Mohammad Adzannie Bessania [AM] | DETaK
Darussalam – Direktur RS Prince Nayef Unsyiah, Dian Adi Syahputra berjanji akan memberikan sanksi tegas kepada pegawai yang bersangkutan apabila pasien berpenyakit DBD yang ditolak oleh RS dalam keadaan lemas seperti yang diberitakan akun instagram kabar_aceh tersebut dapat memberikan data terkait dirinya saat berobat.
“Kalau pasien dalam keadaan lemas tadi kami tolak dan dia bisa memberikan data tentang kapan dia berobat, namanya siapa, jika perlu foto pribadi dia, bagaimana kronologisnya, ketemunya dengan siapa, dan orangnya yang mana. Jika itu memang terjadi, kami akan sepakat dengan manajemen untuk memberikan sanksi kepada pegawai yang bersangkutnya,” tegasnya.
Wakil Direktur Kepegawaian Administrasi Umum dan Keuangan RS Unsyiah, Ratna Idayati, mengaku ia telah mengumpulkan seluruh petugas di bagian administrasi untuk mengklarifikasi berita yang telah beredar. Dari hasil pertemuannya dengan para pegawai, ia mendapat informasi terkait pasien yang mengaku sebagai mahasiswa Unsyiah.
“Informasi yang saya dapat dari salah satu petugas saya, kalau memang itu yang dimaksud, pernah ada yang mengaku mahasiswa. Ketika ditanya KTM dibilang tertinggal di kampung dan tidak membawa slip pembayaran uang kuliah. Ketika ditanya KRS Online, dia langsung membuka-buka handphone, tapi tidak dikasih lihat handphone nya ke petugas.
“Dek, kalau memang ada KRS Online, bisa tolong di cetak? Jadi itu aja yang kakak tempel di catatan kamu. Mahasiswa itu jawab ‘Harus di print ya kak?’. Petugas bilang ‘iya’. ‘Oh yaudah, saya cetak,’ kata mahasiswa. Terus dia pulang, terus dia tidak balik lagi. Jadi nama belum di catat, dia pergi. Akhirnya kami (petugas) bingung. Itu yang diingat sama petugas, tapi belum tau mahasiswa Unsyiah atau bukan. Belum tentu orang yang ini (mahasiswa yang disebutkan di berita),” jelasnya menceritakan kronologi kasus yang ada.
Namun, Ratna tidak mengetahui terkait kapan kejadian yang diceritakan oleh salah satu pegawai tersebut.
Disamping itu, Medical Record atau Rekam Medis yang bertugas di bagian administrasi RS Unsyiah, tidak dapat berbicara banyak terkait kronologis pasien yang mengaku sebagai mahasiswa Unsyiah yang dituturkan oleh Ratna sebelumnya.
Ratna mengatakan bahwa di RS Unsyiah Sendiri, mahasiswa yang mengaku sebagai mahasiswa Unsyiah sudah pernah kedapatan oleh beberapa dokter.
“Untuk data akan kami lihat dulu, tetapi kejadian itu sudah terjadi dan ketahuan oleh beberapa dokter disini. Itulah mengapa tujuan kami mengajukan banyak pertanyaan dengan pasien adalah untuk mencegah hal-hal tersebut,” ujarnya.
Diakhir wawancara Ratna menambahkan, mahasiswa Unsyiah dilarang untuk memberikan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) ke kakak atau adik kandung untuk berobat gratis di Unsyiah.
Hingga berita ini diturunkan, akun instagram berita_aceh belum memberikan keterangan mengenai identitas dan kronologis pasien mahasiswa Unsyiah terjangkit DBD yang ditolak berobat di RS Unsyiah.[]
Editor: Dinda Triani