Karya Putri Septianti
Musabab karena teluh aku di sini
Teluh itu tertancap tepat di liang-liang pesakitan
dari tempat keramat, engkau masih dapat melihat
bahwa teluhmu terhunus dalam raga yang masih tertegak
Paginya aku tertawa seolah debu tak pernah menempel pada kaca,
dan malamnya aku meronta-ronta meraungkan kepedihan dosamu,
Yang kalau dingin aku berselimut pengharapan patah
dan saat panas cuma kudapati tubuh mangap-mangap kegerahan
Setelah lama teluhmu terhujam dengan sebuah tombak baja
Sedikit demi sedikit kau siramkan solar hitam pada lelehan luka sobek
Aku menyeringai menahan tawa yang tersekat dalam geram
Aku melihatmu untuk yang pertama, setelah seabad berjalan masa.
Burung merpati terbang jauh berkelana, lalu singgah dihadapku
Rusukku meringkih
Banda Aceh, 13 Januari 2016
Penulis adalah Putri Septianti, mahasiswi semester V di Prodi PBSI Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Editor: Riska Iwantoni