Opini | DETaK
Tidak dapat dipungkiri, ini tahun yang berat bagi semua. Dimulai dari kabar duka yang terus datang dari berbagai penjuru dunia. Dan, masih diakhiri dengan perkara yang sama.
Awalnya kita begitu mengutuk keadaan. Semuanya berubah secara cepat; protokol yang begitu ketat, kondisi ekonomi yang terhambat, di PHK, gagal mencapai impian, batal nikah, tabungan menipis, tidak bisa keluar rumah, sakit dan batal liburan. Semua merasakan yang sama, saling menguatkan dan bergandeng tangan secara online.
IKLAN
loading...
|
Walaupun begitu, kita semua menang. Sudah dapat melaluinya dengan baik. Buktinya, sudah di penghujung dan kita masih disini, di bumi. Tidak heran jika selama masa-masa ini kita bertumbuh dengan cepat. Keadaan menuntut demikian. Mulai dari lebih peduli tentang kesehatan dan kebersihan, lebih melek teknologi, membuka bisnis baru, mengenal diri sendiri, punya skill baru, lebih dekat dengan keluarga dan mampu mengelola stres.
Banyak impian yang belum terwujud, tetapi banyak pula catatan penting yang menjadi pedoman baru dalam menjalani hidup.
Tentang Keluarga
Anak perantauan sebagian besar sedang berada di rumah. Pengalihan sistem perkuliahan dari luring menjadi daring, membuat kita bisa pulang tanpa menunggu liburan. Senang tidak terkira, karena pulang lah hal yang selalu dinantikan. Keluarga merupakan rumah yang dirindukan.
Ada yang memang tidak ingin pulang. Keluarga masih menjadi toxic yang belum dapat disembuhkan. Bagaimanapun keadaan, rumah itu tempat yang baik untuk menjauhkan diri dari berbagai ancaman sekitar. Terima perlahan, kamu bisa bertahan.
Keluarga berperan besar bagi masa depan kita. Keluarga menjadi support system yang menguatkan kita. Semuanya keras dan tegas dengan caranya sendiri. Jangan membandingkan. Kita tumbuh di tempat yang berbeda, pun dengan sudut pandang yang berbeda. Cara mereka membesarkan kita, berawal dari cara mereka mengenal diri. Begitu pula kita yang sedang beranjak dewasa, harus mampu melaluinya dengan baik. Peluk erat keluarga, ucapkan kata-kata baik di telinga mereka.
Kalau di lirik “Selaras” oleh Nadin Amizah dan Kunto Aji, katanya, “Kita bisa, selama masih ada, rumah untuk pulang, dan memulai segalanya.”
Tentang Perkuliahan
Pengalihan sistem yang begitu tiba-tiba memang mengejutkan kita. Sebagai mahasiswa, ini menjadi hal yang menantang. Memacu adrenalin, istilahnya. Mulai belajar hal baru, mencoba memikirkan solusi inovatif, dituntut kreatif dan kritis dalam menghadapi masalah.
Memang memudahkan, di mana saja dan kapan saja bisa masuk kuliah dan menjalankannya. Tapi di sisi lain, perkuliahan online masih terasa kaku dan sedikit menyebalkan. Duduk di depan layar berjam-jam tak jarang membuat kita kehilangan selera makan, sakit mata, sakit kepala, stres dan menghayal dalam mengikuti pelajaran. Belum lagi masalah tugas dan jaringan yang sama-sama susahnya. Semua benar, ini tahun perjuangan.
Perasaan bosan yang melanda, menyebabkan media sosial menjadi hiburan terbaik sepanjang tahun ini. Segala hal yang viral menjadi makanan sehari-hari. Webinar yang begitu banyak, menjadi list-list baru di kalender untuk diikuti. Mulai terbiasa dan berdamai dengan keadaan.
Organisasi yang pasif karena terhalang pandemi, mulai aktif diakhir tahun ini. Kreatifitas dari seluruh mahasiswa sedang berpacu dengan terbiasanya menjalani keadaan yang baru. Tidak ada lagi alasan “sulit karena pandemi,” muncul pengakuan, “sistem online gini juga memudahkan.”
What’s Your Plan in 2021?
Harus ada rencana, karena target-target yang kita buat bisa memicu diri mencapainya. Di sisi lain, tidak perlu buat rencana, jalani saja sesuai dengan apa yang terjadi kedepannya. Itu pilihan, tidak ada yang lebih baik, keduanya sama, yang terpenting itu hasilnya.
Untuk wishlist yang belum tercapai di tahun 2020, pindahkan saja ke 2021. Dengan kata lain, melanjutkan semua yang sudah direncanakan dan dilakukan di tahun 2020. Capai itu dengan diri yang baru. Yang sudah dapat melalui tahun yang berat ini dengan hebat. Yang masih bisa bertahan dengan kuat.
Ada kejutan yang besar di tahun depan yang sedang menanti. Apapun itu, bertahanlah. Bertahan dengan rendah hati jika menjadi pemenang. Bertahan dengan kesabaran jika gagal.
Keadaan dunia ini belum begitu pulih. Masih harus menjaga jarak antara satu dan lainnya. Kesehatan kita bagian paling penting dalam menjaga lingkungan disekitar. Jangan egois dengan menyatakan keadaan ini hanya sebuah hayalan.
Untuk doa-doa di penghujung tahun dan harapan di tahun depan, mari kita aamiin-kan bersama. Peluk erat untuk semua yang sedang berjuang melawan diri atas segala tantangan.
Terima kasih untuk semuanya, sudah bertahan.
Penulis adalah Sri Elmanita S, redaktur di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pers DETaK. Mahasiswi Fakultas Hukum, prodi Ilmu Hukum, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah).
Editor: Teuku Muhammad Ridha