Febby Andriyani | DETaK
Bagan Batu- Berita palsu atau yang lebih sering dikenal dengan istilah “hoaks” bukanlah fenomena baru di Indonesia. Kemajuan teknologi yang pesat merupakan salah satu faktor pendukung kian maraknya penyebaran hoaks di negeri seribu pulau.
Di lansir Kompas.com, dari data terbaru yang dihimpun Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) yang berkolaborsi dengan cekfakta.com, jumlah hoaks yang tersebar di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 2.024. Jumlah tersebut naik dari tahun 2019 yang mencapai 1.221 hoaks, di mana jumlah tersebut juga meningkat dari tahun 2018 silam. Hal ini membuktikan bahwa tiap tahun, penyebaran hoaks kian menjamur.
IKLAN
loading...
|
Saya sebagai mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi yang selalu dicekoki tentang literasi media dan edukasi hoaks saja masih sukar untuk membedakan antara hoaks dan bukan hoaks. Pada kesempatan KKN Tematik Merdeka Mengajar (KKNT-MM) II 2021, saya membagikan sedikit pengetahuan yang saya miliki kepada Masyarakat Kepenghuluan Pasir Putih melalui sebuah program edukasi bertajuk “Stop Hoaks”.
Pada saat sosialisasi dilaksanakan secara door to door dari tanggal 8 s.d 12 Februari 2021, seluruh warga yang saya temui mengaku telah mengetahui apa itu hoaks.
“Ya tahu, hoaks kan berita bohong,” ujar Suhendro, warga Dusun Tanah Putih.
Kemudian saat ditanya apakah pernah ikut menyebarkan berita hoaks, warga setempat mengatakan tidak pernah.
“Nggak pernah ikut sebar kayak gitu, yang penting eksis aja di Facebook. Nggak nge-share yang kayak gitu,” ucap Rasulina Ginting.
Sedangkan Ade Fitriana, mengatakan bahwa ketika melihat berita-berita yang biasa ia temukan di Facebook, hanya sekedar ia baca saja dan tidak meneruskan apa yang ia baca kepada orang lain.
Senada dengan Ade, Lisa warga Dusun Suka Mulya juga tidak ikut menyebarkan berita yang sumbernya tidak jelas.
“Kayak kemarin ada berita pembunuhan, terus lihat di Facebook. Di berita itu belum ada keterangan dari pihak kepolisian berati kan sumbernya belum jelas. Banyak juga kemarin yang share itu,” ucapnya.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat diasumsikan bahwa warga Kepenghuluan Pasir Putih Utara sudah mengetahui konsep apa itu hoaks dengan sangat baik.
Tak dapat ditampik bahwa kegiatan sosilisasi seperti ini juga merupakan bentuk upaya yang pontensial dalam meredam penyebaran hoaks di masyarakat. Hal senada juga disampaikan oleh salah satu Staf Kepenghuluan Pasir Putih Utara, Rudy Bravo Manurung.
“Sangat perlu informasi yang real disosialisasikan ke masyarakat. Peran media cetak dan elektronik dan medsos harus gencar menyuarakan waspada berita hoaks. Jangan info hoaks diterima mentah begitu saja, harus cross check and balance dari sumber-sumber yang terpercaya,” ujarnya.[]
Editor: Cut Siti Raihan