Siaran Pers | DETaK
Darussalam – Memperingati hari sumpah pemuda, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) bekerjasama dengan Forum Komunikasi Putra-putri Purnawirawan dan Putra-putri TNI Polri (FKKPI) menggelar dialog pemuda yang bertemakan revitalisasi peran pemuda dalam menjaga keutuhan perdamaian di Aceh yang berlandaskan semangat sumpah pemuda. di gedung AAC Dayan Dawood, Rabu pagi, 28 Oktober 2015.
Dialog ini dihadiri ratusan mahasiswa Unsyiah dan pemuda dari beragam organisasi. Sementara yang menjadi narasumber adalah Ketua Umum pengurus pusat FKPPI, Pontjo Sutowo, guru besar UIN Ar Raniry, Prof Hasbi Amiruddin, ketua KNPI Aceh, Jamaluddin, dan Selvi Andriani yang merupakan staf khusus dan dosen di Universitas Indonesia yang merupakan analis TNI. Sementara dialog ini dipandu oleh wartawan senior Serambi Indonesia, Yamen Dinamika.
Pemateri Pontjo Sutowo mengatakan, persatuan di Indonesia yang dirasakan saat ini tidak datang secara tiba-tiba turun dari langit, tapi ada ikhtiar para pemuda yang saat itu paham akan adanya perpecahan. Ia turut menambahkan, hanya dengan persatuan dan kesatuan Indonesia bisa keluar dari penderitaan menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Dementara itu, dalam sambutannya, Pembantu Rektor III Alfiansyah Yulianur menyatakan dialog ini penting karena bagi pemuda yang lahir saat ini, mereka belum tahu bagaimana proses panjang perdamaian yang dirasakan saat ini. Dengan mengetahui sejarah, diharapkan mampu menumbuhkan rasa syukur sekaligus mampu mengisi dan menjaga perdamaian.
“Perdamaian yang kita peroleh saat ini adalah anugerah dari Allah yang harus disyukuri serta patut diisi. Dengan menyadari ini, perdamaian dapat berlanjut hingga abadi dengan peran kita semua.” ucapnya.
Ia juga menambahkan, bagi umat Islam, menjaga dan merawat perdamaian itu sangat penting. Itu merupakan bagian dari rasa syukur. Sebab tambahnya, perdamiaan yang telah diperoleh ini membawa nikmat yang luar biasa.
“Kita bisa beribadah dengan baik, sekolah dengan baik. Jika tidak ada perdamaian, masih konflik, segala kehidupan kita terganggu. Ibadah juga terganggu.” sambungnya.
“Kita mampu kalau kita merdeka. Merdeka adalah suatu sarana menuju kehidupan yang lebih baik. Kemerdekaan adalah salah satu kebutuhan untuk hidup lebih baik.”
Ia juga berpesan agar pemdua Aceh turut menjaga keutuhan bangsa dan negara Indonesia. Sebab Aceh menurutnya, merupakan unsur penting di Indonesia.
“Tanpa Aceh, tidak ada Indonesia. Kalau negaranya betul, pasti Aceh betul. Kalau Aceh terganggu, Indonesia terganggu.” Ujarnya.[]
Editor: Riska Iwantoni