Murti Ali Lingga | DETaK
Darussalam – “Sebenarnya kami kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) atau di Fakultas ‘Ruang Kuliah Umum’ (RKU),” keluh mahasiswa FISIP tanpa mau disebut namanya, Kamis, 6 Maret 2014.
“Saya lebih sering kuliah di RKU, bingung jadinya, terlebih lagi dosennya juga jarang masuk,” kata dia.
Senada dengan itu, sumber yang kami temui, tanpa mau disebutkan namanya, juga mengeluhkan fasilitas dukung proses belajar mengajar di Fakultasnya. “Proyektor saja harus rebutan dulu,” sesal mahasiswa ini.
Bukan mahasiswa saja ternyata yang kesal dengan kondisi demikian, bahkan salah satu dosen berinisial AA yang mengajar pun meungkapkan rasa kecewanya dihadapan mahasiswa.
“Semua mahasiswa sudah memenuhi kewajibannya dengan membayar Sumbangan Pembangunan Pendidikan (SPP), tapi soal pelayanan mengapa kesannya berbeda dengan fakultas yang lain. Seakan-akan mereka (mahasiswa FISIP) dianak tirikan.”
Dan pihak fakultas tidak memperhatikan apa yang sebenarnya dibutuhkan mahasiswa,” tegas dia.
Saya rasa letak kesalahannya adalah kurang kepedulian pimpinan (dekan dan kepala jurusan), terhadap kampus dan mahasiswa. “Seharusnya lebih peka apa yang dibutuhkan mahasiswa,” sambungnya lagi.
Ini ruang kuliah atau gudang?
Ruang kuliah yang ideal untuk mengajar itu nyaman, jauh dari kebisingan, yang paling utama adalah kebersihan.
Sampah berserakan dimana-mana, kursi yang tidak tersusun rapi.
“Ini ruang kuliah apa gudang sih?,” sesal dosen ini sambil tersenyum.
Kemarin saya sudah telepon bagian akademik untuk membersihkannya. Memang benar sudah dibersihkan, tapi pada hari itu saja bersih, selanjutnya kotor lagi, ia menuturkan, kesal.[]
Editor: Mulya Rizki Nanda