DETaK | Banda Aceh – Himpunan Mahasiswa Manajemen Universitas Syiah Kuala (HMM Unsyiah) mengadakan Dialog Ilmiah Aneuk Manajemen (DIAM) yang ke-XIII. Acara yang bertema “Potensi dan Pengembangan Industri Pariwisata Aceh Sebagai Daerah Tujuan Wisata” ini diselenggarakan sejak pukul 09.45 s/d 12.00 WIB di Aula Fakultas Ekonomi Unsyiah, Kamis (19/5/2011).
Acara ini dihadiri oleh Rasyidah M. Dallah, SE, M. Si (Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh), T. Bahrumsyah (Ketua Perhimpunan Hotel & Restauran Indonesia Provinsi Aceh), Octowandi (General Manager Hermes Palace Banda Aceh), dan Drs. H. Muchtar Machmud, MH. MBA (Direktur Akademi Pariwisata Muhammadiyah Aceh).
Rasyidah mengatakan bahwa Aceh memiliki potensi pariwisata yang besar. “Tentunya kita bertujuan menjadikan aceh sebagai salah satu destinasi pariwisata nasional dengan melestarikan nilai-nilai budaya dan sejarah,” ujar Rasyidah.
Dalam materinya mengenai Prospek Pariwisata Aceh Ke Depan, Drs. H. Muchtar Machmud, MH. MBA juga mengatakan bahwa Aceh memiliki potensi besar di bidang pariwisata. Ada tiga alasan mengapa pariwisata bisa berkembang di Aceh, pertama karena Peristiwa Tsunami 26 Desember 2004, lalu disusul dengan perjanjian damai antara Pemerintah RI yang ditandatangani di Helsinski 15 Agustus 2005. ditambah aksesibilitas ke Aceh yang semakin terbuka. Selain itu, Muchtar juga menjelaskan pentingnya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
“Kita bisa mengadakan pelatihan maupun pembinaan di bidang pariwisata, menyediakan sarana pendidikan di bidang pariwisata, dan yang terpenting memberikan pengarahan kepada masyarakat tentang kesadaran di bidang wisata serta mengenalkan kepada masyarakat Aceh mengenai keragaman budaya dan kegiatan wisata yang terdapat di Aceh” ungkap Muchtar.
Pengembangan kawasan wisata unggulan bisa dilakukan di kawasan wisata pulau Weh, kawasan wisata Kota Banda Aceh, kawasan wisata Aceh Besar dan Kawasan Wisata Ekologi Leuser.
Mukhtar menambahkan bahwa langkah pembangunan pariwisata Aceh tentunya dapat diwujudkan dengan kerja keras dari masyarakat Aceh sendiri bersama Pemerintah Daerah. Masyarakat juga harus memiliki keterbukaan dan penerimaan kepada semua wisatawan dalam dan luar negeri. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menjual paket wisatanya yang bernuansa Islam kepada pengunjung yang akan datang. Semua pihak dan kalangan diharapkan berperan serta mendukung kegiatan pariwisata dan menjadikan pariwisata sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Aceh. [Uswatun N (AM)]