Artikel | DETaK
Berapa lama orang Indonesia menghabiskan waktu untuk bermain sosial media dalam kehidupan sehari-hari?
Menurut data dari laporan sosial media asal Inggris We Are Sosial, Indonesia tercatat dalam daftar sepuluh besar negara yang kecanduan media sosial. Posisi Indonesia berada di peringkat Sembilan dari 47 negara yang di analisis. Pengguna sosial media aktif Indonesia sendiri mencapai 170 juta, dengan rata-rata orang Indonesia menghabiskan tiga jam 14 menit dalam sehari untuk mengakses sosial media.
IKLAN
loading...
|
Media sosial telah menjadi gaya hidup bagi hampir setiap orang saat ini, hampir setiap orang dari berbagai rentang usia, mulai dari remaja hingga orang dewasa dan bahkan anak-anak memiliki akun sosial media. Paling tidak WhatsApp atau akun Facebook. Akibatnya akan semakin banyak pilihan informasi yang bermunculan.
Ledakan informasi mengubah cara pandang kita dalam memandang segala hal, termasuk informasi itu sendiri. Jika dahulu semua informasi dikontrol oleh media massa seperti televisi, radio, dan koran. Namun saat ini informasi merupakan sebuah hal yang sangat sulit untuk dikontrol, salah satu penyebabnya adalah semakin berkembangnya jaringan internet dan media sosial sehingga semakin mudahnya informasi itu buat dan diakses oleh siapapun.
Pada dasarnya media sosial digunakan sebagai alat komunikasi, karena itu, biasanya media sosial juga digunakan sebagai sarana hiburan, menambah teman atau relasi dan masih banyak lagi. Namun, di balik asiknya berselancar, ternyata sosial media bisa menyeret kita kedalam sebuah permasalahan produktifitas dan kesehatan mental. Loh kok bisa? Inilah yang disebut dengan Doomscrolling.
Apa itu doomscrolling?
Doomscrooling adalah istilah yang dipakai untuk mrnggambarkan kecenderungan untuk terus-menerus menelusuri sosial media, terutama mengenai berita negatif. Doomscrolling terjadi akibat individu cenderung tidak mau ketinggalan informasi, setiap orang ingin terus mendapatkan informasi terkini.
Lalu, kenapa doomscrolling bisa mempengaruhi kesehatan mental seseorang?
Ketika kita terus-terusan dikelilingi oleh berita negatif, otak secara alami mendorong kita kearah ekstremitas hal itu secara langsung dapat menyebabkan suasana hati yang memburuk atau peningkatan tingkat kecemasan. Dilansir dari Tirto.id yang dikutip dari laman Boldsky, kesehatan mental terhubung dengan kesehatan fisik, akibatnya dampak doomscrooling bisa berdampak negatif bagi tubuh secar fisik, seperti gangguan tidur dan meningkatnya kadar hormone stress, sehingga efek terburuknya bisa menyebabkan penyakit jantung, diabetes dan obesitas.
Doomscrolling sendiri sangat erat kaitannya dengan perasaan takut tertinggal informasi atau sering disebut FOMO (Fear of Missing Out).
FOMO merupakan kondisi yang lebih parah dari doomscrolling, seseorang akan terus menerus memantau sosial medianya karena perasaan takut ketinggalan informasi, informasi tersebut adalah informasi terkini, terupdate atau berita viral yang sedang banyak diperbincangkan.
Ketakutan tertinggal informasi membuat seseorang cenderung melihat social media setiap saat, mulai daru bangun tidur, saat makan, atau bahkan dikamar mandi. Saat mulai melihat sosial media maka fenomena doomscrolling muali kita lakukan, seseorang akan menggulir media sosialnya tanpa henti hingga sampai lupa waktu.
Nah, maka dari itu berselancar di media sosial terlalu lama bisa berdampak buruk bagi kita. Banyak kegiatan-kegiatan tertunda akibat kita terlalu asik melihat berita yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk kita, salah satu gangguan paling besar adalah merusak kesehatan mental kita, karena disebabkan kecemasan dan emosi negatif.
Dilansir dari tirto.id ada beberapa tips yang bisa kita lakukan agar dapat menghentikan doomscrolling, di antaranya:
- Tentukan sebelumya berapa banyak waktu yang ingin anda habiskan untuk membaca berita setiap hari.
- Beri diri waktu tertentu untuk penggunaan media social?berita dana tur pengatur waktu.
- Membaca berita hanya dari sumber terpercaya dan terkemuka.
- Luangkan waktu bersama keluarga dan teman untuk membuat diri anda tetap terlibat secara positif.
- Cobalah hal-hal baru seperti menjahit baju, memasak, menjadi sukarelawan, memanggang, berkebun, dan lain-lain.[]
Penulis bernama Sahida Purnama, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Syiah Kuala. Ia juga salah satu anggota aktif di UKM Pers DETaK Unsyiah.
Editor: Cut Siti Raihan