Oleh Ilham Fonna
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan bentuk kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.
Kawasan TNGL terletak di dua propinsi, yaitu Aceh dan Sumatera Utara.TNGL ditetapkan sebagai taman nasional berdasarkan Surat Keterangan Menteri Kehutanan nomor 276/Kpts-VI/1997 dengan luas 1.094.692 hektar. TNGL juga telah ditetapkan sebagai cagar biosfer pada tahun 1981 dan sebagai warisan dunia (Tropical Rainforest Heritage of Sumatera) pada tahun 2004 oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization).
Bentuk ekosistemnya yang unik yang terdiri dari tipe ekosistem hutan pantai dan hutan hujan tropika daratan rendah sampai pegunungan membuat TNGL sangat cocok sebagai habitat satwa langka dan endemik di dunia, seperti orangutan sumatera (Pongo abelii), gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), dan beruang madu (Helarctos malayanus). Satwa-satwa langka tersebut merupakan satwa kunci yang harus dilindungi untuk menjaga keseimbangan ekosistem hutan di sekitar TNGL. Satwa-satwa tersebut juga berperan aktif dalam menyebarkan vegetasi yang ada di hutan sepanjang wilayah jelajahnya.
TNGL merupakan salah satu laboratorium alam terbesar di dunia yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, baik jenis flora maupun faunanya. Selain sebagai surganya satwa langka dan endemik di dunia, TNGL juga sebagai surga bagi para peneliti lokal dan mancanegara karena tingkat biodiversitasnya nomor 2 terbesar di dunia setelah hutan Amazon di Brazil. Para peneliti bisa melakukan riset tentang satwa langka,flora langka seperti bunga raflesia (Rafflesia atjehensis), keragaman genetis (plasma nutfah), dan tentang habitat serta ekosistemnya secara menyeluruh. Selain sebagai laboratorium alam, TNGL juga bermanfaat sebagai ekowisata (wisata berbasis ekologis) dan penyangga kehidupan.
Potensi TNGL yang sangat besar harus dikelola dengan baik sehingga kawasan konservasinya tetap terlindungi dan bisa bermanfaat untuk kelangsungan hidup umat manusia di dunia karena Gunung Leuser merupakan paru-paru dunia. Gunung Leuser yang ada di kawasan TNGL merupakan salah satu penyuplai oksigen terbanyak bagi makhluk hidup selain organisme autotrof (yang bisa membuat makanan sendiri), baik hewan, manusia maupun organisme heterotrof (yang tidak bisa membuat makanan sendiri) lainnya. Oleh karena itu, TNGL harus sama-sama kita lindungi untuk kualitas hidup yang lebih baik. Salam lestari[]
Ilham Fonna
Adalah Mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah)
Email: [email protected]