WC Kampus, Duh… Memalukan!
Rina hanya bisa menahan kesal. Sumpah serapah keluar dari mulutnya. Niat awal untuk buang hajat, seketika hilang, setelah melihat kondisi wc yang tersedia di Ruang Kuliah Umum (RKU) III Unsyiah. “Saya kesel banget. Universitas sebesar ini, tapi wc tidak ada ada yang beres. Memalukan!” Umpat Rina, kesal.
Pengalaman Rina, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) Unsyiah ini bukan hanya sekali. Selama setahun mengikuti perkuliahn di RKU III, namun kondisi wc di gedung itu tidak pernah berubah. Kondisi yang sama selalu dijumpainya saat hendak buang air kecil. Pengalaman ini telah membuat trauma Rina untuk menggunakan wc di kampus.
“Saya jadi bingung sendiri, mengapa sebagian wc di kampus tidak bisa digunakan. Bukan hanya di RKU, tapi dibeberapa fakultas juga sama. Kotoran yang mengering, puntung rokok yang berserakan hingga pembalut wanita. Semuanya menumpuk di wc. Belum lagi bau yang sangat menusuk hidung, membuat saya pusing,” kata Rina kepada DETaK, kamis pekan lalu.
Bukan hanya Rina, pengalaman yang sama juga dialami Kelana, mahasiswa FKIP Jurusan Matematika. “Sebagian besar kondisi wc di kampus ini sangat parah dan hancur total!,” umpat Kelana, kesal. “Jika bicara masalah wc kampus, gak akan selesai-selesai. Karena kondisi ini sudah terjadi sejak lama,” sambungnya.
Bagaimana tidak, dua ruang toilet yang berada di KRU III itu saban hari menghasilkan bau tak sedap. Hampir semua mahasiswa yang melintasi ruas jalan depan toilet itu akan segera menutup hidungnya. “Sangat disayangkan, apabila mahasiwa ingin membuang hajat harus pulang ke rumah. Pasalnya, toilet yang ada di RKU III tidak dapat difungsikan lagi. Bagaimana jika ada mahasiswa yang sedang ciret (diare), bisa jadi buang air besar di celana,” ujar kelana, sambil tersenyum.
“Parahnya, di RKU I malah tidak ada wc sama sekali,” tambah Kelana bingung.
Kondisi yang sama ternyata terjadi di fakultas-fakultas lainnya. Tidak jauh berbeda. Bau yang menyengat, kotoran yang mengering hingga tumpukan pembalut yang dibuang seenaknya saja, menjadi pemandangan umum wc di kampus ini.
Ikhsan, Mahasiswa Fakultas Teknik, kepada DETaK mengatakan. Joroknya wc di kampus sudah menjadi pemandangan umum. Bahkan, sejak pertama kuliah di Unsyiah (tahun 2003), Ikhsan sudah faham benar bagaimana joroknya wc yang ada.
Namun belakangan ini, wc di Fakultas Teknik sedikit lebih baik di banding setahun lalu. Hanya saja, terkadang wc tak ada airnya, sehingga mahasiswa enggan menggunakannya.
Walau ada andil mahasiswa sebagai pihak yang tidak bisa menjaga kebersihan, akan tetapi, hal ini juga disebabkan pasilitas wc yang seadanya. “Sebagian wc kita tidak ada airnya, jadi, mahasiswa yang telah memakai wc tidak bisa membersihkannya dengan air. Sehingga, jangan heran bila kita lihat wc kita sebagain besar dipenuhi kotoran. Jujur, saya lebih memilih menahan hajat daripada masuk wc yang dapat membuat saya muntah,” kata Ikhsan lagi
Selain wc yang tak ada air, banyak wc yang tak berfungsi. Biasanya, jika wc wanita di fungsukan, wc pria yang berada di sebelahnya pasti tertutup.
Ikhsan masih ingat betul, Ia sempat beberapa kali salah masuk wc wanita. Saat itu, ia tidak mengetahui itu wc wanita, karena di pintu masuk tak ada petunjuk apapun yang menunjukkan siap yang boleh masuk ke dalam. Ketika Ia keluar, Ia terkejut saat ber paspasan dengan dua orang mahasiswi. Mahasiswi itu menegurnya, namun Ia pura-pura tidak tahu dan berlalu begitu saja.
“Mau bagaimana lagi, sudah kebelet, jika di tahan pasti akan keluar di celana,” ucap mahasiswa mahasiswa tingkat akhir ini.
Ikhsan menambahkan, seandainya di wc tersedia air yang cukup, tentu kondisi wc di kampus tidak separah ini. Namun begitu, Ikhsan mengakui, jika sebagian mahasiswa juga memberi andil besar terhadap joroknya wc di kampus.
“Saya jadi bingung, katanya Unsyiah menganggarkan dana khusus untuk membiayai petugas kebersihan untuk mengatasi masalah seperti ini, tapi buktinya masih banyak wc-wc kotor, sehingga mahasiswa enggan memakainya. Apakah pengeluaran mahasiswa membayar SPP sebanding dengan apa yang di dapat mahasiswa, termasuk dalam hal kenyamanan dan kebersihan,”. Ketus Ikhsan.
Azwardi, salah satu dosen FKIP Unsyiah, membenarkan kondisi ini. Azwardi mengaku enggan menggunakan wc yang ada di kampus. Alasannya, wc yang ada di kampus tidak mencerminkan wc kaum intelektual. Mulai dari kotoran menutup lubang wc hingga sampah-sampah (pembalut) yang kerap ditemui di dalam wc.
Tidak hanya wc umum, Azwardi melihat, kondisi wc mesjid dan musalla terjadi hal yang sama. “Sudah saatnya kesadaran akan kebersihan perlu kembali ditanamkan kepada setiap mahasiswa. apalagi ini merupakan tempat orang-orang menimba ilmu pengetahuan. Kebersihan harus di mulai dengan kesadaran dari diri sendiri,” ungkap ahli linguistik itu.
DETaK | Wirduna
Short URL: https://detak-unsyiah.com/?p=129
Terlebih toilet yang tidak layak pakai, disamping itu juga toilet pria dan wanita tidak dipisahkan ?
Memalukan !! katanya berlaku Syariat Islam ?
Berbeda di luar Aceh khususnya di pulau Jawa katakanlah di Universitas Indonesia yang tidak menerapkan Syariat Islam toilet pria dan wanitanya dipisah dan layak pakai ?
ya begitulah kondisi wc di kampus-kampus kita. sangat menyedihkan..
kita terkadang malu dengan kondisi diluar sebagaimana yang Anda katakan… mereka yg tidak menerapkan syariat islam justru lebih baik kondisinya daripada ditempat kita
wah… sama juga to ma yang lainnya…