Muhammad Chalid Isra [AM] dan Ula Safriati [AM] DETaK
Darussalam – Test of English as Foreign Language (TOEFL) masih menjadi momok menakutkan bagi mahasiswa Unsyiah khususnya mahasiswa tingkat akhir. TOEFL yang merupakan salah satu syarat untuk mengikuti sidang skripsi tersebut dianggap sulit karena nilai yang diminta sangat tinggi yaitu 475 sedangkan pembelajaran untuk mata kuliah bahasa Inggris dinilai kurang maksimal.
Thariq salah seorang mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE) mengaku bahwa bahasa inggris yang diajarkan pada Mata Kuliah Umum (MKU) sangat dasar, sehingga jika hanya mengandalkan pembekalan di MKU saja maka untuk lulus TOEFL sangatlah sulit.
“Menurut saya tes TOEFL ini sudah bagus untuk mahasiswa, tapi sayangnya bahasa inggris yang diajarkan dalam MKU terlalu dasar untuk tingkatan mahasiswa,” ujar Thariq Muhammad kepada detakusk.com Rabu, 18 Februari 2015.
Tak hanya materi yang diajarkan dalam MKU yang menuai kritik, jumlah jam pembelajaran juga dinilai kurang cukup karena hanya 2 SKS selama menjadi mahasiswa.
Ardian Karo, mahasiswa Fakultas MIPA mengatakan bahwa 2 SKS untuk tingkat kelulusan 475 tidaklah cocok.
“Sebenarnya TOEFL tidak salah, yang keliru itu pembuat kebijakan, masak pembelajaran 2 SKS tapi nilai yang diminta 475,” ungkapnya melalui jejaring sosial facebook Rabu, 18 Februari 2015.
Tak hanya nilai kelulusan yang tinggi dan kurangnya pembinaan dari pihak kampus, mahasiswa juga menilai alat tes yang digunakan saat sesi listening kurang maksimal.
Salah seorang mahasiswa mengaku loudspeaker yang digunakan saat menjalani sesi listening kurang jelas atau tidak jernih. (Baca juga TOEFL Butuh Persiapan Matang)
“Kalau menurut saya, loudspeaker yang digunakan kadang-kadang noise sehingga suara kurang jelas didengar,” ungkap Wahyu Torres melaui akun facebooknya.
Kebijakan kampus menetapkan nilai tinggi untuk TOEFL tentu tidaklah menjadi masalah bila disiapkan secara matang, baik itu dari segi sarana maupun prasarana.[]
Editor: M Fajarli Iqbal