Puisi | DETaK
Menjelang malam, sore pun hilang
Senja membayang, matahari berganti bulan
Jalan masih saja lalu lalang
Meski azan magrib telah berkumandang
Mengapa pemimpin tak bergaji belum juga datang
Menjemputku dengan kasih sayang
Pikiranku mengambang
Oh lupa, aku lupa
Pemimpin tak bergaji kini jauh dari jangkauan
Jauh dari mataku tuk memandang
Jauh dari pelukan, dekapan
Hanya terlintas dalam ingatan
Pemimpin tak bergajiku
Selalu jadi nomor satu
Lantas bernostalgia dalam kalbu
Ayah ibu
Mereka yang selalu merindu
Akupun jua, rindu
Pemimpin tak bergaji
Rekam jejaknya selalu jadi inspirasi
Laksana mentari selalu menyinari
Gerak-geriknya selalu memotivasi
Tak pernah mengumbar janji
Hanya satu titik pasti
Bahkan penuh tindakan akselerasi
Akselerasi karakter dan pengembangan diri
Tak bergaji
Pemimpinku tak bergaji
Meski kerap ku tak berbakti
Namun doanya tetap menghiasi langit negeri
Pemimpin tak bergaji
Mercusuar kehidupan abadi
Selalu memenuhi hati
Kala siang, apalagi malam hari
Hingga jiwa menyadari
Malam ini
Ternyata masih terasa sepi
Tanpa pemimpin tak bergaji
Kuharap mendung kan segera pergi
Meninggalkan pelangi
Kuharap penantian kan berlalu
Menuju kehangatan ayah ibu
Pemimpin tak bergajiku
Selalu begitu
Penulis bernama Rinatul Mauzirah. Ia merupakan mahasiswi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Syiah Kuala.
Editor: Nurul Hasanah