Siaran Pers | DETaK
Banda Aceh- Fakultas Pertanian (FP) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) bekerjasama dengan Asosiasi Teknologi Agroindustri Indonesia (APTA) mengadakan Konferensi Internasional Pertanian dan Bioindustri (ICAGRI) 2019 untuk pertama kalinya, pada tanggal 24-26 Oktober 2019, bertempat di Hermes Palace Hotel Banda Aceh.
Konferensi ICAGRI ini mengusung tema “Pertanian Berkelanjutan, Pangan dan Biosistem Berbasis Komoditas Lokal dalam Revolusi Industri 4.0”. Konferensi ini diadakan sekaligus untuk memperingati ulang tahun FP yang ke-55. Sebagaimana disampaikan oleh Dewi Yunita, selaku ketua panitia ICAGRI bahwa konferensi ini telah menerima 102 paper (makalah).
“Adapun 102 paper ini terdiri dari berbagai topik yang dibagi menjadi 8 sesi paralel di bawah cakupan: Pertanian Berkelanjutan, Bioteknologi Pertanian, Keanekaragaman Hayati, Biomaterial dan Bioindustri, Kehutanan, Pengelolaan Limbah dan Lingkungan, Ilmu Pangan, Pengusaha dan Komersialisasi, Rantai Pasok, serta Peternakan” ujarnya.
Selain itu, Samadi, selaku Dekan FP mengungkapkan rasa syukur dan suatu kehormatan baginya bahwa Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala dipercaya menjadi tuan rumah ICAGRI pertama tahun 2019. Melalui konferensi ini, diharapkan konsep pertanian berkelanjutan berbasis komoditas lokal di era Revolusi Industri 4.0 akan didiskusikan.
“ICAGRI 2019 merupakan platform dan channel yang sangat strategis dan efisien untuk bertukar dan memperkuat kerja sama antar lembaga dalam mewujudkan gagasan pembangunan pertanian Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan pertemuan khusus di bidang pertanian dan bioindustri yang berkelanjutan di era revolusi industri 4.0 yang melibatkan berbagai unsur, baik dari lembaga pemerintah, perusahaan serta komunitas pertanian untuk memperkuat peran serta fungsinya dalam percepatan inovasi dan teknologi demi mewujudkan ketersediaan pangan yang berbasis kearifan lokal” jelasnya.
Samsul Rizal, yang merupakan Rektor Unsyiah juga mengungkapkan rasa optimisnya terhadap konferensi ini agar dapat mencapai tujuannya dalam memprioritaskan penelitian kritis di bidang pertanian dan bioindustri, serta kesenjangan informasi dan pengetahuan di wilayah global dan spesifik.
“Saya optimis dan berharap agar semua akademisi, peneliti, dan praktisi memfokuskan penelitiannya untuk membantu negara dan masyarakat dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan,” tutupnya. []
Editor: Cut Siti Raihan