Mengikuti berbagai program pertukaran ataupun even pemuda/mahasiswa ke tingkat nasional atau manca negara adalah program yang banyak diminati oleh pemuda dari seluruh pelosok Indonesia, apalagi program yang diadakan tersebut fully funded (dibiayai sepenuhnya oleh sponsor). Banyak organisasi-organisasi nasional ataupun internasional yang mengadakan berbagai event pemuda, gunanya untuk melatih leadership (kemimpinan) dan menambah networking serta koneksi global dengan negara-negara di dunia , seperti YouTex (Youth Excursion). Salah satu program unggulan youtex adalah Sasambo Greeneration Camp yang disponsori oleh Indonesia Global Network.
Sasambo Greeneration Program adalah even pemuda yang berbasis pecinta lingkungan namun lebih menekankan juga pada leadership, kegiatan sosial, pertukaran antar budaya, dan promosi tempat wisata kepada wisatawan asing. Acara tersebut di adakan di Pantai Klui, Lombok Utara, NTB pada tanggal 21-24 Januari 2017 lalu. Namun, karena program ini fully funded, jadi banyak sekali peserta yang mengikuti seleksi penyisihan program tersebut, maka tentu saja setiap peminat harus punya persiapan yang matang agar lolos seleksi tersebut. Dari sebanyak 675 peserta yang registrasi, lolos seleksi data sebanyak 418 orang, tapi hanya 26 peserta yang lolos menjadi delegasi dari berbagai Negara di dunia terutama Asia untuk mengikuti even tersebut.
Ada beberapa negara yang hadir, seperti Indonesia, Myanmar, Afghanistan, Malaysia, Thailand, Philipina, Singapore dan Bangladesh. Setelah mengikuti berbagai seleksi yang diadakan, Alhamdulillah saya Rijal Maulana dari Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala berhasil lolos menjadi salah satu delegasi yang mewakili Aceh khususnya dan Indonesia umumnya bersama dua delegasi lainnya dari Indonesia yaitu dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta dan Universitas Airlangga, Surabaya. Suatu kebanggaan bagi saya dapat mewakili Aceh khususnya di ajang tersebut, karena dapat bertukar pengalaman dan budaya dengan delegasi dari negara lain.
Selama kegiatan berlangsung, banyak ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan dari teman-teman disana, salah satunya adalah bagaimana cara mengolah sampah bekas rumah tangga menjadi pupuk kompos dan berbagai kerajinan tangan bernilai jual tinggi yang terbuat dari kantong plastik bekas. Ini adalah program yang dikembangkan oleh ibu Aisyah Odist dengan nama Bank Sampah NTB. Beliau dan timnya mengumpulkan berbagai sampah dapur seperti sayuran, buah-buahan, nasi basi dan sampah rumah tangga lainnya untuk diolah menjadi pupuk kompos dengan sebutan Pupuk Kompos Takakura. Setelah melalui berbagai macam pengolahan dan fermentasi, maka pupuk tersebut dipasarkan ke pasar lokal maupun mancanegara, seperti Jepang, Belanda dan Jerman.
Selain itu, sama halnya yang dilakukan oleh pengusaha muda Theo Setiadi Suteja dengan nama The Griya Lombok. Beliau memanfaatkan sampah bekas dari kertas yang kemudian diolah menjadi berbagai barang antik seperti kursi, plakat, patung, meja, dan kerajinan lainnya. Dengan kreativitas yang dimilikinya, barang hasil kerajinannya sudah diekspor oleh berbagai Negara di dunia seperti Jerman, Australia, Spanyol, Perancis, dan Inggris. Hal ini tentunya suatu gerakan menciptakan lapangan kerja bagi para pengangguran.
Kemudian saya juga mendapatkan pengalaman bagaimana cara meningkatkan wisatawan asing untuk mengunjungi berbagai tempat wisata, sejarah, dan kerajinan tangan. Seperti usaha The Handy Craft of Banyumulek, yaitu usaha kerajinan gerabah dan keramik yang dibuat menjadi berbagai hiasan rumah tangga, tentunya bernilai jual tinggi. Namun, karena akses menuju tempat tersebut sulit dijangkau, maka wisatawan lokal maupun asing susah untuk mengunjunginya.
Berdasarkan hasil pengalaman disana, saya ingin mengaplikasikannya ke masyarakat Aceh khususnya. Karena seiring dengan adanya MEA (Masyarakat Ekonomi Asean), maka lapangan kerja akan semakin sempit sehingga akan meningkatnya jumlah pengangguran yang ada di Aceh. Sejalan dengan hal tersebut, masyarakat sangat dituntut memiliki kreatifitas untuk bekerja memenuhi kebutuhannya. Selain itu, dengan memanfaatkan sampah-sampah bekas diolah menjadi kerajinan, maka akan menurunnya masalah sampah yang ada di setiap daerah.[]
Penulis adalah Rijal Maulana, Mahasiswa Fakultas Keperawatan, angkatan 2014, aktif sebagai pengurus Harian Nasional Dirjen Infokom, Ikatan Lembaga Mahasiswa Keperawatan Indonesia (ILMIKI) dan BEM Mahasiswa Keperawatan Universitas Syiah Kuala, Aceh.