Judul Buku: I Am Zlatan
Penulis: Zlatan Ibrahimovic dan David Lagercrantz
Penerbit: Albert Bonniers Foerlag
Tebal: 347 halaman
Cetakan: I, 2011
Zlatan terlahir untuk dua hal: bakat sepak bola dan kemampuan membuat kontroversi. Lewat buku otobiografinya, kisah Zlatan melaju sederas bakat sepak bolanya. Ada satir, pedih, bahagia, dan tentu saja kontroversi.
Musim gugur tahun 2009 masih belum lekang dari Catalunya, Spanyol, saat Ibrahimovic memulai perkenalannya dengan Joseph ‘Pep’ Guardiola, ketika itu pelatih Barcelona. Di satu sudut tempat latihan klub itu, Pep, berbalut jas abu-abu khasnya dan raut muka masam, datang menemui Zlatan.
“Hei, kamu,” kata Guardiola memanggil Zlatan. “Di sini di Barcelona, kita tetap menginjakkan kaki di tanah,” lanjutnya lagi.
Zlatan tertegun, sedikit heran dengan cara Guardiola membuka pembicaraan. “Tentu,” ia menjawab. “Baiklah”.
“Di sini kita tidak mengendarai Ferrari atau Porches untuk menuju tempat latihan,” Guardiola menyambung lagi. Kedua merek mobil itu adalah jenis kendaraan mewah yang disukai Zlatan.
Zlatan mengangguk, hanya untuk mencoba bersikap manis pada Guardiola. Bagaimana pun, Guardiola adalah pelatih di tim barunya saat itu. Ia tidak ingin menyulut pertengkaran justru pada awal kedatangannya ke Barcelona. Sebaliknya, ia bersikap lunak dan menganggap bahwa apa yang dikatakan Guardiola adalah semacam pesan agar ia tak berlagak sok bintang di klub itu. Ia menerimanya. Toh, di sana memang sudah ada megabintang lain yang tak kalah istimewa, semacam Leonel Messi, Xavi Hernandez, dan Andres Iniesta.
Kisah di atas dituturkan Zlatan kepada David Lagercrantz, jurnalis cum publisher berkebangsaan Swedia, senegara dengan Zlatan Ibrahimovic sendiri. Kisah itu kemudian menjadi pembuka buku otobiografi Zlatan Ibrahimovic yang ditulis Lagercrantz sebagaimana penuturan Zlatan sendiri kepadanya. Judulnya I’m Zlatan Ibrahimovic.
Buku itu terbit pada 2011, saat Zlatan tak lagi menjadi bagian dari skuad Barcelona. Ia sudah pindah ke AC Milan dengan status pinjaman, lantas pada akhir musim tahun itu mempermanenkan statusnya sebagai pemain tetap klub kota mode itu-sebelum hijrah ke Paris Saint Germain hingga kini.
Saat buku itu terbit, kontroversi menyeruak. Penyebabnya apalagi kalau bukan isinya yang secara blak-blakan mengungkap kisah hidup Zlatan, termasuk soal ketidakharmonisannya dengan pelatih Barcelona, Pep Guardiola.
Bukan apa-apa, Guardiola adalah pelatih yang mendatangkan Zlatan ke Barcelona. Ia menjadikannya sebagai transfer termahal sepanjang sejarah Barcelona dan kedua termahal dalam lintasan sejarah sepak bola (saat itu, sebelum rekor transfer dunia kembali dipecahkan Gareth Bale). Di luar itu, Guardiola juga terkenal dekat dengan para pemainnya.
Kecuali kisah Zlatan-Guardiola, buku itu merekam dengan amat baik kehidupan Zlatan. Kehidupan yang pahit tentang masa lalunya yang kadang harus bertengkar dengan ayahnya yang mabuk-mabukan, atau kisah manis masa kecil pada kali lain saat menonton televisi bersama keluarga.
I am Zlatan juga mengungkap soal kenakalan masa remaja: saat adu balapan dengan polisi di jalanan, saat mengganggu teman wanitanya di sekolah, atau kisah lain tentang kehidupan di dalam dan luar lapangan saat Zlatan membela Malmo FF-klub sepak bola asal Swedia yang juga merupakan klub profesional pertama Zlatan-, kehidupannya di Ajax, Juventus, Inter Milan, hingga Barcelona.
Anda barangkali akan terpingkal-pingkal saat membaca kisah-kisah Zlatan pada masa lalu. Seperti pada Chapter II, ia menceritakan saat pertama kali mendapat sepeda pemberian dari orang tuanya. Sepeda itu dinamai Fido Dido, hanya lantaran ada tokoh kartun favoritnya, bernama demikian. Saat sepeda itu hilang tak lama kemudian, ayahnya tanpa mengenakan kaos berteriak lantang, “Tak ada yang boleh menyentuh anak saya. Tak ada yang boleh mengambil barang mereka.” Tapi kata Zlatan, toh ayahnya tidak bisa berbuat sesuatu tentang sepedanya yang hilang itu, dan karenanya ia sedih.
Atau kisah saat Zlatan berbicara tentang Jose Mourinho pada bab lainnya. Ia menulis kata-kata yang diucap Mourinho saat pertama kali berjumpa dengan Zlatan dan istrinya.
“Helena (istri Zlatan), kamu punya satu misi. Berikan Zlatan makanan. Biarkan ia tidur. Dan buat ia bahagia!” Zlatan menyukai pelatih Portugal itu.
Di luar buku itu, kehidupan Zlatan memang dikenal dengan bakat sepak bola dan kontroversinya. Ia adalah pemain yang pernah mencetak empat gol sekaligus dalam satu pertandingan ke gawang Inggris (salah satunya melalui salto dari luar kotak penalti), pemain yang menghadirkan juara kompetisi lokal untuk seluruh klub profesional yang telah dibelanya.
Di sisi lain ia juga akrab dengan pernyataan-pernyataan kontroversi. Pada masa masih muda, masih rookie di Malmo FF, ia lantang menolak undangan trial dari pelatih jenius Arsene Wenger. Seperti katanya kala itu, “Zlatan doesn’t do auditions”, Zlatan tidak mengikuti audisi, dan ia memang tak pernah melakukannya-setidaknya begitu yang diketahui publik.
Di antara beberapa kata-kata kontroversinya berisi hal-hal konyol. Seperti saat baru pindah ke Paris untuk membela PSG, Zlatan memberi pernyataan kocak, “Kami (Zlatan dan keluarganya) sedang mencari apartemen. Jika tak menemukan yang cocok, kami mungkin akan membeli hotel.”
Pada kali lain, Zlatan juga tampil dengan pernyataan yang bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang, seperti saat menyamakan dirinya dengan Muhammad Ali, petinju legendaris itu. “Saya seperti Muhammad Ali. Saat dia mengatakan haru mendapatkan sesuatu, dia akan mendapatkannya.”
Buku I’m Zlatan Ibrahimovic sebenarnya versi terjemahan dari versi original berbahasa Swedia. Judulnya Jag ar Zlatan Ibrahimovic. Ditulis denga menggunakan perspektif “aku”, kita akan seperti sedang mendengar langsung penuturan Ibra.
Sebagai biografi, buku itu merekam dengan baik kisah hidup Ibra. Kisah yang unik, lucu, satir, prestis, dan penuh kontroversi.
Membaca I am Zlatan Ibrahimovic seperti sedang membaca sepak bola itu sendiri. Kita dibeberkan fakta betapa rumit kehidupan sepak bola di ranah Eropa. Tentang proses di balik transfer, interaksi antarpemain di dalam dan di luar lapangan, hingga kehidupan pribadi para persona bintang hijau.
Buku ini juga merupakan buku terlaris yang sudah ditulis Lagercrantz. Hanya kurang dari satu tahun, buku itu telah terjual lebih dari 500 ribu kopi di Swedia. Selain juga sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris, buku itu pula telah dijual di setidaknya 20 negara di seluruh dunia.
Zlatan sendiri dalam pengantarnya menyebut buku itu didekasikan untuk anak-anak di seluruh dunia, yang merasa tak diterima dan tak cocok di lingkungannya. Pesan Zlatan, teruslah menjadi diri sendiri, bahkan jika menjadi diri sendiri itu berakibat menjadi terasing dalam kehidupan sosial mereka.[]
Resensator adalah Rahmat Taufik, alumni pemimpin redaksi DETaK Unsyiah
Editor: Murti Ali Lingga