Pagi itu, Sabtu, 15 Mei 2010, ruang Flamboyan AAC Dayan Dawood dipenuhi oleh mahasiswa. Mereka hadir untuk mengikuti Sidang Umum Keluarga Besar Mahasiswa (SU-KBM) Unsyiah.
Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) yang merupakn delegasi tiap fakultas hampir semua hadir dalam SU-KBM tersebut. Dengan mengenakan armamater kebanggaan Unsyiah, mereka bersuara lantang di dalam ruang sidang untuk memperjuangkan hak mahasiswa Unsyiah, khususnya terkait sistem-sitem yang selama ini di anggap “aneh” dan harus segera direvisi. Semua itu akan dibahas dalam sidang tersebut.
Sidang yang berlansung di hari kedua ini tak seperti hari sebelumnya. Pasalnya, di luar ruang sidang sudah ada dua buah kelompok mahasiswa yang mengawal jalannya SU-KBM. Wajah-wajah tidak bersahabat ke dua belah kelompok mulai terlihat. Satu kelompok berada dilantai tiga, dan satu kelompok lagi berada dilantai dua.
Namun, tiba-tiba terdengar suara dari salah satu kelompok. “Yang bukan panitia, turun…turun…turun…!” teriak salah seorang mahasiswa yang diduga ia adalah kelompok dari Lembaga Dakwah Kampus atau LDK.
Kelompok gabungan BEM dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berada di tangga lantai dua Ruang Flamboyan Gedung AAC Dayan Dawood sangat terkejut mendengar teriakan seperti itu.
Tiba-tiba salah seorang dari kelompok UKM membalas perkataan tersebut. “Kamu juga bukan panitia, kenapa menyuruh kami turun?”
Suasana pun menjadi runyam dan memanas. Kedua belah kubu saling berteriak dan membalas dengan argumen masing-masing.
Karena tidak menemui titik temu, akhirnya bentrok pun tidak terelakkan, ketika Armen (salah seorang Menteri di Pema) turun dari lantai tiga dan berhenti diatas tangga menuju lantai dua. Sasaranya adalah Safrudin, Ketua BEM FKIP.
Kedua mahasiswa ini bertengkar mulut dan saling memegang tubuh satu sama lainnya. Disaat itulah, entah darimana datangnya, sebuah aqua berisi air kopi sengaja dilemparkan dan mengenai keduanya.
Perkelahian pun tidak terelakkan. Satu sama lainnya melemparkan bogem mentah. Namun aksi adu jotos itu tidak berlangsung lama, karena kehadiran Pembantu Rektor (PR) III, Dr. Rusli Yusuf, M. Pd. Suasana tegang meredam sesaat. Kedua belah kelompok mundur selangkah demi selangkah dengan rapi. Seperti tidak pernah terjadi sesuatu.
Sementara itu, di dalam ruang Flamboyan, Sidang Umum Keluarga Besar Mahasiswa (SU-KBM) Unsyiah pun berlangsung dengan mulus. Tidak diketahui bagaimana kondisi para parlemen di ruang sidang tersebut, pasalnya, saat DETaK hendak meliput langsung proses Sidang Umum tersebut dilarang oleh panitia dengan berbagai alasan.
Sebenarnya, saat itu suasana sudah mulai tenang. Tapi entah mengapa, tiba-tiba memanas kembali. Ternyata saat itu kembali terjadi perang mulut. Menurut pengakuan salah satu sumber dari BEM yang tidak ingin disebutkan namanya mengaku terpancing kembali saat salah seorang dari kubu LDK meremehkan mereka.
“Jika kalian berani, maju ke sini,” tantang salah seorang dari kubu LDK sambil mengisyarahkan dengan tangan kanannya, sebut sumber dari BEM tersebut.
Melihat tindakan seperti itu, Safrudin tak dapat mengendalikan emosinya. Ia pun maju ke arah kelompok LDK. Namun langkah Safruddin tertahan. Ia dipegang teman-temannya. “Kajeut..kajeut.., Din (Sudah..sudah.., Din).” Kata salah seorang teman Safrudin sambil merangkulnya.
Karena tidak dapat mengendalikan emosinya, akhirnya Safruddin pun melampiaskan kekesalannya pada salah satu kaca jendela kantin AAC Dayan Dawood.
“Trak………….,” suara pecah mengejutkan beberapa mahasiswa yang berada di tempat tersebut. Serpihan kaca berserakan diatas lantai. Melihat tangan Safrudin mengeluarkan darah, beberapa anggota lainnya segera melarikannya ke rumah sakit.
Rusli Yusuf yang melihat kejadian itu pun tidak mampu meredamkan suasana. Kondisi saat itu memang terlihat memanas, salah ucapan dan salah gerakan bisa menyulut keributan yang lebih besar.
Karena waktu Salat Jumat masuk, Rusli Yusuf meminta mahasiswa untuk menghentikan keributan. Kedua belah kubu pun meninggalkan lokasi kejadian. Sebenarnya, saat itu Rusli Yusuf terlihat lega karena kedua pihak mahasiswa itu mulai diam dan meninggalkan gedung untuk melaksanakan salat Jumat.
***
Tepat pukul 14.00 WIB. Seusai menunaikan salat Jumat. Kedua belah kelompok kembali bentrok. Seperti telah ada “MoU” antar keduanya untuk melanjutkan “peperangan” ba’da Jumat.
Ternyata, bentrokan setelah Jumat itu lebih dahsyat dari sebelumnya. Anehnya, kedua kubu justru telah mempersenjatai diri dengan kayu dan batu. Tidak tahu, apakah untuk bertahan diri ataupun untuk menyerang.
“Prang… Krak…. Prang….,”
“Hancurkan…!”
Teriakan beberapa mahasiswa terdengar membahana di berbagai penjuru Gedung Gelanggang Unsyiah, pusat lembaga mahasiswa, seperti PEMA, DPM dan UKM berada.
Teriakan itu ternyata datang dari mahasiswa kelompok BEM dan UKM yang mengepung dan menghancurkan kantor PEMA dengan bebatuan.
Rusli Yusuf yang langsung meluncur ke lokasi tidak mampu melerai. Bahkan PR III ini pun tidak luput dari keributan tersebut. Sebuah batu nyaris mengenai kepalanya jika tidak segera diselamatkan oleh beberapa mahasiswa yang ada disekitar lokasi. Parahnya, kehadiran aparat kepolisian pun tidak menyurut langkah para mahasiswa ini. Mereka tetap saling kejar dan memukul.
Beberapa menit kemudian, beberapa mahasiswa pun menjadi korban jatuh, terkena lemparan batu dan pukulan kayu. Kaki dan tangan yang berdarah hingga kepala yang memar.
Lima belas menit berselang, suasana mulai tampak tenang setelah aparat kepolisian mencoba melakukan pendekatan.***
DETaK | Wirduna