Puisi | DETaK
Derai airmata berjatuhan tak tertahankan
Mengalir deras layaknya sungai di depan mata
Sejujurnya masih saja aku bertanya
Apa alasanku menangisi ini semua?
Meratapi masa mudaku?
Menyesali masa laluku?
Atau menanti suramnya masa depanku?
Sejujurnya
Tak pantas untuk kuratapi
Tak pantas untuk kusesali
Juga tak pantas untuk kutangisi
Namun rasa iri di hati kian bersuara
Membara disaat yang lain bahagia
Memberontak disaat yang lain sedang juara
Meronta untuk bisa menjadi sama seperti mereka
Masa laluku kelam penuh dendam
Membuatku merasakan suatu penyesalan
Membuatku mengalami gundah akan masa depan
Membuatku kehilangan arah akan langkah ke hadapan
Masa kiniku suram
Kehilangan arah dan tujuan
SNMPTN kugagal
SBMPTN kukacau-balau
Sekarang penyesalan ini kembali datang menghampiri
Akankah masa depanku secerah matahari?
Adakah jaminan atas kesuksesanku nanti?
Aku sempat berpikir untuk mengakhirinya
Memikirkan untuk berhenti disini saja
Mengakhiri kekacauan yang kurasa
Mengakhiri pertempuran tak berujung di mata
Masa lalu itu merugikan diriku
Merusak cita-cita masa depanku
Merusak segala rencana indahku
Merusak jalan menuju kesuksesanku
Jiwa ini terlalu emosional
Terlalu gegabah dalam mengambil langkah
Terlalu mudah untuk menangis dan menyerah
Air mata sudah bagaikan teman sejatiku
Selalu bersama tak kenal waktu
Selalu mewakili segala perasaanku
Mewakili rasa dari segala rasa
Namun aku tersadar
Menangis tidak akan merubah segalanya
Menyesal bukan pilihan yang seharusnya
Menghakimi masa lalu juga bukan pilihannya
Saatnya untuk bangkit
Menata ulang sketsa masa depanku
Memulai lembaran kehidupan yang baru
Mengaktifkan kembali semangat juangku
Pantang menyerah
Jangan takut kalah
Karena kekalahan hanyalah untuk mereka
Mereka yang tidak mencoba dan berusaha
Penulis bernama Rahmah Hadidah. Ia merupakan salah satu anggota magang UKM Pers DETaK Unsyiah.
Editor : Dhea Ameliana