Budiarto hanya bisa pasrah. Dari bibirnya, hanya takbir dan tasbih yang meluncur. Ia terpaku diam melihat pemandangan yang sangat memilukan hatinya sebagai seorang muslim.
Setelah beberapa saat, akhirnya Budiarto memungut berbagai peralatan yang berserakan, semuanya rusak. Kepulan asap masih terlihat dari tumpukan surat-surat penting yang sengaja dibakar. “Bagaimana saya tidak sedih dan terkejut, Sekretariat kami yang terletak di Mushalla Al Mudarist hancur berantakan,” kata Budiarto kepada DETaK, dua pekan lalu.
Budiarto, Ketua LDK Al Mudarist, tidak tahu siapa yang tega melakukan pengrusakan di Mushalla tersebut. “Bisa jadi ini buntut dari keterlibatan kami saat terjadi bentrok di Gedung Gelanggang,” ujar Budiarto berterus terang.
Diakui Budiarto, dirinya tidak menyangka jika keterlibatan dalam aksi tersebut ternyata berbuntut panjang. Malamnya, sekretariat LDK Al Mudaris diserang dan dirusak oleh orang tak dikenal. Para penyerang itu merusak semua benda yang ada di sekretariat tersebut. Seperti sound system, rice cooker dan pintu sekret. Selain itu, mereka juga membakar seluruh data dan arsip – arsip penting lainnya.
“Saya benar-benar tidak mengira jika kantor lembaga kami akan mengalami hal demikian. Peristiwa ini benar–benar telah mencoreng nama baik mahasiswa,” ungkap Budiarto bernada kecewa.
Saat DETaK menanyakan siapa yang paling bertanggung jawab atas peristiwa tersebut, Budiarto menanggapinya dingin. “Saya tahu siapa yang melakukannya, namun saya tidak bisa menuduh karena tidak ada bukti,” sambung mahasiswa FKIP Biologi ini.
Akan tetapi, sebut Budiarto, pengrusakan sekretariat LDK Al Mudaris ini memiliki kaitan yang erat dengan peristiwa perusakan kantor PEMA yang terjadi pada Jumat siang itu. Keyakinan Budiarto ini didasarkan atas keterlibatan sebagian dari pengurus LDK yang ikut terlibat dalam kericuhan tersebut. “Saya yakin, ada korelasi antara pengrusakan Sekretariat Al Mudarist dengan peristiwa kemarin,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, bentrok yang terjadi di Gedung Gelanggang Mahasiswa Unsyiah beberapa waktu lalu, beberapa anggota LDK ikut terlibat. Selain Budiarto, juga ada Isa, Ketua Umum LDK Teknik.
Akan tetapi, Budiarto mengaku jika keterlibatan dirinya dalam bentrok itu tidak lain karena panggilan nuraninya. Ia tidak tega melihat anggota PEMA yang diserang, apalagi jumlah anggota PEMA sedikit dan tidak sebanding dengan kelompok yang menyerang.
“Apa yang mereka lakukan merupakan tidak mencerminkan mahasiswa sebagai sosok intelektual muda. Jika memang ada perselisihan dengan pihak PEMA, semestinya dapat diselesaikan dengan cara yang baik – baik,” ungkap Budiarto mengakhirinya.
DETaK | Ibnu Syahri Ramadhan