Wahai anakku
Bukan karena gorden jendela tak pernah diganti
Aku malu
Wahai anakku
Bukan karena motor kuno itu
Aku menutup muka
Tapi ini karena kau wahai anakku
Kau jadikan narkoba sebagai temanmu
Kau jadikan judi sebagai hobimu
Kau jadikan penjahat pasar idolamu
Kau perlakukan buku bagai sampah
Anakku
Ikan asin yang kumakan terasa hambar
Daun ubi lalapanku terasa asam
Saatku melihatmu membawa besi,golok,dan balok
Tawuran
Anakku jangan buat kami menangis
Air mata kami sudah habis meratapi nasib
Hati kami bahkan sudah lelah bersedih
Hanya kau anakku
Gerbang terakhir kami
Untuk merasa bangga mngemban profesi ini
Anakku
Tak perlu kau jadi presiden untuk membuat kami bangga
Tak perlu kau jadi pejabat untuk melihat kami tersenyum
Kau cukup menjadi dirimu
Dan capai cita-citamu
Anak-anakku
Sudah cukup kau bermain dengan waktu
Sudah cukup kau menyiakan umur
Sudah cukup kau hamburkan rupiah
Bangkitlah anakku
Bangun negri yang hampir jatuh ini
Karena kau anakku
Karena kau anak negri ini
Dan karena kau
Harapan kami
Banda Aceh 2014
Catatan puisi dari seorang guru