Beranda Suara Mahasiswa Sebuah Harapan untuk BEM FKIP

Sebuah Harapan untuk BEM FKIP

Istimewa

Suara Mahasiswa | DETaK

Oleh Oga Umar Dhani

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unsyiah kembali menjadi sorotan, pasalnya beberapa hari lagi akan diadakan pesta besar yaitu pesta demokrasi untuk menentukan siapa yang menjadi pemimpin BEM kededepan. Berdasarkan keputusan Komisi Pemilihan Raya (KPR) Rabu, 02 Desember 2015 adalah hari penentuan dimana hari itulah diadakan Pemilihan Raya (PEMIRA) untuk menentukan siapa yang layak mengisi kekosongan BEM yang telah terjadi beberapa tahun belakangan ini.

Kami mengadakan survei terkait cetak skripsi. Silakan buka halaman ini.

Kekosongan BEM memang sudah sangat lama terjadi di FKIP Unsyiah, tepatnya setelah Edi Gusman berkhir jabatan pada tahun 2013 tidak ada lagi yang berhasil menggantikannya. Sudah beberapa kali dilakukan PEMIRA namun tetap saja tidak membuahkan hasil, tetapi yang ada hanya menguras anggaran untuk menyelenggarakannya. Sejak tahun 2013 sudah tiga kali dilakukan pemilihan ketua BEM baru. Jika dirincikan, setiap diadakan PEMIRA yang dijalankan oleh KPR tentu banyak membutuhkan anggaran untuk menyukseskannya. Mulai dari biaya publikasi, biaya untuk mencetak surat suara, maupun biaya pengadaan peralatan seperti barang-barang untuk Tempat Pemungutan Suara (TPS). Tetapi ketika PEMIRA yang diselenggarakan tersebut mengalami kegagalan atau tidak membuahkan hasil tentu sangat disayangkan.

Pihak mahasiswa kritis tentu mempertanyakan berapa banyak anggaran yang terbuang dan tentunya hal ini juga berdampak buruk terhadap kedudukan pihak dekanan khususnya yang menyangkut dengan bidang kemahasiswaan. Bahkan berhembus isu kegagalan pemilihan tahun-tahun sebelumnya lebih disebabkan terlalu dalam bermain senior maupun alumni yang membuat adanya gesekan antar lembaga yang berperan di FKIP seperti Himpunan, LDK, HMI, dan juga dari kalangan yang mengaku anak kantin walaupun secara struktural mareka bukan lembaga.

Harapan Baru

Tidak ada hujan turun yang tidak berhenti dan tidak ada permasalah yang tidak teratasi seperti inilah tamsilan yang tepat untuk FKIP saat ini. Setiap permasalahan tetap akan teratasi asalkan ada niat tulus untuk menyelesaikannya. Dengan akan diselenggarakan PEMIRA pada awal Desember nanti tentunya akan menjawab permasalahan yang telah terjadi di FKIP beberapa tahun belakangan ini.

Hal ini dapat terlihat dari keseriusan pihak KPR dalam menyeleksi bakal calon yang akan bertarung nanti. Bedasarkan keputusan KPR pada PEMIRA kali ini melahirkan dua kadidat kuat yang lolos sampai tahapan terakhir verifikasi berkas yaitu tes baca Al-quran. Kedua kandidat tersebut adalah Anizul Fahmi selaku Ketua Himpunan Olahraga yang memperoleh nomor urut 1 (satu) sedangkan nomor urut 2 (dua) adalah Sibghratullah Arrasyid yang juga mantan sekretaris umum LDK FKIP Unsyiah yang juga mahasiswa dari Pendidikan Sejarah. Kedua kandidat inilah yang akan bertarung untuk mendapatkan kursi nomor satu di FKIP pada PEMIRA tahun ini.

Sementara itu HMI selaku lembaga Eksternal yang juga berperan aktif di FKIP walaupun tidak terlibat secara langsung tetapi juga bersuara mengenai PEMIRA tahun ini. Muammar selaku Ketua Umum HMI mengatakan pemilihan BEM tahun ini sedikit berdeda, dimana dengan keterbukaan dan kedewasaan proses pemilihan badan eksekutif mahasiswa periode ini mampu mengarahkan pemikiran mahasiswa yang individualis praktis, oportunis dan hendonis kearah akademis, sosialis dan agamis . Buah manisnya adalah ketika anak kantin dan LDK akan bertarung secara sehat pada PEMIRA nantinya.

Muammar juga berharap untuk kedepan sistem hegemoni dan kebencian yang telah lama tertanam dalam pikiran mahasiswa FKIP maupun ego sektoral lembaga selayaknya sudah boleh dikuranggi demi kemajuan FKIP kedepan. Karena kampus ini tempat kita berproses untuk menuju dunia nyata bukan ajang memperebutkan kekuasaan dan permusuhan semata. Dan siapapun yang mendapatkan amanah dalam proses ini supaya menjankan dengan ikhlas dan berada tetap dikoridor kita yaitu mahasisiwa.[]

Penulis adalah Oga Umar Dhani, Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah, dan juga Kabid Litbang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FKIP Unsyiah.

Editor: Riska Iwantoni