Rahmat Taufik | DETaK
Darussalam – Ada-ada saja ide kreatif mahasiswa Unsyiah. Di tengah kondisi politik kampus yang sedang menghangat menjelang pemira, dua mahasiswa ini justru mencuri perhatian dengan menampilkan diri sebagai sosok calon presiden mahasiswa alternatif.
Hanya saja, mereka bukan benar-benar mau mencalonkan diri jadi pemimpin lembaga kemahasiswaan tertinggi di kampus jantong hatee. Tapi, hanya parodi sebagai calon presiden mahasiswa Unsyiah. Dengan kata lain, mereka hanya tampil menjadi capresma ecek-ecek. Bukan capresma betulan untuk dipilih mahasiswa.
Modusnya pun aneh-aneh. Dari yang menggunakan jargon kampanye “Jangan Tanya Kenapa” hingga yang menggunakan nomor 007 –angka keramatnya James Bond, tokoh fiksi agen rahasia pemerintah Inggris yang tenar itu- sebagai nomor urutnya.
Adalah Ardeman dari Fakultas Teknik dan Ali Mukmin Harahap, mahasiswa Fisip, yang melakukannya. Keduanyalah yang menjadi capresma ecek-ecek itu. Poster keduanya yang menyerupai capresma itu tersebar luas di media sosial Facebook dan BlackBerry Messenger. Ardeman muncul dengan nomor urut #6, serta mengusung jargon “Jangan Tanya Kenapa”, dan Ali Mukmin tampil dengan nomor urut 007 ala Bond itu.
Yang membedakan keduanya, Ardeman muncul dengan poster rambut gondrong serta serta jargon kampanye yang dibuat dengan kesan terlalu mengada-ada: “Jangan Tanya Kenapa”. Sementara Ali tampil lebih bersahaja: Ali tersenyum manis dengan potongan rambut pendek, tampil padu dengan setelan almamater hijau kebesaran Unsyiah, ditambah background merah yang membuat poster tampak elegan. Jargonnya pun masuk akal -Ali mengusung jargon kampanye Jujur, Adil, Bersih – sehingga terkesan benar-benar serius. Hanya penulisan nomor urut 007 yang dicetak miring, plus lagi ada pistolnya, persis seperti lambang 007 khas James Bond itu, yang membuat poster Ali Mukmin ada kesan bercandanya.
Dihubungi detakusk.com, Ardeman, Selasa (4/12/2012) malam tadi menjelaskan parodi capresma itu. Katanya, ide awal pembuatan parodi itu berasal dari kawan-kawan sepermainannya di kampus. “Asalnya hanya iseng-iseng saja sebenarnya,” katanya.
Pun demikian, sesungguhnya Ardeman punya pesan khusus dari parodi itu. Ia ingin mengkritik para capresma betulan yang dianggap terlalu mengumbar janji selama masa kampanye berlangsung. Padahal, belum tentu janji itu dapat dipenuhi, bahkan menurutnya terkesan terlalu dipaksakan. “Misalnya, janji untuk mempercepat proses KRS (Kartu Rencana Studi) online. Saya kira itu tidak realistis,” terangnya. Ia menilai hingga saat ini, bahkan pihak Puksi pun masih kesulitan membenahi masalah itu. Konon lagi calon presiden yang memang bukan ahlinya serta tidak mempunyai wewenang dalam bidang itu. “Mana sempat mereka mikir soal itu,” ujarnya.
Maka kritik itu diwujudkannya dalam jargon “Jangan Tanya Kenapa” itu. Katanya, dalam memilih seorang calon, biasanya pemilih akan menanyai kenapa harus memilih calon tertentu. Dan janji kampanye itulah jawabannya. Masalahnya, menurut Ardeman, janji-janji itu kebanyakan malah janji palsu belaka. “Makanya, kalau ada yang tanya kenapa harus milih aku, ya jangan tanya kenapa. Memang sudah begitu adanya,” kata Ardeman, tertawa.
Pengalaman berbeda dialami Ali Mukmin, mahasiswa angkatan 2009 Jurusan Ilmu Komunikasi. Karena poster nomor urut Bond-nya itu, Ali malah dianggap banyak orang serius mencalonkan diri jadi calon presiden mahasiswa Unsyiah. Malah Ali banyak mendapat pesan dukungan dari mahasiswa-mahasiswa kenalannya.
“Banyak yang BBM (BlackBerry Messenger) aku tanya soal itu. Juga banyak sekali yang bilang kasih dukungannya. Hahaha,” kata Mukmin saat ditemui detakusk.com, Selasa malam tadi.
Hm. Begitulah. Di antara sisi jengah tarik-ulur tahapan pemira, kehadiran keduanya telah mampu membuat banyak mahasiswa tertawa. Hanya saja, sekali lagi, ini hanya kisah parodi belaka, tentang dua calon presiden alternatif mahasiswa. Yang satu agen rahasia, satu lagi jangan tanya siapa, oh maksudnya, jangan tanya kenapa. []