Artikel | DETaK
Kasih sayang atau belas kasih itu dimulai dari diri sendiri yang disebut Self-Compassion. Individu yang memiliki Self-Compassion dapat menyayangi orang lain, menyelesaikan permasalahan yang timbul pada dirinya, tidak berlebihan dalam mengkritik dirinya ketika melakukan kesalahan, dan dapat mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya. Self-Compassion adalah konsep asing bagi beberapa orang, seperti pada individu yang dibesarkan di lingkungan yang kasar atau tidak dicintai, hal ini mungkin disebabkan tidak adanya belas kasih pada dirinya (Abrams, 2017).
Neff mengemukakan bahwa Self-Compassion merupakan konsep baru yang dipelajari oleh dunia barat yang diambil dari filosofi ajaran Budha tentang cara mengasihi diri sendiri layaknya rasa kasihan individu ketika melihat orang lain mengalami kesulitan.
Self-Compassion melibatkan keterbukaan dan bergerak karena penderitaan yang dialaminya, dimana individu mengalami perasaan peduli dan berbuat baik kepada diri sendiri, memberi pemahaman dan juga sikap yang tidak menghakimi ketidakmampuan dan kegagalannya, dan juga mengakui bahwa pengalamannya sendiri merupakan pengalaman manusia biasa yang wajar. Self-Compassion secara langsung berkaitan dengan perasaan belas kasih dan kepedulian terhadap orang lain, menyayangi diri sendiri tidak berarti menjadi seorang yang egois, bukan berarti seseorang yang mengedepankan kebutuhan pribadinya daripada orang lain (Neff, 2003). Kasih sayang melibatkan bagaimana kondisi manusia, kerapuhan manusia, dan ketidaksempurnaan manusia.
Orang-orang yang menggunakan Self-Compassion mampu mengenali perbedaan antara membuat keputusan yang buruk dan menjadi orang yang jahat. RuPaul (dalam Abrams, 2017) mengatakan bahwa:
“Jika kamu tidak bisa mencintai dirimu sendiri, bagaimana bisa kamu mencintai orang lain?”
Ketika individu memiliki Self-Compassion, individu tersebut cenderung bergantung pada orang lain untuk mengesahkan harga dirinya dan ketika orang yang tidak memiliki Self-Compassion sering menunjukkan hubungan yang tidak sehat, seperti yang dikatakan Qizilbash (dalam Abrams, 2017):
“Bagaimana kamu memperlakukan diri sendiri, mencerminkan bagaimana kamu membiarkan orang lain memperlakukan kamu. Jika individu tidak ramah pada dirinya sendiri, individu tersebut membuat standar kepada orang lain untuk diperlakukan hal yang sama terhadap dirinya, dan hasilnya berakhir dengan menarik hubungan yang kasar dan tidak sopan,”
Untuk mengubah cara-cara yang memungkinkan individu menjadi lebih sehat dan bahagia, hal ini yang didasari karena kepedulian individu tersebut pada dirinya, bukan karena dirinya tidak berharga, akan tetapi, individu yang memiliki kasih sayang pada dirinya sendiri berarti individu tersebut menghormati dan menerima dirinya. Kondisi manusia saat menjalani kehidupan tidak akan selalu berjalan seperti yang diinginkan. Individu akan mengalami frustasi, mengalami kerugian, membuat kesalahan, gagal mencapai cita-cita, hal ini merupakan kenyataan yang dimiliki oleh semua orang. Individu yang semakin membuka hatinya terhadap realitas kehidupannya daripada terus-menerus melawannya, semakin individu dapat merasakan kasih sayang pada dirinya sendiri dan juga kepada sesama manusia (Neff, 2018).
Neff (2003) mengemukakan tiga komponen dari Self-Compassion, yaitu: self-kindness (bersikap baik pada diri sendiri), common humanity (pemahaman kemanusian), dan mindfulness (penuh kesadaran). Self-Compassion melibatkan tiga komponen utama yang saling tumpang tindih dan saling berinteraksi, yaitu self-kindness dengan self-judgement, common humanity dengan isolation, dan mindfulness dengan over-identification.
Menurut Neff (2011) komponen Self-kindness (bersikap baik pada diri sendiri) mengacu pada kecenderungan untuk menjadi perhatian dan pengertian terhadap dirinya sendiri daripada terus-menerus bersikap kasar atau menghakimi diri sendiri. Bersikap baik pada diri sendiri memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi diri sendiri; Common humanity (pemahaman kemanusiaan) melibatkan kesadaran individu bahwa semua manusia tidaklah sempurna, manusia dapat mengalami kegagalan maupun membuat suatu kesalahan, hal ini merupakan bagian dari kehidupan yang dialami oleh semua manusia; dan Mindfulness (penuh kesadaran) melibatkan kesadaran akan perasaan menyakitkan seseorang dengan cara yang jelas sehingga seseorang tidak mengabaikan mengenai hal yang tidak disukai dari dirinya sendiri atau kehidupan seseorang. Individu jangan berhenti untuk mengakui rasa sakit pada dirinya sendiri karena terlalu sibuk menilai sendiri atau pemecahan masalahnya. Mindfulness melibatkan berbagai pandangan pada pengalaman dirinya sendiri sehingga dapat dipertimbangkan dengan objektivitas.
Germer (2017) menyatakan bahwa bagaimanapun komponen mindfulness sangat penting, akan tetapi sering diabaikan untuk ketahanan emosional, khususnya ketika individu mengalami suatu kegagalan yang besar, individu tersebut cenderung dilanda rasa malu. Self-Compassion berkaitan dengan ketahanan emosional, termasuk kemampuan menenangkan diri, mengenali kesalahannya, belajar dari dirinya, dan memotivasi diri untuk berhasil. Self-Compassion secara konsisten berkorelasi dengan berbagai ukuran kesejahteraan emosional, seperti optimisme, kepuasan hidup, otonomi, dan kebijaksanaan, serta mengurangi tingkat kecemasan, depresi, stres dan rasa malu (Germer, 2017).
Neff (2011) mengemukakan bahwa Self-Compassion atau kasih sayang kepada diri sendiri jauh lebih kecil kemungkinan untuk depresi, cemas, dan stres dan juga jauh lebih mungkin untuk bahagia, tangguh, dan optimis mengenai masa depan, hal ini pentingnya bahwa individu tersebut memiliki kesehatan mental yang lebih baik.[]
Penulis bernama Anya Asbar. Ia merupakan mahasiswi angkatan 2014 Jurusan Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Editor: Herry Anugerah