Cerbung | DETaK
Beberapa bulan kemudian, setelah segala persiapan akhirnya aku berhasil masuk Universitas Nasional Indonesia bersama dengan Sherly di fakultas yang berbeda. Sherly masuk fakultas hukum sedangkan aku masuk fakultas kedokteran.
Sebenarnya menjadi mahasiswa kedokteran juga bukan hal yang paling aku inginkan, tapi aku harus ikhlas untuk memenuhi keinginan mama, yang dari dulu sangat ingin aku menjadi dokter.
IKLAN
loading...
|
Dalam beberapa minggu lagi, kami akan segera resmi menjadi mahasiswa baru di Universitas Nasional Indonesia, berbagai persiapan pun telah disiapkan oleh bu Anindha untuk kami berdua.
***
“Sherly….. Sherly…..,” suara seseorang memenuhi ruang tamu, karena hari ini Sherly sedang keluar, aku berniat untuk mengatakannya kepada teman Sherly.
Tidak sopan rasanya aku tidak memperdulikan bila teman Sherly datang ke rumah apalagi selama ini aku selalu menghindar. Kali ini aku akan memberanikan diri untuk menghadapi teman Sherly. Aku langsung ke ruang tamu setelah mengambil minuman dari dapur untuk teman Sherly itu.
Dari kejauhan dia yang melihat ku langsung tersenyum sambil berkata “Sher, lama banget sih, dari tadi gue panggil, lo kemana aja sih?,” ucapnya, lalu memberikanku sebuah surat undangan.
“Maaf, aku bukan Sherly, aku Tasya saudara kembar Sherly, dia sedang keluar sekarang, mungkin sebentar lagi kembali, soal ini biar aku yang sampaikan padanya,” ujarku sambil menerima surat undangan yang diberikan padaku.
Dia terdiam seribu bahasa seperti sedang meresapi perkataanku. Akupun diam setelah itu, tiba-tiba suasana langsung hening seketika.
“Adel, akhirnya datang juga, sorry lama, tadi gue mampir ke mini market dulu, biar kita bisa makan bareng habis ini.” Tiba-tiba Tasya datang dan menghancurkan keheningan kami, dengan gayanya yang sangat ramah dan senyum yang merekah sambil menenteng 2 tas kertas yang sepertinya berisi makanan itu.
Setelah melihat Sherly, Adel itu langsung pergi seperti hendak pulang tanpa berkata apa-apa. “Del mau kemana?,” sontak Sherly menghentikan Adel yang hendak pulang itu.
“Gue kecewa sama lo Sher, ternyata lo punya kembaran?, terus lo gak pernah cerita sama gue yang sahabat lo dari TK ini, terus lo sembunyiin dia dimana selama ini?, sebenarnya kenapa sih lo gak pernah cerita ke gue dan Andre?, atau Andre udah tau?, jadi gue satu-satunya yang gak tau?,” temannya Sherly terlihat marah dan menatap serius Sherly dan aku.
“Adel, gak usah lebay gitu kali, Andre juga baru tau kok, tapi dia gak seheboh lo yang pastinya.” Sherly terlihat tenang sambil tersenyum menghadapi temannya yang sedang marah itu. “Oke gue cerita, maaf kalau selama ini gak pernah cerita ke kalian gue punya kembaran, karna almarhum Ayah gue melarang untuk memberitahu siapapun, tapi kalau sekarang, memang keinginan dari almarhum Ayah untuk mencari kembaran gue, dan soal ini, kami juga baru bertemu beberapa bulan yang lalu.” Sherly menambahkan dan menjelaskan kepada temannya, serta menuntun temannya untuk kembali duduk di kursi. Aku dengan segera memberikan surat undangan yang diberikan Adel kepada Sherly.
“Jadi del, lo datang buat kasih undangan ini?,” Sherly bertanya kepada Adel masih dengan senyum yang merekah.”Iya, Tania maksa buat gue sendiri yang ngasih ke lo, katanya dia gak percaya kalau yang lain yang kasih, takut gak sampek sih katanya.” Kini perkataan Adel sudah sedikit tenang dan tidak setegang kejadian yang baru terjadi.
“Eh, tanggal 29? Gak salah?,” Sherly terlihat sangat terkejut ketika membaca surat undangan itu.
“Kenapa? Jangan bilang lo lupa tanggal lahir Tania juga? Jadi lo gak bisa datang?, itu urusan lo ya kalau Tania nanti jadi gak mau kenal lo lagi, kan lo sendiri yang bilang bakalan hadir di ulang tahun dia, pakek janji segala,” Adel mengatakannya kemudian minum jus yang tadi aku letakkan di meja.
“Iyasih, memang gue yang janji, soalnya gue merasa bersalah banget tiap dia ulang tahun gue gak pernah datang, giliran gue yang buat pesta ulang tahun dia selalu datang, tapi kali ini tanggal segitu gue udah pesan tiket buat nonton konser kpop di Singapore,” Sherly berkata dengan raut wajah yang tak lagi menebar senyum, kini wajahnya memunculkan ke khawatiran.
“Itumah gampang, ya mana sini tiketnya, biar gue aja yang nonton konser kpop di Singapore gantiin lo,” Adel berbicara dengan gaya santainya.
“Enak aja,” Sherly balas menimpali.
“Hmmm, gue punya ide ni,” Adel lalu membisikkan Sherly sesuatu, setelah itu mereka kompak melihat ke arahku sambil tersenyum.
Aku langsung keheranan dengan apa yang sebenarnya mereka bicarakan. “Maaf Sherly, aku gak berani ke luar negeri sendiri, terus aku juga gak suka nonton konser kpop,” kataku kepada mereka. Sontak perkataan ku membuat mereka berdua tertawa lepas dan aku hanya terdiam.
“Gak gitu kok,” Adel berkata sambil tertawa melihatku.”Kak, kali ini aku mohon bantuan kakak, tolong aku, tolong gantikan aku ke pesta teman ku,” Sherly berhenti tertawa saat mengatakan itu, tatapan nya terlihat sangat serius, dan memohon kepadaku.
Apa yang harus aku lakukan di keadaan ini, aku tidak berniat menyetujui rencana mereka, tetapi aku tidak bisa menolak permintaan Sherly yang sedang butuh bantuan ku.
Bersambung Ke Part 5
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Pertanian Unsyiah angkatan 2018 bernama Nana Dahliati. Ia juga anggota aktif di UKM Pers DETaK Unsyiah