Zikrina Munawarah | DETaK
Banda Aceh – Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan kewajiban mahasiswa dalam mewujudkan tri dharma perguruan tinggi. Di balik cerita KKN yang bermacam-macam, ada banyak manfaat lain yang dapat dirasakan.
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) menjadi salah satu kampus yang menyelenggarakan KKN. Pada tahun 2020, KKN dilaksanakan di dua tempat, yaitu Aceh Tamiang dan Bener Meriah. Kegiatan ini diikuti oleh 1.270 mahasiswa Unsyiah yang tersebar di 12 kecamatan dan dilaksanakan sejak tanggal 8 januari hingga 8 Februari 2020.
Fakhrurrazi, salah seorang Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN yang membawahi empat desa di Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang mengatakan bahwa KKN ini adalah pengalaman bagi mahasiswa agar peka terhadap masyarakat.
“Bayangan mahasiswa sebelum KKN bermacam-macam, makanya ada kejadian aneh-aneh. Padahal ini adalah experience, karena tidak terjadi lagi kedepannya,” ucapnya.
Menurutnya ketiadaan fasilitas yang biasanya mereka nikmati di kota juga turut membentuk mereka lebih peka selama berada di desa tempat KKN berlangsung.
Dosen yang telah menjadi DPL KKN selama sekitar 3 tahun ini merasa bahwa program KKN mahasiswa harus menyentuh bidang teknologi informasi.
“Tapi intinya di KKN ini saya mau sentuhan teknologi lebih diperhatikan. Misalnya, kenapa saya suruh mahasiswa membuat google street view agar kedepannya orang mencari desa tersebut lebih gampang. Karena sudah terindeks di Google Maps. Saya lebih suka hal yang seperti itu. Tapi kalau pasang nama lorong, setahun paling, jadi mahasiswa KKN tidak ingat lagi. Saya lebih ke teknologi informasi, karena kedepannya internet akan lebih berkembang,” imbuhnya.
Perintis KKN Internasional ini juga mengakui bahwa dampak KKN pada mahasiswa sangat besar. Ia berharap akan ada terobosan baru bagi mahasiswa dalam penyesuaian kegiatan KKN.
“Setelah KKN, mahasiswa agak lebih humanis. Setelah ke desa terlihat auranya, lebih melihat orang lain apa adanya walaupun sebulan, sudah merasa masyarakat itu bagian dari mereka. Jadi setelah selesai kuliah akan kembali ke masyarakat. KKN ke depan harusnya bisa mix dengan kebutuhan dan keinginan seorang milenial terhadap pasar KKN,” harapnya.
Perkembangan KKN tidak terlalu banyak, yang membedakan hanya tempat, program dan waktu pelaksanaan. Program yang dilaksanakan juga tidak bisa begitu maksimal.
Hal tersebut senada dengan hal yang diungkapkan oleh Ketua KKN Kelompok Desa Paya Baru, Muhammad Syukur yang merasa bahwa persiapan Unsyiah masih kurang.
“Persiapan KKN tahun ini menurut saya berantakan sekali, harusnya KKN yang merupakan event besar seperti ini harus lebih rapi dipersiapkan. Sedangkan dalam pelaksanaannya lebih bagus dan memberikan dampak bagi masyarakat, anak-anak, serta kampung itu sendiri. KKN ini juga meningkatkan ekonomi masyarakat, di mana hal yang ditinggalkan berupa skill dan pembelajaran yang bermanfaat nantinya,” tuturnya.
Sementara itu, ketua KKN kelompok lainnya merasa bahwa KKN ini sangat bermanfaat.
“Kami disini dapat belajar bahwa selain belajar akademik, perlu adanya pengabdian karena ilmu yang dipelajari di perguruan tinggi akan dibutuhkan oleh masyarakat nantinya,” ungkap ketua kelompok desa Krueng Sikajang. []
Editor: Indah Latifa