Beranda Headline Sunday Meuramien, Sarapan Pagi Bersama Penderita Thalasemia

Sunday Meuramien, Sarapan Pagi Bersama Penderita Thalasemia

BERBAGI

Anggita Rezki Amelia | DETaK

Grafik Thalassemia. Foto: griyaherbalalami.com

Banda Aceh – Festival kopi dan kuliner Aceh yang diselenggarakan Pemerintah Kota Banda Aceh dari 31 Oktober-4 November 2012 turut diramaikan oleh komunitas Darah untuk Aceh. Minggu (4/11/2012) pagi tadi, komunitas yang dapat dihubungi melalui akun Twitter    @DarahUntukAceh itu menyelenggarakan acara Sunday Meuramien di Aceh Coffee and Food Festival 2012 di Taman Sari Banda Aceh.

Dalam siaran persnya yang diterima DETaK, founder komunitas Darah untuk Aceh, Nurjannah Husein, menyebutkan acara Sunday Meuramien itu dirangkai dalam bentuk acara coffetalk dan  sarapan pagi bersama penderita thalasemia di Banda Aceh.

Iklan Souvenir DETaK

Coffetalk ini bertujuan untuk edukasi dan sosialisasi thalasemia dan keberadaan Darah Untuk Aceh,” sebut Nurjannah dalam siaran persnya. Menurut Nurjannah, komunitas ini menggalakkan program #10for1Thalassemia (program 10 pendonor untuk 1 orang penderita thalasemia).

Dari data Departemen Kesehatan 2010,  lanjut Nurjannah, penderita thalasemia di Aceh merupakan yang tertinggi dari seluruh provinsi di Indonesia. Tingkat penderita itu mencapai 13,5 % dari populasi penduduk.

Kondisi itu turut diperparah dengah kurangnya stok kantong darah untuk para penderita thalasemia itu. Katanya, jumlah stok darah di Palang Merah Indonesia yang hanya 65 kantong/hari tidak mencukupi untuk kebutuhan penderita thalasemia.

Untuk diketahui, thalasemia adalah salah satu jenis anemia hemolitik (anemia dalam bahasa Yunani berarti “tanpa darah”) dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin, pembawa oksigen dalam sel darah merah berada di bawah normal. Ini merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak dijumpai di indonesia dan Italia. Enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini.

Untuk pencegahannya, kata Nurjannah, antara lain dengan menghindari carrier (pembawa sifat) thalasemia untuk tidak menikah dengan carrier juga. “Untuk yang sudah menderita thalasemia, maka diharapkan semua orang  perlu mendukung mereka untuk bisa hidup normal. Contohnya dengan menyebarkan informasi tentang thalasemia agar masyarakat tidak mengucilkan penderita,” katanya lagi. []