Di akhir era 90-an peranan aktivis mahasiswa sangat kentara dalam mengubah orientasi bangsa. Tumbangnya orde baru tidak bisa dilepaskan dari besarnya aktivis pergerakan dalam mendobrak. Dalam penggalan berubahnya arah bangsa, peranan aktivis pergerakan sangat signifikan. Dari era kebangkitan, tumbang orde lama hingga runtuhnya orde baru. Aktivis pergerakan memainkan peran yang utama.
Namun, di era yang sangat terbuka seperti sekarang ini, era tanpa batas, era yang berlari tunggang langgang, masihkah gerakan mahasiswa dengan anasir gerakan “itu-itu saja” mampu menjawab tantangan zaman, demokrasi dan mengatasi pengangguran?
Apakah dengan demonstrasi turun jalan, sumber permasalahan selesai? Tanpa mengecilkan arti dan sumbangsih aktivis mahasiswa. Sesungguhnya bila aktivitas gerakan masih berkutat pada cara lama, organisasi-organisasi mahasiswa (ormawa) selain tidak lagi punya daya tawar terhadap perubahan, juga akan ditinggalkan mahasiswa.
Secara sederhana, bagi para mahasiswa mereka akan cenderung berpikir buat apa susah-susah dan menghabiskan waktu dengan aktivitas liar yang tidak memberikan manfaat bagi masa depan? Menghabiskan waktu dengan bentuk-bentuk aktivitas yang titik beratnya adalah kegiatan-kegiatan yang belum tentu memberikan efek bagi cerahnya masa depan.
Menjawab tantangan zaman, ormawa mustinya harus segera bermetamorfosa mengikuti arus zaman yang berubah tanpa kehilangan prinsip-prinsip dasar organisasi. Aktivitas yang pada gilirannya membuat kuliah lama, IP rendah, menjadi mahasiswa abadi di kampus, saya pikir sudah sangat tidak relevan dengan aroma zaman.
Ormawa harusnya bergerak dalam wacana yang sesuai dengan semangat zaman. Zaman yang harusnya diisi dengan konsolidasi-konsolidasi pembangunan dalam semua sektor. Tidak melulu urusan politik, kritik sosial dan demonstrasi. Melainkan harus diarahkan pada wacana pengembangan profesionalitas, pengembangan kecakapan keilmuan, perluasan jaringan yang sifatnya pragmatis-ideal.
Hal-hal yang sifatnya praktis yang biasanya masih jarang menjadi titik berat bagi orwama harus mulai disentuh. Karena tuntutan zaman sudah mengarah ke sana. Akan sangat ketinggalan bila dunia ormawa masih terus berkutat dengan aktivitas liar yang tidak memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk mengembangkan aspek minat dan bakatnya.
Di masa yang akan datang, negara banyak membutuhkan spesialis yang cakap dengan bidang keilmuan tertentu daripada seorang generalis. Orang yang tahu banyak tetapi tidak mempunyai keahlian yang spesifik.
Ke depan, bangsa ini lebih banyak membutuhkan orang-orang semacam itu. Karena itu, sudah saatnya gelagat zaman ini dapat dicium oleh ormawa-ormawa yang seringkali berpretensi melahirkan tokoh-tokoh generalis.
Pilihan ini sungguh pilihan yang paling rasional bagi eksistensi keberadaan ormawa agar tidak ditinggalkan oleh para mahasiswa. Kegagalan menjawab tantangan zaman, disinyalir membuat gerakan mahasiswa selalu menjadi gerakan partisan yang ada di kala tertentu. Gerakan-gerakan seperti itu akan muncul ketika pemerintah korup dan tiran. Namun, ketika kebebasan, demokrasi dan pemerintahan lebih terbuka dijalankan, gerakan-gerakan mahasiswa cenderung kehilangan arah dan makna.
Erna Tigayanti
Mahasiswi Universitas Brawijaya, Malang
(Sumber : Okezone.com)