Artikel | DETaK
Setelah berita jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 pada bulan Januari silam, Indonesia kembali dikejutkan dengan kabar hilangnya kapal selam KRI Nanggala-402 pada Rabu, 21 April 2021 kemarin. Kapal ini dinyatakan hilang kontak pada kedalaman 600-700 meter ketika sedang melakukan maneuver menyelam di perairan ± 60 mil laut utara Pulau Bali pada pukul 03.46 WIT. Padahal, kapal selam ini rencananya akan digunakan untuk latihan penembakan rudal di Laut Bali.
Berdasarkan sejarah, Negara Indonesia mulai menggunakan kapal selam di tahun 1960-an. Masa itu, Presiden Soekarno membeli 12 kapal selam dari Uni Soviet. Hadirnya 12 kapal selam tersebut pernah menjadikan kekuatan laut Indonesia disegani. Bahkan kapal selam tersebut sempat berjasa dalam kasus pembebasan Irian Barat dengan berhasil menyusupkan 15 pasukan komando ke Irian Barat yang kala itu masih dikuasai Belanda.
Namun kejayaan tersebut berakhir akibat hubungan Indonesia dan Uni Soviet yang memburuk setelah era orde baru. Operasional ke-12 kapal selam tersebut pun terganggu akibat kurangnya suku cadang. Agar dapat tetap beroperasi, terpaksa dilakukan kanibalisme onderdil sehingga beberapa kapal selam harus dikorbankan.
IKLAN
loading...
|
Indonesia pun beralih ke Jerman Barat serta membeli 2 buah kapal selam, yaitu KRI Cakra dan KRI Nanggala. Kebangkitan kapal selam Indonesia kembali muncul saat adanya penandatanganan kontrak tiga kapal selam baru, yaitu KRI Nagapasa, KRI Ardadedali, dan KRI Alugoro. Kerja sama ini terjalin antara Kementerian Pertahanan Indonesia dengan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME), produsen kapal terbesar di Korea Selatan.
Hingga saat ini, Negara Indonesia hanya memiliki lima buah kapal selam. Mari kenali lebih lanjut.
1. KRI Cakra-401
Kapal selam yang dipesan dari Jerman pada tahun 1977 ini sering disebut sebagai saudara kembar KRI Nanggala, karena keduanya memiliki dimensi yang mirip. Nama Cakra sendiri diambil dari nama senjata pewayangan berupa panah yang dimiliki oleh Dewa Wisnu. KRI Cakra memiliki motto Wira Ananta Rudira yang berarti ‘Tabah Sampai Akhir.’ Kapal selam ini mulai bertugas pada tahun 1981dan termasuk dalam armada pemukul TNI AL. Kapasitasnya mencapai 34 kru. Kini, KRI Cakra baru saja menjalani proses perawatan di PT PAL Indonesia yang terletak di Surabaya.
2. KRI Nanggala-402
Sesuai dengan saudara kembarnya, KRI Nanggala juga dibuat oleh Jerman pada tahun 1981 dan juga termasuk dalam armada pemukul TNI AL. Nama Nanggala berasal dari nama senjata tombak milik Prabu Baladewa, seorang tokoh pewayangan pula. KRI Nanggala memiliki persenjataan berupa 14 torpedo. Kemampuan menyelamnya juga disebut mampu hingga 3 bulan dengan kedalaman maksimal 250 m di bawah permukaan lau2t. Kapal selam yang dijuluki monster laut ini juga sering mengikuti sejulah misi besar, seperti latihan bersama US Navy pada 27 Mei – 3 Juni 2002 di perairan Laut Jawa dan Selat Bali.
3. KRI Nagapasa-403
Berbeda dengan dua kapal selam sebelumnya, KRI Nagapasa dibuat oleh Korea Selatan pada tahun 2013. Kapal perang milik TNI AL ini dilengkapi dengan delapan torpedo. Penamaan KRI Nagapasa berasal dari senjata dahsyat yang dapat melumpuhkan musuh, dimiliki oleh tokoh pewayangan Indrajit. Dengan dinamai Nagapasa, diharapkan kapal selam ini dapat melaksanakan tugasnya sebagai senjata andalan TNI AL. Tampungannya mencapai 40 kru serta dapat beroperasi lebih dari 50 hari.
4. KRI Ardadedali-404
Kapal selam ini merupakan kapal selam kedua yang diproduksi oleh Korea Selatan pada 2014. Nama Ardadedali diambil dari nama senjata panah yang dimiliki oleh Arjuna, tokoh pewayang di Mahabharata, yang digambarkan memiliki ujung seperti burung dan memiliki jiwa serta mematuk musuhnya ketika dilepaskan. Kapal selam ini juga dapat menampung 40 kru dan dapat menyelam lebih dari 50 hari, seperti KRI Nagapasa.
5. KRI Alugoro-405
KRI Alugoro menjadi kapal selam penutup yang dibangun oleh Korea Selatan untuk Indonesia pada tahun 2017. Nama Alugoro sendiri berasal dari nama senjata runcing berujung dua yang dimiliki oleh tokoh pewayangan Prabu Baladewa. Walaupun sama-sama diproduksi Korea Selatan, kapal selam ini memiliki perbedaan dengan dua kapal lainnya, yaitu memiliki teknologi yang dapat mengatasi peperangan di bawah permukaan laut. Namun kapasitas dan daya tahan KRI Alugoro sama dengan KRI Nagapasa dan KRI Ardadedali, yaitu berkapasitas 40 kru dan dapat tahan menyelam lebih dari 50 hari.
Gugurnya KRI Nanggala-402 tidak akan mengurangi amunisi kelautan Indonesia. KRI Nanggala juga bukan hilang, mereka tidak menyelam terlalu dalam, namun mereka berlayar menuju keabadian. Selamat jalan, 53 pelaut kebanggaan Indonesia.[]
Penulis bernama Shahibah Alyani, mahasiswi Prodi Teknik Geofisika angkatan 2020, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala (USK). Ia juga merupakan anggota aktif UKM Pers DETaK.
Editor: Hijratun Hasanah