di bidang astronomi, astrobiologi, meteorologi, fisika, dan bidang ilmu lainnya. Selain itu, ini juga bisa digunakan sebagai pengujian sistem dan peralatan pesawat luar angkasa yang diperlukan untuk kemungkinan program misi di luar angkasa seperti ke bulan atau Planet Mars.

Spefisikasi dari stasiun luar angkasa ini terdiri dari massa yang mencapai 419.725 kg, panjang 73 m, dan lebar 109 m. Lalu stasiun luar angkasa ini memiliki periode orbital yaitu 92,68 menit dengan menyelesaikan 15,54 orbit per hari. Di samping itu, stasiun ini memiliki tekanan volume mencapai 915,6 m3 , tekanan atmosfer mencapai 101,3 kPa, ketinggian perigee mencapai 408 km, ketinggian apogee mencapai 410 km, dan inklinasi orbit mencapai 51,64°.

IKLAN
loading...


Dilansir dari Laman Britannica menyebutkan, bahwa awal mula proyek stasiun luar angkasa ini merupakan dari ambisi Amerika Serikat untuk memulai perjalanan ke luar angkasa. Namun karena kurangnya anggaran dan teknis, proyek ini sempat tertunda. Lalu presiden Amerika Serikat saat itu, Ronald Reagan, menyerukan sebuah proyek yang awalnya disebut dengan nama Freedom in the 1980s dan Ronald Reagan pun memberikan wewenang kepada badan antariksa NASA untuk memulai membangun seluruh komponennya dalam waktu 10 tahun. Lalu pada dekade 1990-an seluruh komponen ini dirancang ulang untuk mengurangi biaya anggaran dan memperluas partisipasi dunia internasional untuk bergabung dalam proyek multinasional ini yang kemudian diganti namanya.

Akhirnya pada tahun 1993, Rusia dan Amerika Serikat sepakat untuk bekerjasama dalam menggabungkan rencana untuk memulai pembangunan stasiun pemantauan di luar angkasa. Setelah kedua negara ini memiliki persetujuan yang sama, beberapa badan antariksa negara lain mulai ikut serta untuk bekerjasama, seperti dari negara Jepang dan beberapa negara Eropa yang bergabung dalam Badan Antariksa Eropa (ESA).

Tanggal 20 November 1998 menjadi awal dari perakitan stasiun luar angkasa ini, yang dimulai dengan peluncuran modul kontrol Rusia yang bernama Zarya. Lalu Amerika Serikat juga mengirimkan modul kontrolnya yaitu modul Destiny dan modul Harmony. Tak hanya itu, beberapa negara lainnya yang berpastisipasi juga ikut mengirimkan modul kontrol mereka, seperti modul Columbus (ESA), modul Kib? (JAXA), dan sistem layanan seluler ISS Canadarm2 (CSA). Semua komponen tersebut dirakit oleh dua kosmonot Rusia, yaitu Yuri Gidzenko dan Sergei Krikalev, mereka berdua juga didampingi oleh seorang astronot Amerika Serikat yaitu William Shepherd dan bergabung menjadi bagian dari kru Expedition I.

Sejak saat itu, stasiun luar angkasa internasional ini selalu dikunjungi dan dihuni oleh manusia dalam rangka sebagai bentuk kerjasama berbagai negara di dunia dalam bidang eksplorasi luar angkasa dan ilmu pengetahuan alam. Tercatat hingga November 2020, 242 pengunjung yang terdiri dari astronot, kosmonot, dan wisatawan luar angkasa telah mengunjungi stasiun luar angkasa ini yang terdiri dari 152 orang Amerika, 49 orang Rusia, 9 orang Jepang, 8 orang Kanada, dan 5 orang Italia.[]

Penulis bernama Teuku Ichlas Arifin, mahasiswa Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala angkatan 2019. Ia juga merupakan salah satu anggota aktif di UKM Pers DETaK Unsyiah.

Editor: Muhammad Abdul Hidayat