Oleh Ilham Fonna
Memiliki gelar sebagai kampus “Jantong Hate Rakyat Aceh” bukan tanggung jawab yang mudah bagi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang menjadi kebanggaan rakyat Aceh. Unsyiah yang sudah berusia 52 tahun ini seharusnya dapat menjawab berbagai permasalahan yang dimiliki oleh rakyat Aceh, baik di bidang pendidikan, ekonomi, sosial budaya, agama, dan sebagainya. Keberadaan pusat pendidikan yang terbesar di Aceh ini harus dirasakan manfaatnya oleh segenap masyarakat Aceh karena keberadaan kampus ini tidak terlepas dari harapan rakyak Aceh untuk memperoleh pendidikan demi terwujudnya kesejahteraan hidup.
Tetapi sampai saat ini, Unsyiah masih belum memberikan peranan yang sangat besar bagi rakyat Aceh, salah satunya di bidang pemanfaatan sumber daya alam Aceh untuk memakmurkan rakyat Aceh itu sendiri. Unsyiah belum memiliki sebuah taman pendidikan yang bisa digunakan untuk studi tentang kekayaan alam Aceh. Taman pendidikan ini biasa disebut “Arboretum”.
Arboretum adalah suatu hutan buatan pada sebidang tanah yang luasnya antara 0,5 sampai dengan 4 hektar atau lebih, sebagai koleksi jenis-jenis tumbuhan yang ada di suatu tempat, khususnya tumbuhan langka dan yang bernilai ekonomis. Arboretum juga merupakan sebuah ruang terbuka hijau, dimana keberadaannya memberikan banyak manfaat, yaitu sebagai sarana pendidikan dan penelitian, ekowisata dan rekreasi, konservasi ex-situ, dan sebagai penjaga kondisi iklim mikro agar tetap stabil. Keberadaan arboretum bagi Unsyiah akan sangat membantu mahasiswa maupun dosen dalam mempelajari keenekaragaman jenis vegetasi yang ada di alam Aceh, mulai dari pohon hingga tumbuhan herbal yang bernilai ekonomi tinggi.
Arboretum bisa juga digunakan oleh mahasiswa dan dosen sebagai laboratorium alam dan pengganti herbarium untuk pengawetan kekayaan flora yang ada di Aceh. Sebagaimana diketahui, hutan Leuser yang ada di Aceh merupakan paru-paru dunia dan menyimpan keanekaragaman hayati yang melimpah. Akan tetapi, yang banyak meneliti tentang kekayaan flora dan fauna yang ada di hutan Leuser umumnya orang-orang yang ada di luar Aceh, baik dari provinsi lain maupun dari luar negeri. Hal ini sangat disayangkan, padahal dengan adanya Unsyiah ini seharusnya dapat memicu rakyat Aceh, khususnya mahasiswa untuk lebih aktif dalam mempelajari kekayaan biodiversitas yang ada di seluruh hutan Aceh demi mewujudkan kemakmuran rakyat Aceh itu sendiri.
Salah satu sarana untuk mempelajari kekayaan biodiversitas alam Aceh, khususnya tumbuhan, yaitu dengan membangun sebuah arboretum di kampus “jantong Hate Rakyat Aceh”. Arboretum ini nantinya akan ditanami dengan berbagai jenis tumbuhan yang ada di Aceh. Tumbuhan memiliki banyak manfaat lain selain sebagai kekayaan biodiversitas (plasma nutfah). Tumbuhan merupakan penyerap gas karbondioksida yang digunakan untuk proses fotosintesis dan penghasil oksigen sebagai sumber pernapasan manusia.
Tumbuhan, khususnya pepohonan juga memiliki fungsi sebagai media penyerap, penyaring, dan penyimpan air di kala hujan sehingga dapat mencegah banjir. Ketersediaan dan kebersihan air pun sangat dipengaruhi oleh jumlah pepohonan di sekitarnya. Besarnya manfaat tumbuhan dalam menjaga keseimbangan lingkungan harus menjadi perhatian kalangan akademisi, khususnya mahasiswa dan dosen yang ada di Unsyiah dengan membangun arboretum tersebut.
Arboretum bisa dijadikan tempat wisata ilmiah yang lebih berorientasi kepada pendidikan bagi pengunjungnya. Aspek inilah yang membedakan arboretum dengan obyek wisata lainnya. Arboretum digunakan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap tumbuh-tumbuhan, terutama pohon-pohonan melalui kegiatan yang bersifat rekreatif. Hal ini dapat memicu kepedulian masyarakat untuk menjaga lingkungan sekitar.
Kondisi lingkungan di seputaran kampus unsyiah untuk saat ini sudah mulai membaik, ditandai dengan adanya pepohonan yang tumbuh hampir menyeluruh di sepanjang jalan kampus. Tetapi kalau dilihat dari kekayaan jenisnya masih sangat kurang karena tidak semua tumbuhan cocok ditanam di samping jalan. Oleh karena itu, pembangunan arboretum di kampus “Jantong Hate Rakyat Aceh” untuk saat ini dan kedepannya masih sangat dibutuhkan mengingat manfaatnya yang sangat besar.[]
Ilham Fonna
Adalah Mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah)
Email: [email protected]