Murti Ali Lingga | DETaK
Banda Aceh – Pemenang Film Terbaik Aceh Docomentary Copetition (ADC) 2015, Hardiansyah Putra dan Zuli Aris Setiyanto, melalui film ini kami ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat umum khususnya anak muda, bahwa roh tarian Didong, harus tetap ada pada masyarakat Aceh. Seperti To’et (salah satu pelestari tarian Didong) lakukan semasa hidupnya.
“Kita ingin memeperlihatkan kepada generasi muda, bahwa (To’et) bisa menjadi panutan, bisa menjadi contoh dan jadi “kiblat” untuk melestarikan budaya (tarian),” kata Hardiansyah Putra, usai acara di Balai Kota Banda Aceh, Sabtu malam, 17 Oktober 2015.
Ia merasa senang dengan hasil yang raih sebagai pemenang. Tapi, katanya, kegembiraannya ini belum lengkap rasanya, karena efek (pengaruh) dari film ini belum terlihat nyata kepada kami.
“Jika film ini sudah menjadi inspirasi buat orang lain, saya baru merasa senang dan bangga,” ujarnya.
Dalam pembuatan film ini, ia juga merasakan ada kendala dan kesulitan, terutama kendala bahasa. Karena ia sendiri bukan orang Gayo. Namun, tambahnya, dengan kekompakan dan kesolidannya ia dan teman-temannya mampu mengatasi itu semua. “Dengan kekompakan dan kosolidan tim, semua bisa diatasi dan gampang,” katanya.
Ia berharap, tokoh dan budaya yang mereka angkat dalam film ini mendapat perhatian dari pemerintah. Karena pada dasarnya dia (tokoh dalam film) bisa menjadi panutan untuk generasi muda bahkan dia merupakan salah satu budaya tarian didong.
Dia berpesan, agar generasi muda tidak lupa dengan budaya sendiri. “Walaupun kita sudah masuk ke Zaman modern, anak mudah harus tetap menjaga budaya itu, janga sempat menghilangkannya. Serta anak mudah harus elbih kreatif dalam melastarikan dan mengembangkan busaya,” harap laki-laki bermarga Lubis ini.
Pada malam penganugerahan ini, juara Film Favorit Penonton ADC 2015, diberikan kepada “Corridor Harapan Satwa Liar” sutradara Alfiat dan Jazuli. Sedangkan ketiga, untuk katagori Film Terbaik ADJ (Aceh Documentary Junior) 2015 diraih oleh peserta yang berasal dari Sigli, yakni “Sang Kolektor Muda” sutradara Muhammad Hendri dan Rickybowo (MAN 1 Sigli).
Pemenang dalam ajang ini mendapatkan sertifikat, plakat dan uang pembinaan. Acara ini juga dihadiri oleh Wali Nanggroe, Malik Mahmud Alhaytar, Asisten III Wali Kota Banda Aceh, yang diwakili M. Nurdin serta direktur Aceh Documentary Copetition.[]
Editor: Riska Iwantoni