Unsyiah Bukan Ladang Politik!
Sayed Jamaluddin | DETaK
Darussalam – Kamis, 1 Desember 2011, pukul 22.00 wib, beberapa mahasiswa Unsyiah mendirikan dua buah tenda di depan jalan T. Nyak Arief, tepatnya di seputaran Simpang Galon, Darussalam, Banda Aceh. Mereka terdiri dari beberapa fakultas yang ada di Unsyiah. “Rencana kami mau nginap di sini (di tenda), karena kami dapat isu ada ledakan bom di Lampriet, akhirnya kami bubar,” kata Maulana Ridha, mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Unsyiah angkatan 2009 yang juga sebagai koordinator lapangan (korlap). Sekitar pukul 02.00 dini hari mereka kembali lagi ke tenda dan bermalam di sana.
Sebagai tempat berteduh sekaligus tempat tidur, mereka mendirikan dua buah tenda. Tenda mereka pinjam dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Aceh Judicial Monitoring Institute (AJMI) dan satu lagi untuk tempat tidur milik salah seorang anggota mereka. Dalam tenda terdapat sebuah papan tulis yang tidak terlalu besar, tiga lembar tikar, sebuah gitar dan di depan tenda terpampang sebuah spanduk yang bertuliskan “Tolak Politisasi Kampus”, ditulis menggunakan cat warna merah dan hitam.
Sekitar pukul 08.00 Jumat pagi, 2 Desember, mereka melakukan aksi di Simpang Galon. Pukul 09.00 wib, sebuah mobil patroli satuan pengamanan (satpam) Unsyiah yang beranggotakan dua orang berhenti di depan tenda tempat mereka. Salah seorang dari mereka langsung turun menanyakan ada perihal apa, lalu mereka (mahasiswa) menjawab sedang buat posko untuk aksi. Dari mana? tanya satpam itu lagi, dan mahasiswa itu berkata dari Unsyiah. “Peu peureule lon peudeuh KTM BNI? Kamoe cuma peugot aksi damai (Apa perlu kami perlihatkan KTM BNI (Kartu Tanda Mahasiswa, -red)? Kami cuma melakukan aksi damai),” jawab mereka lagi.
Hingga pukul 16.30, mereka telah melakukan tiga kali aksi di gerbang masuk Simpang Galon itu, namun tidak terlalu lama. Pukul 17.20 mereka kembali melakukan aksi dengan membawakan sebuah toa dan tiga lembar karton tipis yang bertuliskan “Unsyiah bukan ladang politik”, “mahasiswa FISIP butuh akreditasi bukan politisasi” dan pada karton terakhir tertulis “komit menjaga marwah kampus”. Empat orang di antara mereka merentangkan kertas sambil berdiri dan satu lagi melakukan orasi secara bergantian.
Dalam orasinya, mereka menyerukan agar civitas akademika Unsyiah untuk menghentikan politisasi kampus dan mengajak seluruh mahasiswa bergabung dengan mereka. Setelah melakukan aksi selama beberapa menit, mereka kembali ke posko, setelah sebelumnya menempelkan kertas tersebut di dinding gerbang masuk Simpang Galon.
Maulana menjelaskan beberapa hal yang mereka tuntut dalam aksi tersebut. Di antaranya, mereka menuntuk agar Darni Daud yang maju sebagai salah satu bakal calon (balon) Gubernur Aceh 2012-2017, agar segera mundur dari jabatan struktural Unsyiah, dalam hal ini sebagai Rektor. Bukan hanya itu saja, mereka juga meminta kepada Muni Azis, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), calon walikota Sabang dan Amhardi, dosen Fakultas Pertanian (FP), calon bupati (cabup) Aceh Timur agar melakukan hal yang sama.
Maulana juga mengatakan kampus harus menjadi penyeimbang dalam suatu masalah, bukan malah menjadi sebagai pelaku dalam masalah tersebut. “Mereka (civitas akademika Unsyiah yang terlibat politik praktis, -red) digaji oleh negara bukan untuk menjadi timses!” ujarnya.
Aksi tersebut rencananya akan terus dilaksanakan sampai 15 Desember nanti. []
Short URL: https://detak-unsyiah.com/?p=3465
mantaaap,,,,Unsyiah bebas politik,,,usir yang usil main politik!!