Murti Ali Lingga | DETaK
Darussalam – Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Ferry Mursyidan Baldan mengingatkan masyarakat Aceh agar tidak mengeksploitasi secara berlebihan lahan yang ada di Aceh, khususnya dalam penemuan batu giok, di Kabupaten Nagan Raya, Aceh.
“Kita tidak boleh merusak atau mengeksloitasi secara berlebihan. Kewajiban kita adalah, kita tidak boleh menghabiskan potensi yang ada, guna untuk keberlanjutan untuk generasi selanjutnya,” kata Ferry pada Kuliah Umum dengan tema Desentralisasi Kewenangan di bidang Pertanahan dalam Kaitan Otonomi Khusus Aceh, di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Sabtu, 28 Pebruari 2015.
Penemuan batu giok di wilayah hutan lindung Kreung Isep, Kecamatan Beutong Ateuh, Nagan Raya itu menegaskan kehadiran negara dalam hal pertanahan. Mengamankan bongkahan batu giok itu di rumah dinas Ketua DPRK, adalah salah satu bentu peran Negara.
Pemerintah Aceh, kata dia, diharapkan memberikan penghargaan bagi penemu bongkahan batu giok, dan masyarakat yang berada di sekitar penemuan batu giok juga berhak mendapatkan bagian. “Ini dilakukan agar tak ada konflik yang terjadi antara warga dengan pemerintah daerah,” katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, pascapenemuan batu giok di beberapa daerah di Aceh, Pemerintah Aceh harus bisa mendeteksi dengan menggunakan perangkat teknologi canggih untuk melihat kandungan tanah yang berada di bawahnya.
“Jika sudah dideteksi daerah mana yang menghasilkan kandungan jenis batu tersebut, maka pemerintah Aceh wajib menjelaskan kepada masyarakat dan melakukan pengaturan Sehingga tidak semua orang beranggapan untuk melakukan eksploitasi secara besar-besaran dan sembarangan,” jelas politisi Partai NasDem itu.
“Pascatsunami, kandungan yang ada di bawah tanah Aceh sangatluar biasa, mulai emas, uranium dan berbagai jenis batu. Maka dari itu Pemerintah Aceh harus bisa mengelola dan mengontrol dengan baik dalam penggunaan lahan di Aceh,” pungkas.[]
Editor: Riska Iwantoni