Dwi Febriansyah | DETaK
Darussalam – Ajang bergengsi teater nusantara atau biasa disebut Festival Teater Mahasiswa Nasional (Festamasio) yang ke-V, tahun ini akan diadakan di Surabaya, tepatnya di Institut Teknologi 10 November pada 8 sampai 14 Februari 2013 mendatang.
Festamasio itu diadakan dua tahun sekali dan diikuti oleh 38 komunitas teater universitas yang ada di Indonesia. Sebelum tampil pada Festamasio itu, perwakilan komunitas terlebih dahlu mengirimkan video teater yang akan dimainkan nantinya untuk diseksi. Setelah dinilai panitia, maka bagi yang lulus seleksi dapat mementaskan teater di ajang bergengsi itu di Surabanya.
Di antara 38 komunitas tersebut, hanya 20 komunitas teater yang berhak mengikuti Featamasio itu. Di antara ke-20 komunitas tersebut, salah satunya termasuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Nol yang mewakili Unsyiah ke tingkat nasional itu.
Ini bukan kali pertama Teater Nol Unsyiah mengikuti Fastamasio, tahun-tahun sebelumnya, mereka juga sudah pernah mengikuti ajang serupa. Dari Pulau Sumatera hanya lima komunitas teater yang lolos seleksi, di antaranya dua dari Palembang, satu dari Padang, dan dua dari Aceh, salah satunya Teater Nol.
“Yang lewat dari Sumatera hanya lima komunitas, sedangkan medan yang sebelumnya dapat juara tiga, malah nggak lulus tahap seleksi,” ujar Dody Resmal, Ketua UKM Teater Nol Unsyiah.
Pada ajang itu, kata Dody, pihaknya akan mengirim tujuh anggota. Masing-masing Masrijal, Dimas P, dan Anggun Putraa, Whan Chalidaziah sebagai penata make up, Kurniawan penata lampu, Rehand Sinaga dan T. Ilham penata artistic.
Unutk kali ini, mereka akan mementaskan karya teater berjudul “Yang Hilang”. Menurut Dody, naskah yang diciptakan oleh Dimas Putranto itu, menceritakan tentang “sebuah kisah mengenai budaya Aceh yang telah hilang akibat diambil oleh bangsa asing.”
“Karya ini telah lulus seleksi tahap video yang berdurasi 40 menit, selanjutnya akan ditampilkan secara langsung dalam pementasan teater pada bulan Februari nanti untuk dinilai langsung,” kata Dody.
Teater Nol Unsyiah menargetkan bisa keluar sebagai pemenang nantinya. Tetapi Dody berharap, pemeran nantinya dapat lebih fokus ke konsep yang telah mereka pelajari selama latihan.
“Sebagai ketua, saya hanya berpesan kalian mainlah sebagaimana yang kalian pelajari, karena jika kalian main sebagaimana yang diinginkan oleh sutradara hasil itu akan ada, kita membawa nama Unsyiah di sana,” sambung Dody.
Menurut Dody, tahun ini adalah awal berkembangnya teater di Aceh. “Medan yang telah begitu banyak menciptakan seniman-seniman teater, tetapi tidak ada posisi disana.”
“Memang di sini kita membawa Teater Nol, tetapi setelah sampai di sana kita bukan lagi Teater Nol, melainkan membawa nama Unsyiah dan juga membawa nama Aceh, bahwasanya anak-anak Aceh bisa berkarya dalam bidang seni teater,” kata Dody.
“Sehingga di sana adat dan kebiasaan Aceh yang kita bawakan menjadi contoh bagi teman-teman dari semua komunitas nusantara. Malah terkadang Aceh diberi penginapan khusus oleh mereka,” pungkas Dody.
Dody berharap, untuk ke depannya pihak rektorat, khususnya Pembantu Rektor III Unsyiah menyetujui diadakannya sebuah festival di Unsyiah.
“Sebenarnya tahun 2013 ini, Aceh menjadi tuan rumah Festamasio, namun kareana Aceh mengharuskan semua peserta mengikuti konsep yang ada di Aceh yang bersifat islami, maka untuk Fesmasio ke-V tahun 2013 ini diselenggarakan di Surabaya,” ujar Dody.
“Mudah-mudahan tahun 2015 Festamasio bisa diselenggarakan di Aceh sebagai langkah untuk kemajuan perkembangan seni teater di Aceh,” harap Dody.[]