Pesan Untuk Mahasiswa Pascareformasi
Sungguh Tuhan telah memberikan karunia yang indah sehingga mahasiswa selalu menjadi orang yang melakukan perubahan. Perubahan yang diusung selalu berorientasi pada menegakkan keadilan dan menegakkan kebenaran.
Mulai dari para duta intelegensia yang lahir dari rahim Stovia yang menjadi awal pergerakan pemuda Indonesia era 1908an. Lahirlah organisasi Budi Utomo yang tentunya memiliki musuh nyata yaitu imperialisme Belanda yang mengakibatkan penderitaan untuk rakyat Indonesia. Bergeser lagi pasca 1966-an gerakan mahasiswa berhasil menggulingkan pemerintahan Soekarno yang mengangkat diktatorisasi kepemimpinan.
Menilik dari sejarah tersebut kita tahu bahwa gerakan mahasiswa pada waktu itu memiliki satu musuh besar yang sama (common enemy) dan nyata. Setelah reformasi 1998 sejarah bangsa Indonesia tidak pernah terlihat kembali musuh yang nyata.
Happy is the People without History, sejarah manusia selalu terisi penderitaan. Penderitaan pascareformasi yang sesungguhnya tidak bertanggung jawab ini sampai sekarang tidak kita rasakan. Gejala-gejala akan adanya pemerintahan yang merezim dan korup sepertinya akan segera terulang kembali.
Sungguh ironis melihat bangsa yang gemah ripah loh jinawi ini. Semua kita ada, tapi rakyatnya kebingungan mencari makan. Ini semua terjadi karena kebobrokan pemerintahan sebagai pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan. Tidak ada nurani dari orang-orang yang mengambil dana pendidikan anak miskin. Tidak memiliki hati bagi mereka yang korupsi waktu untuk mengabdi. Tidak ada hati bagi mereka yang duduk di kursi dengan sejuta fasilitas untuk memperkaya diri.
Sungguh bangsa ini sedang sakit karena prestasi yang ditorehkan pemimpinnya hanya sandiwara belaka. Ini sebenarya yang menjadi musuh utama mahasiswa hari ini, yaitu tidak adanya kepemimpinan sejati. Banyak aktifis reformis yang ikut dalam peristiwa bersejarah kini berada di jeruji besi karena tindak pidana korupsi. Ini nilai kepemimpinan pemuda yang bisa dikategorikan sampah.
Aktivis kini bukan tempat mengabdi yang menarik bagi sebagian besar mahasiswa. Karena pekerjaan ini membuang-buang waktu. Dibilang pemerintah salah juga tidak, dibilang benar sejujurnya sangat banyak kesalahannya. Era demokrasi yang terlalu terbuka menerima kritik justru membuat gerakan mahasiswa terlena, atau malah ikut-ikutan dalam jual beli gerakan. Inilah gejala musuh utama yang sedang menyerang jiwa pemuda dewasa ini.
Ujian yang berat memang menjadi mahasiswa pascareformasi. Banyak yang harus dibuktikan ketika para reformis ini yang nantinya akan mengubah bangsa dan negara ini menjadi lebih bermartabat. Tidak mengapa rakyat kelaparan jika para pemimpinnya juga menahan lapar, tidak apa rakyat tidak memiliki rumah asalkan pemimpin tidak berenang dalam gelimangan harta.
Krisis kepemimpinan ini sekaligus membangkrutkan krisis keteladanan, sehingga tidak ada lagi jiwa kaya yang dimiliki rakyat miskin seperti pemimpin terdahulu. Ini menjadi pokok ketertinggalan Indonesia dari negara lain karena pemimpinnya tidak dapat menjadi teladan. Panutan rakyat yang tidak dapat membangkitkan gelora untuk turut membangun, karena rakyat merasa berputus asa melihat komandannya berbuat nista.
Sikap mahasiswa pascareformasi adalah harus berpihak pada intelektualitas dan nilai-nilai kebenaran yang konsisten. Setan keburukan dan dorongan untuk berbuat zalim pada rakyatlah yang harus segera dienyahkan dari bumi pertiwi.
Bangsa kita sedang sakit wahai generasi muda yang tangguh. Kitalah yang akan mengganti para pemimpin yang bersorak sorai gempita dalam gelimangan dosa sekarang. Mari kita terus belajar bersungguh-sungguh, tetap berpegang teguh pada Tuhan, karena semua akan kembali pada-Nya. Bagi Indonesia sekarang kitalah dunianya. Siapkan diri kita untuk menyongsong Indonesia yang berwibawa dan santun.
Geni Isno Murti
Ketua Komunitas Riset dan Tulis Indonesia
(Sumber : Okezone.com)
Short URL: https://detak-unsyiah.com/?p=2298